Reli Harga Bitcoin Terhenti, Ada Apa?

Harga bitcoin menyentuh USD 108.315 pada Selasa, 17 Desember 2024. Sayangnya, reli harga bitcoin belum berlanjut dalam waktu lama.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Des 2024, 17:30 WIB
Harga bitcoin istirahat sejenak setelah mencapai USD 108.000 atau sekitar Rp 1,73 miliar untuk pertama kali. (Foto: Jievani Weerasinghe/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Harga bitcoin istirahat sejenak setelah mencapai USD 108.000 atau sekitar Rp 1,73 miliar untuk pertama kali (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.107).

Hal ini setelah pelaku pasar menanti pemangkasan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) dan menilai gelombang optimisme dari dukungan Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap kripto.

Mengutip Yahoo Finance, Rabu (18/12/2024), harga bitcoin menyentuh USD 108.315 pada Selasa, 17 Desember 2024 sebelum turun kembali ke USD 104.800 atau sekitar Rp 1,68 miliar pada Rabu siang di Singapura. Nilai kapitalisasi pasar mencapai USD 4 triliun selama reli sebelumnya, berdasarkan data CoinGecko.

Donald Trump telah menunjukkan peraturan yang bersahabat untuk memungkinkan Amerika Serikat (AS) mendominasi sektor kripto dan bahkan mendukung gagasan cadangan bitcoin nasional yang strategis.

Saham MicroStrategy Inc yang akan datang dalam indeks Nasdaq 100 menambah hal positif dengan membuka kemungkinan kenaikan harga saham yang lebih besar bagi perusahaan yang kegiatan utamanya dengan mengumpulkan modal investasi dalam bitcoin.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) akan memangkas suku bunga 25 basis poin pada Rabu pekan ini tetapi ada sedikit kejelasan tentang prospek kebijakan tahun depan. Hal ini seiring pertumbuhan ekonomi AS yang kuat dan risiko inflasi dari agenda Donald Trump.

"Kami perkirakan sentimen FOMC pekan ini akan berkontribusi pada volatilitas pasar,” tulis Analis K33 Research, Vetle Lunde dan David Zimmerman.

 


Berbondong-bondong ke ETF

Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Ia menambahkan, setelah Federal Open Market Committee (FOMC), data ekonomi makro juga menanti. Hal ini berpotensi menjadi momentum bitcoin. Harga bitcoin naik lebih dari 55 persen sejak kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden pada 5 November.

Investor telah berbondong-bondong ke exchange traderd fund (ETF) di bursa AS untuk kripto, mengesampingkan volatilitas bitcoin .

Di bursa opsi Deribit, salah satu platform derivatif kripto terbesar, konsentrasi minat terbuka tertinggi untuk taruhan bullish pada harga kesepakatan USD 120.000.

"Ada beberapa alasan untuk berhati-hati dalam mengejar bitcoin pada level saat ini, seperti harga yang naik turun pada Selasa ke level awal sekitar USD 106.000 meski terjadi lonjakan intraday ke puncak sepanjang masa," ujar Analis IG Australia Pty Market, Tony Sycamore.


Harga Bitcoin Sentuh Rp 1,7 Miliar, Ekonomi AS jadi Sentimennya

Harga Bitcoin (Foto: Freepik)

Sebelumnya, harga Bitcoin (BTC) kembali mencatat rekor tertinggi pada Selasa (17/12), melampaui USD 107.000 atau sekitar Rp.1,7 Miliar. Kenaikan harga Bitcoin ini dipicu oleh perdagangan whale dan bergabungnya MicroStrategy ke dalam indeks Nasdaq 100 sebagai industri teknologi memperkuat sentimen bullish. Kenaikan Bitcoin juga didukung oleh data makroekonomi AS yang positif dengan kenaikan inflasi sebesar 2,7%.

Adapun analisis on-chain menunjukkan cadangan devisa Bitcoin di bursa yang terus menurun, serta kemungkinan Donald Trump untuk mengeluarkan perintah eksekutif pada hari pertamanya menjabat sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2025 mendatang.

Faktor lainnya adalah Fear and Greed Index yang mencapai 80 dari 100, mencerminkan dominasi sentimen “greed” untuk jangka pendek. Sentimen ini mendorong aksi beli spekulatif dan meningkatkan volatilitas pasar.

CEO INDODAX, Oscar Darmawan mengatakan bahwa naiknya posisi Bitcoin mencerminkan semakin kuatnya kepercayaan pasar terhadap aset digital di tengah dukungan dari pemain institusional besar seperti MicroStrategy.

"Masuknya MicroStrategy ke Nasdaq 100 memberikan validasi tambahan terhadap peran Bitcoin sebagai aset investasi yang semakin diterima secara global," kata Oscar dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (18/12/2024).

Tren Beli Investor

Ia juga mengungkapkan bahwa lonjakan harga Bitcoin didorong oleh penurunan tekanan jual di pasar.

"Analisis on-chain menunjukkan cadangan devisa Bitcoin di bursa terus menurun. Hal ini menandakan banyak investor yang memilih menyimpan aset mereka, yang menjadi pendorong utama dalam reli harga saat ini," bebernya.

Oscar menyebut, indikator Fear and Greed Index yang berada di angka 80 menunjukkan dominasi sentimen optimisme.

"Namun, sentimen ini harus diimbangi dengan kewaspadaan, mengingat volatilitas pasar kripto yang tinggi dapat membawa risiko bagi investor," lanjut dia.

 


Inflasi dan Suku Bunga AS Stabil jadi Pendukung Posisi Bitcoin

Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)

Oscar juga menyoroti peran data makroekonomi AS, salah satunya inflasi, dalam mendukung kenaikan Bitcoin.

"Inflasi yang terkendali dan kebijakan moneter yang stabil memberikan pondasi bagi Bitcoin untuk terus menarik minat dari berbagai kalangan, termasuk investorinstitusional," jelas Oscar.

Meski demikian, Oscar tetap mengingatkan investor untuk hati-hati dan tidak terbawa euforia semata.

"Meskipun tren makroekonomi mendukung, investor harus tetap berhati-hati dan mempertimbangkan risiko yang ada sebelum mengambil keputusan investasi," jelas dia

Terakhir, Oscar menegaskan pentingnya diversifikasi dalam berinvestasi.

"Jangan hanya terpaku pada Bitcoin. Ada banyak aset digital lain yang memiliki potensi besar, dan memahami fundamentalnya adalah kunci untuk mengambil keputusan investasi yang tepat," imbuhnya.

Dengan kondisi pasar yang positif dan dukungan dari berbagai faktor, Oscar optimis bahwa tren bullish ini akan terus berlanjut, meskipun ia tetap mengingatkan perlunya manajemen risiko yang baik dalam menghadapi dinamika pasar kripto.

 

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya