Liputan6.com, Jakarta - Kehidupan sehari-hari sering kali diwarnai oleh aktivitas perempuan yang sibuk berdandan. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah, sebenarnya untuk siapa wanita berdandan? Buya Yahya, pengasuh LPD Al-Bahjah, memberikan penjelasan menarik terkait hal ini.
Dalam sebuah video yang dinukil dari kanal YouTube @buyayahyaofficial, Buya Yahya menjelaskan bahwa perempuan berdandan untuk tiga orang yang berbeda. Penjelasannya ini memberikan perspektif baru tentang alasan di balik aktivitas tersebut.
Menurut Buya Yahya, alasan pertama perempuan berdandan adalah untuk dirinya sendiri. "Makanya Anda sebagai suami itu jangan gampang ikut campur kalau beli baju. Kadang seorang istri itu berdandan untuk dirinya sendiri di depan cermin, meskipun suaminya merasa itu tidak cocok. Biarkan dia senang dengan dirinya sendiri," jelas Buya Yahya.
Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya menghargai kebebasan seorang perempuan dalam menentukan penampilannya. Dalam konteks ini, berdandan menjadi bentuk ekspresi diri dan cara mereka merasa percaya diri.
Buya Yahya kemudian menjelaskan alasan kedua, yaitu perempuan berdandan untuk suaminya. Penjelasan ini menegaskan pentingnya menjaga keharmonisan hubungan rumah tangga melalui penampilan.
Namun, tidak berhenti di situ, alasan ketiga yang disebutkan oleh Buya Yahya adalah perempuan berdandan untuk teman-teman perempuannya. "Kadang-kadang perempuan itu berdandan untuk kawan-kawan perempuannya, bukan untuk siapa-siapa. Ini juga sering terjadi," ungkapnya.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Berdandan Bukan untuk Orang Lain
Fenomena ini memang umum dijumpai dalam kehidupan sosial perempuan. Saat berkumpul dengan teman-teman, penampilan sering kali menjadi salah satu cara untuk menunjukkan kepedulian terhadap diri sendiri.
Buya Yahya juga menyinggung bahwa ada orang yang tidak terlalu peduli dengan penampilannya, tetapi ia mengingatkan untuk tidak mencaci mereka. "Kalau ada orang berantakan, ya kita doakan saja. Jangan dicaci," ujarnya.
Penjelasan Buya Yahya memberikan pemahaman bahwa berdandan bukan semata-mata untuk menarik perhatian orang lain. Sebaliknya, hal ini mencerminkan motivasi yang berbeda-beda pada setiap perempuan.
Dalam perspektif agama, Buya Yahya juga mengingatkan pentingnya menjaga niat dalam berdandan. Niat yang baik akan membawa manfaat yang positif, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Pernyataan ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk tidak langsung menilai alasan seseorang berdandan. Sebaliknya, setiap orang memiliki hak untuk menentukan bagaimana mereka ingin menampilkan dirinya.
Dalam kehidupan rumah tangga, Buya Yahya menekankan pentingnya komunikasi antara suami dan istri terkait hal ini. "Biarkan istri merasa bahagia dengan pilihannya, selama tidak melanggar aturan agama," jelasnya.
Advertisement
Hikmahnya Suami Lebih kepada Istri
Penjelasan ini memberikan panduan bagi suami untuk lebih memahami kebutuhan istri dalam berdandan. Hal ini juga menjadi salah satu cara untuk mendukung keharmonisan rumah tangga.
Buya Yahya juga menyoroti bahwa berdandan untuk teman-teman perempuan adalah hal yang wajar. Namun, ia mengingatkan agar tetap memperhatikan batasan-batasan yang ada dalam agama.
Pesan ini menjadi relevan di tengah perkembangan tren fashion yang semakin beragam. Buya Yahya mengajak umat Islam untuk tetap menjaga kesederhanaan dalam berdandan tanpa melupakan tujuan utamanya.
Fenomena perempuan yang berdandan untuk berbagai alasan menunjukkan kompleksitas peran mereka dalam kehidupan sosial. Buya Yahya mengajak masyarakat untuk lebih menghargai pilihan perempuan dalam hal ini.
Kesimpulan dari penjelasan Buya Yahya adalah bahwa berdandan tidak hanya soal penampilan, tetapi juga tentang bagaimana seseorang mengekspresikan diri, menjaga hubungan, dan berinteraksi dengan orang lain.
Melalui pandangannya, Buya Yahya memberikan pemahaman yang lebih luas tentang berdandan, yang mungkin selama ini dianggap sebagai aktivitas biasa. Penjelasannya menjadi pelajaran berharga bagi siapa saja yang ingin lebih memahami motivasi di balik tindakan tersebut.
Pada akhirnya, berdandan adalah hak setiap individu, dan masyarakat diajak untuk lebih bijak dalam menyikapi fenomena ini. Pesan Buya Yahya menjadi pengingat bahwa setiap tindakan, termasuk berdandan, dapat menjadi bernilai ibadah jika dilakukan dengan niat yang baik.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul