Drone Emprit Ungkap Jenis-jenis Hoaks Pemilu yang Beredar di Media Sosial

Informasi palsu atau hoaks masih terus beredar di media sosial, tak terkecuali saat Pemilu dan Pilkada 2024. Drone Emprit menemukan, sekira puluhan ribu konten hoaks selama periode Februari hingga November 2024.

oleh Tim Cek Fakta diperbarui 19 Des 2024, 13:00 WIB
Ilustrasi proses pemungutan suara pada Pemilu 2024 (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Informasi palsu atau hoaks masih terus beredar di media sosial, tak terkecuali saat Pemilu dan Pilkada 2024. Drone Emprit menemukan, sekira puluhan ribu konten hoaks selama periode Februari hingga November 2024.

Rinciannya yaitu 32 ribu hoaks terkait peserta Pemilu, dan lebih dari 2 ribu hoaks terkait penyelenggaraan pemilu. Jenis hoaks ini kerap mencakup klaim soal pengaturan hasil Pemilu, penundaan Pemilu, hingga dugaan intervensi asing.

"Secara garis besar, hoaks terkait pemilu bisa dibagi menjadi dua, hoaks tentang penyelenggaraan pemilu dan hoaks tentang peserta pemilu itu sendiri," kata Analis Drone Emprit, Nova Mujahid saat menjadi pembicara dalam acara Virtual Class Cek Fakta Liputan6.com, Rabu (18/12/2024).

Nova menjelaskan bahwa hoaks paling banyak tersebar di platform seperti TikTok, X, dan Facebook. Pada platform X, hoaks tertinggi yakni terkait isu pengaturan hasil Pemilu. Menyusul setelahnya yaitu konten hoaks yang menyerang peserta Pemilu.

"Misalkan di twitter yang paling sering muncul terkait tentang pengaturan hasil Pemilu, jadi ini sudah muncul sebelum masa kampanye, hasil pemilu di 2024 terutama pilpres itu sudah diatur siapa pemenangnya, berapa persentasenya, lalu terkadang ada penundaan pemilu sempat keluar juga," ujarnya.

Isu lain yang sering muncul adalah soal penundaan pemilu, yang kemudian dikonfirmasi sebagai hoaks setelah ditemukan adanya narasi tambahan yang sifatnya menyesatkan.

Di TikTok, pola hoaks juga tak jauh berbeda. Isu dukungan menjadi yang paling banyak beredar, mulai dari dukungan artis, tokoh nasional, hingga tokoh internasional seperti petinggi dari Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Eropa yang dikaitkan mendukung figur tertentu.

Selain soal pengaturan hasil pemilu dan penundaan, Nova mengungkapkan isu-isu sensitif lain seperti keterlibatan tenaga kerja asal China, isu seksualitas, kerusuhan yang dikaitkan dengan pemilu, hingga intervensi luar negeri. Nova mengakui bahwa membedakan antara informasi yang valid dan hoaks bukanlah hal mudah.

"Kami agak susah membedakan mana hoaks dan bukan hoaks. Tapi ketika berita diikuti dengan narasi tambahan yang sifatnya misleading," jelasnya.

Menurut Nova, hoaks terkait Pemilu menjadi ancaman serius bagi kualitas demokrasi, dengan tingginya angka penyebaran, upaya edukasi masyarakat dan peningkatan literasi digital menjadi kunci untuk melawan informasi palsu ini.

 

Penulis: Aqma Aulia Jami

Ikuti Kuis Cek Fakta Liputan6.com di Aplikasi Youniverse dan menangkan saldo e-money jutaan rupiah.

Caranya mudah:

* Gabung ke Room Cek Fakta di aplikasi Youniverse

* Scroll tab ke samping, klik tab “Campaign”

* Klik Campaign “Kuis Cek Fakta”

* Klik “Check It Out” untuk mengikuti kuisnya

 


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya