Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Kini Berada di Level Rp16.300

Nilai tukar rupiah terpantau terus melemah terutama sejak Kamis (19/12/2024) pagi.

oleh Natasa Kumalasah Putri diperbarui 19 Des 2024, 20:11 WIB
Bank Indonesia (BI) menegaskan akan memastikan keseimbangan supply dan demand di tengah pelemahan nilai tukar rupiah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Bandung - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini terpantau terus melemah. Bahkan dalam sehari rupiah anjlok hingga 200 perak dan berdasarkan pantauan Kamis (19/12/2024) siang mencapai level Rp16.300.

Melansir dari Refinitiv nilai rupiah dibuka melemah 0,28 persen di angka Rp16.130/US$ pada Kamis (19/12/2024). Kemudian, berselang empat menit sejak perdagangan dibuka rupiah menyentuh level Rp16.200/US$.

Adapun pada pukul 14.40 WIB nilai rupiah menyentuh angka Rp 16.300/US$ dan posisi tersebut merupakan yang terlemah sejak 4 Juli 2024. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) melihat pelemahan nilai tukar rupiah bersifat sementara.

Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia, Fitra Jusdiman menyampaikan bahwa saat ini pelaku pasar masih menunggu sampai dilantiknya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

“Dalam waktu dekat tentunya kita menunggu pergantian presiden di AS yang beralih ke Trump di Januari tahun depan serta bagaimana kebijakan riil yang akan dilakukannya,” ujarnya pada salah satu media, Kamis (19/12/2024).

Sementara itu, analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong menyampaikan pelemahan tajam nilai tukar rupiah disebabkan Kepala The Fed (Federal Reserve) Jerome Powell memberikan pernyataan yang sangat hawkish terkait prospek suku bunga dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).

“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang menguat tajam pasca pertemuan FOMC yang dimana The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 bps (basis points), namun Kepala The Fed, Powell memberikan pernyataan yang sangat hawkish akan prospek suku bunga dengan mengindikasi hanya akan terjadi pemangkasan sebesar 50 bps tahun depan, turun dari 75-100 bps perkiraan sebelumnya,” katanya mengutip dari Antara.


Alasan The Fed Memberikan Pernyataan Hawkish

Mata uang kertas berbagai negara terlihat di jasa penukaran uang, Melawai, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Nilai tukar rupiah tembus Rp15.236 per dolar AS pukul 10.41 WIB pada perdagangan Rabu (28/9/2022). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Lukman Leong menuturkan pendapatnya terkait alasan mengapa The Fed memberikan pernyataan tersebut yaitu proyeksi pertumbuhan Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari 2 persen menjadi 2,5 persen.

Kemudian juga inflasi inti Personal Consumption Expenditure (PCE) yang diperkirakan berkisar 2,4-2,8 persen masih di atas target 2 persen. The Fed juga dianggap mengantisipasi kemungkinan kebijakan tarif Trump tahun depan.

“The Fed juga mengantisipasi kemungkinan kebijakan tarif Trump tahun depan,” ucapnya.

Lukman juga memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berkisar antara Rp 16.150 - Rp 16.300 per dolar AS.


Pelemahan Rupiah Berdampak Pada Sektor Industri

Pegawai memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Melansir dari kanal Bisnis Liputan6 Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat bahwa pelemahan nilai tukar rupiah memberikan dampak signifikan terhadap sektor usaha yang bergantung pada impor.

Terutama dirasakan oleh kegiatan bisnis yang mempunyai porsi impor besar dalam melaksanakan operasionalnya. Ketua Komite Kebijakan Ekonomi Apindo, Aviliani menjelaskan bahwa sektor usaha yang banyak mengandalkan impor akan menghadapi kenaikan biaya operasional akibat tingginya biaya impor.

“Sektor yang paling terdampak adalah bisnis yang bergantung pada impor. Ketika rupiah melemah, biaya impor menjadi mahal, sehingga bisnis tersebut kehilangan daya saing,” katanya dalam konferensi pers di Kantor Apindo, Jakarta, Kamis (19/12/2024).

Pihaknya juga menyebutkan situasi kenaikan biaya operasional akibat pelemahan rupiah sering kali memaksa perusahaan untuk melakukan langkah-langkah efisiensi sebagai cara mereka bertahan.

“Dalam situasi seperti ini, banyak perusahaan yang mengambil langkah efisiensi agar dapat bertahan,” ucapnya.

Adapun langkah efisiensi yang paling dekat dengan realisasi adalah pemutusan hubungan kerja (PHK). Selain itu, perusahaan juga melakukan penyesuaian lain agar tetap bisa bertahan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya