PT IMIP Genjot Pemakaian Pembangkit Listrik EBT untuk Industri Nikel pada 2025

PT IMIP terus mendorong para tenant yang berada di kawasan industri nikel Morowali miliknya untuk beralih menggunakan pembangkit listrik berbasis EBT.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 18 Des 2024, 20:52 WIB
PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) mencatat kenaikan investasi dalam mengelola kawasan industri nikel. (Foto: Liputan6.com/Maulandy R)

Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) berencana menambah pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) pada 2025, baik yang berasal dari tenaga gas (PLTGU) maupun surya (PLTS).

Direktur Komunikasi PT IMIP, Emilia Bassar mengatakan, sebenarnya sudah ada salah satu perusahaan yang memakai sumber listrik dari PLTGU, yakni PT Dexin Steel Indonesia (PT DSI) yang memproses carbon steel dengan kapasitas produksi 6 juta metrik ton (MT) per tahun. 

"Sebetulnya kita sudah punya, ada tenant yang sudah menggunakan PLTU gas. Jadi sudah ada sebenarnya," ujar Emilia di Kantor Pusat PT IMIP, Jakarta, Rabu (18/12/2024).

Ke depan, Emilia menambahkan, PT IMIP terus mendorong para tenant yang berada di kawasan industri nikel Morowali miliknya untuk beralih menggunakan pembangkit listrik berbasis EBT. Selaras dengan program pemerintah yang target mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. 

"Jadi sebetulnya kita mendorong para tenan untuk beralih dari pembangkit listrik ke arah pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Dan tentu saja nanti akan mengurangi emisi. Salah satunya adalah yang menggunakan PLTU dengan menggunakan gas," ungkapnya. 

Selain PLTGU, pengoperasian smelter nikel dan produk olahannya nanti juga akan didorong menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

"Karena kami ini pengelola kawasan, makanya kita mendorong tenan untuk ke arah sana memang. Termasuk tadi ada PLTS juga," pungkas Emilia. 


Investasi Indonesia Morowali

PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) mencatat kenaikan investasi dalam mengelola kawasan industri nikel. (Foto: Liputan6.com/Maulandy R)

Sebelumnya, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) mencatat pemasukan investasi USD 34,3 miliar, atau setara Rp 552,23 triliun (kurs Rp 16.100 per dolar AS) selama 9 tahun (2015-2024) mengelola kawasan industri nikel di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. 

Jumlah itu naik USD 3,16 miliar lebih, atau sekitar Rp 50,87 triliun dibandingkan pemasukan investasi di periode 2015-2023, sebesar USD 30,14 miliar (Rp 485,25 triliun). 

Direktur Komunikasi PT IMIP Emilia Bassar mengatakan, jumlah pemasukan investasi ke kawasan industri yang mengolah produk turunan nikel seperti nickel pig iron dan stainless steel tersebut bakal terus bertambah. Terlebih, kawasan industri Morowali akan turut memproduksi bahan baku baterai kendaraan listrik (EV).

"Dari sekian tenant (di IMIP), masih ada yang masa konstruksi dan proses sebelum konstruksi. Jadi belum semuanya itu sudah produksi belum ya. Karena ini investor juga terus datang dan kemudian kita masih terus mengembangkan diri untuk kawasan Industri untuk hilirisasi nikel ini," ujarnya dalam sesi media briefing di Kantor Pusat PT IMIP, Jakarta, Rabu (18/12/2024).

 


8 Perusahaan Konstruksi Smelter

Salah satu proyek MIND ID strategis yang akan memasuki masa commissioning phase adalah pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) pada September 2024. (dok Mind Id)

Menyambung pernyataan tersebut, Media Relations Manager PT IMIP Dedy Kurniawan menyampaikan, saat ini masih ada 8 perusahaan lagi yang sedang dalam proses konstruksi smelter. 

"Sebanyak 8 perusahaan ini mayoritas adalah terkait dengan produksi bahan baku baterai listrik," imbuh Dedy.

"Untuk ke depannya kami belum bisa memprediksi, karena kita juga harus menyesuaikan dengan daya dukung yang ada berada di dalam kawasan. Yang jelas saat ini kurang lebih ada sekitar 65 perusahaan, 8 sedang dalam proses konstruksi," urainya. 

Menurut catatan PT IMIP, perusahaan-perusahaan yang beroperasi pada kawasan industri nikel di Morowali berasal dari berbagai negara, mulai dari Indonesia, China hingga Australia. 

Adapun yang kini tengah masuk proses konstruksi dan akan segera beroperasi, antara lain PT Sulawesi Nickel Cobalt yang memproduksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebagai turunan nikel, dengan kapasitas produksi 80.000 metric ton (MT) per tahun. 

Lalu, ada Chengtok Lithium Indonesia yang memproduksi lithium dengan kapasitas produksi 50.000 MT per tahun, hingga PT Teluk Metal Industry dengan kapasitas produksi MHP 60.000 ton nikel. 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya