Diwarnai Insiden Pintu Dikunci, Pameran Lukisan Tunggal Yos Suprapto di Galeri Nasional Batal Dibuka

Penundaan pameran lukisan tunggal Yos Suprapto diambil setelah mempertimbangkan faktor teknis, yakni mundurnya kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo, akibat ketidaksepakatan antara kurator dan seniman.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 20 Des 2024, 19:28 WIB
Pelukis Yos Suprapto menunjukkan lukisan yang tak boleh dipajang di pameran tunggalnya. (Dok: Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Galeri Nasional Indonesia (GNI) mengumumkan Pameran Tunggal Yos Suprapto yang bertajuk "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan", yang dijadwalkan untuk dibuka pada Kamis, 19 Desember 2024, ditunda. Sejumlah tamu undangan yang sempat datang semalam bahkan tidak masuk karena pintu ke galeri utama dikunci. Pameran tersebut sebelumnya direncanakan akan berlangsung sebulan, hingga 19 Januari 2025. 

Menurut keterangan rilis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com, Jumat (20/12/2024), Galeri Nasional memutuskan menunda pameran tersebut setelah mempertimbangkan faktor teknis, yakni mundurnya kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo, akibat ketidaksepakatan antara kurator dan seniman mengenai karya-karya yang akan dipamerkan. Diketahui, rencana Pameran Tunggal Yos Suprapto telah disetujui sejak 2023 serta direncanakan dengan tema awal "BANGKIT!".

Pameran ini bertujuan untuk menyajikan karya seni lukis dan instalasi dari Yos Suprapto, dengan fokus pada tema kedaulatan pangan dan budaya agraris Indonesia. Setelah melalui proses seleksi dan evaluasi kuratorial, tema pameran dipertegas dengan tajuk "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan".

Tema kurasi ini ditetapkan karena disepakati mencerminkan pesan besar pembangunan dan kerja pemerintahan saat ini. Dalam proses penataan karya-karya Yos Suprapto di area tata pamer, Galeri Nasional mengklaim beberapa karya ditampilkan tanpa melalui persetujuan dan kesepakatan antara seniman dan kurator pameran terlebih dahulu.

Karya-karya ini merupakan inisiatif pribadi dari seniman untuk turut serta dalam pameran. Setelah melalui proses evaluasi oleh kurator pameran, karya-karya tersebut dianggap tidak sesuai dengan tema kurasi yang telah ditetapkan.  

Meskipun proses mediasi dilakukan, tidak tercapai kesepakatan mengenai karya-karya yang akan ditampilkan. Berkenaan dengan hal tersebut, kurator pameran Suwarno Wisetrotomo menyatakan mundur dari tugasnya.

 

 


Mencari Solusi agar Pameran Tetap Bisa Terselenggara

Gundah, gelisah dan mengusik kententraman. Inilah potret lukisan Yos Suprapto tentang budaya maritim Indonesia yang telah menghilang. (Yos Suprapto)

Sebagai langkah untuk menjaga keselarasan kuratorial dan memastikan kualitas pameran, Galeri Nasional Indonesia memutuskan untuk menunda acara ini. Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, Jarot Mahendra menegaskan bahwa hubungan GNI dengan Yos Suprapto dan Suwarno Wisetrotomo sangat dihargai.

"Kami berkomitmen untuk terus berkoordinasi dan berkomunikasi dengan kedua belah pihak dalam rangka mencari solusi yang kolektif dan konstruktif," katanya. Penundaan ini juga mencerminkan prinsip Good Governance yang selalu dijunjung tinggi oleh Galeri Nasional Indonesia.

"Setiap keputusan yang kami ambil dalam setiap tahap penyelenggaraan pameran selalu dengan prioritas untuk mengedepankan transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme. Sejalan dengan itu, kami juga berkomitmen untuk memastikan bahwa proses kuratorial dilakukan dengan integritas dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, serta serta memastikan keberagaman ekspresi seni di ruang publik kami," lanjutnya.  

Pameran Tunggal Yos Suprapto pun akhirnya resmi ditunda. "Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan akibat penundaan ini dan berharap dapat menyambut publik kembali di pameran Galeri Nasional Indonesia lainnya di masa depan," tutup Jarot.

 


5 Lukisan Minta Diturunkan oleh Kurator

Galeri Nasional Indonesia. (dok. Indonesia Heritage Agency)

Terkait dengan penundaan, dalam keterangan tertulisnya, Yos Suprapto mengungkapkan pengunjung yang hadir di pembukaan pada 19 Desember 2024 malam dilarang melihat pameran yang telah dipersiapkan sejak setahun terakhir. Pintu pameran dikunci.

Ia juga menjelaskan bahwa kurator yang ditunjuk Galeri Nasional, Suwarno Wisetrotomo, meminta lima di antara 30 lukisan diturunkan. Tapi, Yos menolak. "Saya tidak mau lagi berurusan dengan Galeri Nasional dan Kementerian Kebudayaan," kata Yos.

Menurutnya, lima lukisan itu berkaitan dengan sosok yang pernah sangat populer di masyarakat Indonesia. "Saya rasa itu ekspresi kurator yang takut secara berlebihan," kata Eros Djarot, yang membuka acara. 

Para pengunjung yang sudah siap untuk menikmati lukisan karya Yos Suprapto akhirnya kecewa. Pihak Galeri Nasional mengunci ruang pameran. Pintu utama dikunci dan lampu digelapkan.

"Ini adalah pembredelan pameran seni rupa pertama di era Prabowo Subianto," ujar Oscar Motulloh, fotografer professional yang juga pengamat seni dalam keterangannya. 


Pameran Terancam Batal

Galeri Nasional Indonesia. (dok. IHA)

Menurut Yos, jika kelima lukisan tersebut diturunkan, maka ia akan membatalkan pameran secara keseluruhan dan membawa pulang seluruh lukisan pulang ke Yogya. "Saya tidak mau lagi berurusan dengan Galeri Nasional dan Kementerian Kebudayaan,” kata Yos.

Diketahui Yos Suprapto adalah pelukis Indonesia yang karyanya bertautan dengan masalah sosial, lingkungan, dan perkembangan situasi politik nasional terbaru. Ia selalu menampilkan kebolehan mengolah figurasi realis yang berakar pada tradisi realisme sosial ala Diego Rivera dan Taring Padi.

Hal itu divisualkan dalam simbolisme surealistik yang mengingatkan kita pada sapuan kuas para perupa Yogyakarta era 1980-an. Di lukisan-lukisannya, komentar dan kritik sosial dihadirkan Yos dalam bahasa simbolisme. 

Permainan garis dan warna, termasuk hitam, merah, biru, hijau, cokelat, kuning, ungu, jingga, maupun putih, dianggap jadi ciri khas yang sangat provokatif dari lukisan Yos. Warna-warna tersebut ditampilkan dengan daya visual yang kuat dan keras, bersanding satu sama lain untuk melahirkan komposisi yang tidak halus guna menampakkan ketegangan. Tema sosial, politik, budaya, ekologi, dan kemanusiaan diinstrumenkan sebagai komponen-komponen utama kehidupan di negeri ini.

Seniman Indonesia yang tampil di panggung global, masih eksis hingga sekarang. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis) 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya