Bentrokan Tentara dan Pemberontak di Burundi, 200 tewas

Kelompok pemberontak dari suku Hutu akan menggiatkan serangan guna menekan pemerintah Domisien Daezeye agar mulai bernegosiasi. Banyak warga mengungsi ke sebuah penampungan darurat di pusat kota.

oleh Liputan6 diperbarui 15 Jul 2003, 07:54 WIB
Liputan6.com, Bujumbura: Lebih dari 200 warga tewas dalam bentrokan antara tentara Burundi pimpinan suku Tutsi dan Pasukan Pembebasan Nasional (FNL) dari pemberontak suku Hutu yang berlangsung selama lima hari. Ribuan warga meninggalkan rumah mereka. Serangan pemberontak Hutu yang menjadi bagian dari konflik jangka panjang itu dimulai Senin pekan silam. Saat itu pemberontak terbesar kedua dari suku Hutu (FNL) menembakkan mortir ke kawasan pemukiman di selatan Burundi dan mengerahkan pasukan ke kota [baca: Kerusuhan di Burundi Menewaskan Puluhan Warga Sipil].

Upaya perdamaian sejak Desember 2002 berjalan tersendat-sendat karena pemberontak menolak menandatangani perjanjian gencatan senjata. Mereka justru menyatakan akan menggiatkan serangan guna menekan pemerintah Domisien Daezeye agar mulai bernegosiasi. Kelompok pemberontak juga mengancam akan menculik dan membunuh warga sipil.

Akibat pertikaian itu, banyak warga mengungsi ke sebuah penampungan darurat di pusat kota. Mereka mendapat bantuan makanan dan obat-obatan dari Medecins Sans Frontiere. Perang sipil telah memorakporandakan Burundi, negeri berpenduduk 6,5 juta jiwa itu sejak 1993. Perang dipicu oleh pemberontakan suku Hutu yang ingin mengakhiri dominasi politik suku Tutsi. Konflik itu telah menewaskan lebih dari 300 ribu orang dan memaksa ribuan orang lainnya mengungsi ke wilayah-wilayah yang dinilai masih aman.(COK/Kinanti Pinta)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya