Top 3: Indonesia Butuh Investasi Rp 47.587 Triliun hingga 2029

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat Indonesia membutuhkan investasi sekitar Rp 47.587,3 triliun pada 2025-2029.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Des 2024, 06:30 WIB
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat Indonesia membutuhkan investasi sekitar Rp 47.587,3 triliun pada 2025-2029.(Foto: Freepik/Funtap)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat Indonesia membutuhkan investasi sekitar Rp 47.587,3 triliun pada 2025-2029. Sebagian besar investasi ini diprediksi berasal dari dana swasta atau masyarakat.

Staf Ahli Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Bappenas, Rd Siliwanti menjelaskan, target tersebut dapat tercapai jika setiap tahunnya Indonesia mampu mendatangkan investasi rata-rata Rp 9.517 triliun.

"Total kebutuhan investasi selama lima tahun ke depan, 2025 sampai dengan 2029, adalah sekitar Rp 47.587,3 triliun, atau rata-rata Rp 9.517 triliun per tahun," kata Siliwanti dalam acara Economic and Finance Report 2024 di Jakarta, Rabu, 18 Desember 2024.

Sumber Investasi

Menurut Siliwanti, investasi ini akan bersumber dari tiga kelompok utama:

Investasi pemerintah.

Investasi BUMN.

Investasi swasta atau masyarakat.

Investasi tersebut sangat penting untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Investasi tersebut sangat penting untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.Dalam rinciannya, kebutuhan investasi meningkat setiap tahun selama periode 2025-2029:

2025: Rp 7.593,4 triliun.

2026: Rp 8.365,4 triliun.

2027: Rp 9.332,5 triliun.

2028: Rp 10.447,6 triliun.

2029: Rp 11.818,4 triliun.

Siliwanti juga menegaskan 86,7 persen dari kebutuhan investasi, atau sekitar Rp 41.227 triliun, diharapkan berasal dari sektor swasta dan masyarakat.

"Komposisi pembiayaan menunjukkan bahwa investasi swasta dan masyarakat menjadi kontributor terbesar, mencapai 86,7 persen atau Rp 41.227 triliun," ungkapnya.

Artikel Indonesia Butuh Investasi Rp 47.587 Triliun hingga 2029 menyita perhatian pembaca di Kanal Bisnis Liputan6.com. Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di Kanal Bisnis Liputan6.com? Berikut tiga artikel terpopuler di Kanal Bisnis Liputan6.com yang dirangkum pada Kamis (19/12/2024):

 


1. Indonesia Butuh Investasi Rp 47.587 Triliun hingga 2029

Pembangunan infrastruktur Kementerian PUPR mendukung pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur. (foto: dok. KemenPUPR)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat bahwa Indonesia membutuhkan investasi sekitar Rp 47.587,3 triliun dalam periode 2025-2029.

Sebagian besar investasi ini diprediksi berasal dari dana swasta atau masyarakat. Staf Ahli Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Bappenas, Rd Siliwanti, menjelaskan bahwa target tersebut dapat tercapai jika setiap tahunnya Indonesia mampu mendatangkan investasi rata-rata Rp 9.517 triliun.

"Total kebutuhan investasi selama lima tahun ke depan, 2025 sampai dengan 2029, adalah sekitar Rp 47.587,3 triliun, atau rata-rata Rp 9.517 triliun per tahun," kata Siliwanti dalam acara Economic and Finance Report 2024 di Jakarta, Rabu, 18 Desember 2024.

Sumber Investasi

Menurut Siliwanti, investasi ini akan bersumber dari tiga kelompok utama:

Investasi pemerintah.

Investasi BUMN.

Investasi swasta atau masyarakat.

Investasi tersebut sangat penting untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.

 

Berita selengkapnya baca di sini


2. PPN Indonesia Tertinggi di ASEAN, tapi Masih Rendah dari Anggota OECD

Ilustrasi Pajak (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen, efektif mulai 1 Januari 2025. Langkah ini diambil untuk meningkatkan pendapatan negara guna mendukung berbagai program pembangunan yang sedang berjalan.

Dikutip dari ANTARA, Rabu (18/12/2024), dengan kebijakan ini, Indonesia akan menyamai Filipina sebagai negara dengan tarif PPN tertinggi di Asia Tenggara (ASEAN).

Sementara negara-negara lain di kawasan ini menerapkan tarif yang lebih rendah, Indonesia dan Filipina akan berbagi posisi puncak dalam hal tarif PPN.

Perbandingan Tarii PPN

Meskipun tarif PPN Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara-negara tetangga di ASEAN, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa secara global, tarif tersebut masih tergolong moderat.

Sebagai perbandingan, negara-negara seperti Brasil, Afrika Selatan, dan India memiliki tarif PPN masing-masing sebesar 17 persen, 15 persen, dan 18 persen.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa dibandingkan dengan beberapa negara di dunia, tarif PPN Indonesia tidak termasuk yang tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tarif tersebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN, Indonesia masih memiliki tarif yang relatif rendah dalam konteks global.

 

Berita selengkapnya baca di sini


3. Harga Emas Dunia Merosot, Ada Apa?

Ilustrasi harga emas dunia (Foto By AI)

 Harga emas merosot pada Selasa (Rabu waktu Jakarta) karena tekanan dari menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS. Para investor berfokus pada pertemuan kebijakan terakhir Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) tahun ini dengan meningkatnya ekspektasi akan penurunan suku bunga secara bertahap pada tahun 2025.

Dikutip dari CNBC, Rabu (18/12/2024), harga emas dunia di pasar spot turun 0,3% menjadi USD 2.644,84 per ons. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,3% menjadi USD 2.661,00.

Dolar AS naik 0,1%, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Sementara imbal hasil Treasury AS 10-tahun melayang mendekati level tertinggi empat minggu yang dicapai pada awal sesi, menjelang pertemuan Fed, di mana pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin secara luas diharapkan pada Rabu.

Perhatian juga tertuju pada proyeksi ekonomi terkini dari Fed dan dot plot, yang dapat membentuk kembali ekspektasi terhadap lintasan suku bunga hingga tahun 2025 dan 2026.

"Jadi pertanyaannya adalah, apakah Fed akan bersikap lebih agresif atau lebih agresif daripada yang diharapkan pasar saat ini. Karena agenda Trump, orang-orang memperkirakan Fed akan lebih berhati-hati dalam hal keterbukaan terhadap pemotongan suku bunga lebih lanjut pada tahap ini,” kata Analis Pasar Forex.com, Fawad Razaqzada.

 

Berita selengkapnya baca di sini

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya