Liputan6.com, Jakarta - Misteri jatuh sakitnya tujuh turis asing yang menginap di sebuah resor mewah di Fiji masih berlanjut. Otoritas setempat menyatakan bahwa hasil tes toksikologi pada minuman koktail yang dikonsumsi mereka tidak menunjukkan adanya methanol atau zat terlarang lain.
Wakil Perdana Menteri Fiji Viliame R. Gavoka menyampaikan informasi tersebut seraya meminta maaf pada para turis karena liburan mereka di destinasi wisata mewah itu berakhir dengan 'catatan' seperti ini. Gavoka, yang juga menjabat sebagai Menteri Pariwisata Fiji, mengatakan ketujuh turis yang berusia antara 18--56 tahun itu telah dipulang dari perawatan medis dan pulih sepenuhnya.
Advertisement
Sejak kabar meluas, Fiji telah berusaha mengendalikan situasi. Ketujuh turis, termasuk empat warga Australia, mengalami mual, muntah, dan gejala neurologis lain setelah dikabarkan minum koktail pina colada di bar yang berada di dalam resor mewah Warwick Fiji pada Sabtu, 14 Desember 2024.
David Sandoe, warga Sydney, mengatakan pada Australian Broadcasting Corporation awal pekan ini bahwa ia mendapat telepon yang mengatakan putri dan cucunya dirawat di rumah sakit. Ia mengatakan bahwa mereka termasuk dalam kelompok orang yang minum koktail tersebut sebelum jatuh sakit.
Tujuh turis asing yang sakit tersebut dilaporkan meminum cocktail yang sama. "Sayangnya, tujuh orang mengalami gejala yang telah dibicarakan," kata Sandoe. Setelah menjalani perawatan menis, keluarganya telah kembali ke rumah.
Respons Pihak Resor Mewah
Gavoka meyakinkan para pelancong awal pekan ini bahwa insiden tersebut sangat terisolasi. "Tidak ada insiden lain yang dilaporkan, baik di resort atau di seluruh Fiji. Resort ini telah beroperasi di Fiji dengan sukses selama bertahun-tahun dan memiliki reputasi yang kuat, terutama di kalangan pengunjung Australia kami," katanya dalam sebuah pernyataan.
Warwick Hotels and Resorts mengoperasikan akomodasi mewah di seluruh dunia, termasuk di AS, Eropa, dan Timur Tengah. Dalam sebuah pernyataan pada Selasa, 17 Desember 2024, manajemen resort tersebut mengatakan bahwa insiden ini belum pernah terjadi sebelumnya selama mereka beroperasi di Fiji selama 40 tahun.
"Kami ingin meyakinkan semua pengunjung kami bahwa kami menjaga standar keamanan makanan dan minuman yang tertinggi," kata pernyataan tersebut.
Hampir satu juta turis mengunjungi pulau Pasifik terpencil ini setiap tahun untuk menikmati pantai tropisnya. Tempat ini umumnya dianggap sebagai destinasi yang aman untuk bepergian, meski setelah insiden tersebut, Departemen Luar Negeri Australia memperbarui peringatan tentang bahaya minuman yang dicampur dan keracunan methanol.
Advertisement
Insiden Keracunan Miras Oplosan di Laos
Insiden itu tak berselang lama dari kasus kematian sejumlah turis asing di Laos. Pada November 2024, dua remaja Australia, seorang wanita Inggris, seorang pria Amerika, dan dua wanita Denmark meninggal setelah minum minuman keras di Laos, di Asia Tenggara. Kasus tersebut memicu peringatan dari beberapa negara Barat tentang konsekuensi fatal yang mungkin terjadi akibat minum alkohol yang tercemar dan meningkatkan kewaspadaan di kalangan pelancong tentang kandungan minuman keras lokal yang diseduh.
Menyusul kasus tersebut, otoritas Laos menahan delapan staf hostel backpacker di tengah proses penyelidikan kasus kematian enam turis asing yang diduga akibat keracunan metanol, menurut media yang berafiliasi dengan negara di negara Asia Tenggara tersebut. Ke delapan tersangka merupakan karyawan Nana Backpacker Hostel yang berlokasi di Kota Vang Vieng, utara Laos.
Seluruhnya adalah warga negara Vietnam berusia antara 23--44 tahun, ditangkap polisi pada Senin, 25 November 2024, menurut laporan Laotian Times. Mengutip CNN, Rabu, 27 November 2024, penyelidikan itu berfokus pada informasi bahwa para turis asing ditawari minuman keras (miras) gratis di hostel yang diinapi setidaknya lima dari enam korban yang meninggal.
Diduga dari Miras Gratis
Associated Press melaporkan sebelumnya manajer dan pemilik hostel, yang juga warga negara Vietnam, ditahan untuk diinterogasi polisi. Manajer sebelumnya mengatakan bahwa dua perempuan Australia bergabung dengan lebih dari 100 tamu untuk minuman keras gratis di hostel sebelum pergi keluar malam, tetapi dia menyangkal bahwa tamu lain melaporkan masalah apa pun, menurut AP. Pemerintah dari masing-masing korban telah mengonfirmasi kewarganegaraan dan kematian mereka.
Sejauh ini, otoritas negara tersebut tidak mengeluarkan pernyataan publik apapun terkait kasus kematian para turis asing hingga lebih dari seminggu sejak kematian pertama dilaporkan. Belum jelas pula seberapa luas dampak keracunan miras oplosan tersebut.
Hanya pernyataan dari Pernyataan dari Badan Berita Laos resmi (KPL) pada Jumat, 22 November 2024, yang melaporkan bahwa 'konsumsi minuman keras yang terkontaminasi' adalah penyebab kasus kematian para turis. Tetapi, otoritas Laos belum memberikan indikasi tentang di mana dan bagaimana alkohol yang terkontaminasi mungkin masuk ke rantai pasokan. Hal itu membuat keluarga korban dan sesama pelancong frustasi.
Advertisement