Rupiah Loyo dari Dolar AS, Menanti Suku Bunga BI

Rupiah tercatat melemah 16 poin atau 0,10 persen ke level rupiah 16.085 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di 16.101 per dolar AS.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 18 Des 2024, 10:15 WIB
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan antarbank di Jakarta, Rabu pagi (17/12/2024), tercatat melemah 16 poin atau 0,10 persen ke level rupiah 16.085 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di 16.101 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menyebut pelemahan rupiah dalam beberapa waktu terakhir menjadi salah satu alasan Bank Indonesia (BI) kemungkinan mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate.

“Hari ini BI diperkirakan tetap menahan suku bunga acuannya meskipun The Fed (Federal Reserve) berpotensi memangkas suku bunganya. Pelemahan rupiah menjadi faktor utama BI untuk tidak mengubah kebijakan suku bunga,” kata Ariston dalam keterangan resmi dikutip dari ANTARA, Rabu (18/12/2024).

Faktor Lain yang Pengaruhi Rupiah

Ariston juga menyinggung bahwa isu dugaan korupsi dana Corporate Social Responsibility (CSR) di Bank Indonesia yang tengah diselidiki oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak berhubungan langsung dengan kebijakan moneter. Namun, situasi tersebut dapat memberikan sentimen negatif sementara terhadap nilai tukar rupiah.

“Masalah ini memang tidak memengaruhi kebijakan moneter, tetapi bisa sedikit mengganggu fokus BI dalam mengelola kebijakan sehingga memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah hingga situasinya lebih jelas,” tambahnya.

 


Dolar AS Tetap Kuat Didukung Data Ekonomi Positif

Bank Indonesia (BI) menegaskan akan memastikan keseimbangan supply dan demand di tengah pelemahan nilai tukar rupiah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, indeks dolar AS pada pagi ini tercatat naik ke 106,92, dibandingkan posisi sebelumnya di 106,77.

Penguatan dolar AS dipicu data penjualan ritel AS untuk bulan November yang mencatat kenaikan 0,7 persen (MoM), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 0,5 persen.

Ariston menjelaskan, data tersebut menunjukkan ekonomi AS masih solid, terutama sektor ritel yang tetap menjadi pilar utama pertumbuhan.

“Data ini meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed mungkin menunda pemangkasan suku bunga dalam waktu lebih lama setelah Desember, sehingga memperkuat posisi dolar AS,” jelas Ariston.

 


Prediksi Pergerakan Rupiah

Petugas menata mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ariston memperkirakan nilai tukar rupiah akan tetap berada di atas Rp16.000 per dolar AS dengan potensi pelemahan menuju Rp16.100 per dolar AS. Dukungan (support) nilai tukar diperkirakan ada di level Rp16.000 per dolar AS.

“Rupiah masih cenderung melemah dalam jangka pendek, seiring dengan kuatnya dolar AS akibat data ekonomi yang positif dan ketidakpastian di dalam negeri,” pungkas Ariston.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya