The Fed Pangkas Suku Bunga Lagi, Kripto Bakal Makin Kebanjiran Investor?

Pemangkasan suku bunga akan mendorong investor untuk memindahkan uang dari pasar obligasi ke pasar ekuitas, khususnya untuk aset berisiko seperti saham dan kripto.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 19 Des 2024, 15:51 WIB
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menutup tahun dengan kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps, ke kisaran 4,25-4,50 persen. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed) menutup tahun dengan kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps, ke kisaran 4,25-4,50 persen. Kebijakan ini sesuai dengan harapan pelaku pasar yang ingin suku bunga berada di level yang lebih bersahabat, termasuk industri kripto. 

Analis Nanovest mengungkapkan, pemangkasan suku bunga akan mendorong investor untuk memindahkan uang dari pasar obligasi ke pasar ekuitas, khususnya untuk aset berisiko seperti saham dan kripto.

Likuiditas dinilai akan semakin banyak beredar di pasar modal mendorong investor untuk bermanuver. Bahkan jika dihubungkan dengan fakta Donald Trump yang tidak akan lama lagi dilantik kembali sebagai Presiden AS, maka harapan pelaku pasar ini akan menjadi kenyataan.

"Pasalnya Trump, walaupun kebijakan suku bunga sepenuhnya ada di tangan The Fed, akan menekan The Fed untuk terus memangkas suku bunga," tulis analis Nanovest, dikutip Kamis (19/12/2024).

Faktor paling penting bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga adalah adalah inflasi yang sudah berada di bawah 3 persen. Inflasi ini sempat menyentuh angka 9,1 persen secara tahunan pada Juni 2022. Angka inflasi ini merupakan yang tertinggi sejak Januari 1982 atau 5 dekade yang lalu.

Selain inflasi, The Fed juga memperhatikan dengan seksama pasar ketenagakerjaan AS. Di sisi ketenagakerjaan, jelas pertumbuhan pekerjaan yang sangat pesat setelah pandemi mulai mereda. Pandemi Covid-19 memang membuat roda perekonomian AS lumpuh total. Berbagai bisnis tutup dan harus mengurangi karyawan. 

Setelah pandemi mulai terkendali, bisnis di Negeri Paman Sam booming dan haus akan tenaga kerja. Beberapa bisnis bahkan mengimingi-imingi siapa saja yang datang dalam proses wawancara. 

"Penyerapan tenaga kerja sangat pesat, suatu fenomena yang belum pernah muncul sejak usainya perang dunia kedua," kata Analis Nanovest.

 


Tingkat Pengangguran di AS

Seorang wanita berjalan ke konter tiket Southwest di Bandara Internasional Los Angeles, Los Angeles, Amerika Serikat, 19 Desember 2022. Liburan Natal dan Tahun Baru bagi sebagian warga Amerika Serikat dan Eropa tahun ini menghadirkan kekhawatiran karena tekanan ekonomi. (AP Photo/Jae C. Hong)

Di sisi lain, tingkat pengangguran di Amerika Serikat cenderung meningkat tahun ini, tetapi masih pada angka yang stabil di 4,2 persen. Angka tersebut sesuai dengan proyeksi jangka panjang The Fed. 

Penciptaan lapangan kerja bulanan menggambarkan gambaran yang sama. Rata-rata pergerakan 12 bulan terus menurun tetapi masih merupakan angka yang sehat, yakni 196.000 pekerjaan baru per bulan hingga Agustus 2024. 

Metrik utama lainnya, jumlah perekrutan sebagai persentase dari lapangan kerja telah kembali ke tren sebelum pandemi. Lowongan pekerjaan tetap berada di atas level yang berlaku sebelum 2020, meskipun turun secara substansial dari puncaknya pada 2022. 

"Hal ini mengakibatkan penyempitan kesenjangan antara permintaan dan pasokan tenaga kerja hingga 70 persen, dari 5 juta pada awal tahun 2023 menjadi di bawah 1,5 juta pada bulan Juni, dan moderasi pertumbuhan upah ke level yang lebih konsisten dengan stabilitas harga," tuturnya.  

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 


Pemangkasan Suku Bunga The Fed bisa jadi Pendorong Kenaikan Harga Bitcoin

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Sebelumnya, platform investasi kripto, Reku melihat potensi kenaikan harga Bitcoin dan pasar Saham AS masih terbuka, apabila penurunan suku bunga Federal Reserve berlanjut sebesar 25 basis poin.

Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan dengan kondisi ekonomi AS yang dapat dikatakan relatif cukup stabil saat ini, penurunan suku bunga lanjutan menjadi keputusan yang cukup rasional untuk menunjang momentum pertumbuhan ekonomi yang ada.

Menurut dia, perkembangan inflasi yang masih relatif terkendali turut menandakan upaya The Fed yang sudah berada pada jalur yang tepat terlepas dari potensi tantangan ke depan yang tidak pasti.

“Sentimen positif tersebut telah membawa Bitcoin mencetak rekor harga tertinggi baru selama dua hari berturut-turut, seperti pada 17 Desember lalu yang mencetak All-Time High $107,8 ribu. Kendati Bitcoin berada di level $106,3 ribu, potensi kembali terciptanya rekor harga tertinggi baru bagi Bitcoin masih terbuka, apabila terdapat penurunan suku bunga lanjutan setidaknya sebesar 25 basis poin,” kata Fahmi dalam keterangan resmi di Jakarta, dikutip Rabu (18/12/2024).

Sebagai catatan, pasar saham AS yang dipimpin oleh sektor teknologi kompak berdiri di zona hijau. Indeks Nasdaq Composite naik 1,91% dan ditutup di level 20.173,89 pada perdagangan Senin 16 Desember kemarin.

“Pada hari perdagangan yang sama, Indeks tersebut juga sempat kembali mencetak rekor tertinggi baru sepanjang masa di level 20.197,42. Sektor teknologi khususnya yang terkait dengan kecerdasan buatan (AI) menjadi motor penguatan indeks. Broadcom (AVGO) melejit+7% berkat prospek produk AI yang kuat, sementara Micron T echnology (MU) naik +6% seiring optimisme pendapatan dan dukungan subsidi federal. MicroStrategy (MSTR) menguat +3%, didukung reli Bitcoin dan dimasukkannya saham ini ke dalam Nasdaq 100,” papar Fahmi.

 


Adopsi Bitcoin

Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Adopsi Bitcoin oleh investor AS juga terlihat semakin solid dengan total aliran dana masuk neto (netflow) EFT Bitcoin spot yang menyentuh angka $637,5 juta pada perdagangan Senin kemarin.

“Netflow positif tersebut turut melanjutkan tren netflow positif secara berturut-turut yang telah terjadi sejak 27 November lalu. Wacana terkait rencana AS di bawah kepemimpinan Trump untuk menggunakan Bitcoin sebagai strategic reserve turut menjadi faktor pendorong meningkatnya optimisme investor terhadap Bitcoin “ imbuhnyaX

Fahmi lebih lanjut menjelaskan, “Direalisasikannya langkah tersebut dapat memicu negara-negara lain untuk membuat inisiatif serupa yang dapat berdampak pada melonjaknya permintaan terhadap Bitcoin secara signifikan”.

Investor Harus Bijak

Meski industri kripto saat ini memiliki momentum positif, Fahmi mengingatkan, investor harus tetap bijak dalam mengambil keputusan khususnya mengingat iklim kebijakan pemerintah yang cukup dinamis.

“Selain kebijakan suku bunga, paparan pejabat The Fed terkait pandangan mereka terhadap kondisi ekonomi yang ada juga akan menjadi faktor yang diperhatikan oleh para investor, khususnya mengingat dampak signifikan dari penurunan suku bunga terhadap inflasi biasanya tidakterjadi secara langsung. Optimisme The Fed terhadap tren penurunan inflasi ke depan dapat memicu optimisme lebih lanjut dari para pelaku pasar yang dapat menunjang semakin meningkatnya aliran dana masuk baik ke pasar kripto maupun saham AS,” turut Fahmi.

Oleh sebab itu, tetap penting bagi investor untuk melakukan riset dan analisis yang baik guna memilih aset dengan potensi pertumbuhan dan tingkat risiko yang sesuai dengan profil investasi masing-masing, tambah dia.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya