Liputan6.com, Jakarta - Cuaca pagi Jakarta besok, Minggu, 22 Desember 2024, diprakirakan seluruh langitnya akan berawan. Demikianlah prediksi cuaca besok.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, cuaca Jakarta pada siang hari diprediksi akan berawan. Kecuali di Jakarta Selatan akan turun hujan dengan intensitas ringan dan di Kepulauan Seribu akan cerah.
Advertisement
Begitu pun untuk langit Jakarta pada malam hari seluruhnya akan hujan berintensitas ringan. Kecuali di Kepulauan Seribu akan berawan.
Selain itu, untuk wilayah penyangga Kota Jakarta, yaitu Bekasi, Jawa Barat diprediksi cuaca pagi berawan, siang hujan ringan, dan malam akan hujan sedang.
Kemudian, di Depok dan Kota Bogor, Jawa Barat, diprediksi cuaca pagi berawan, lalu siang hingga malam akan turun hujan dengan intensitas ringan.
Selanjutnya, di Kota Tangerang, Banten, cuaca pagi dan malam juga akan berawan. Namun pada siang hari akan cerah berawan.
Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Jakarta Barat | Berawan | Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Pusat | Berawan | Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Selatan | Berawan | Hujan Ringan | Hujan Ringan |
Jakarta Timur | Berawan | Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Utara | Berawan | Berawan | Hujan Ringan |
Kepulauan Seribu | Berawan | Cerah | Berawan |
Bekasi | Berawan | Hujan Ringan | Hujan Sedang |
Depok | Berawan | Hujan Ringan | Hujan Ringan |
Kota Bogor | Berawan | Hujan Ringan | Hujan Ringan |
Tangerang | Berawan | Cerah Berawan | Berawan |
Bukan Pohon, Paus Jadi Jawaban untuk Atasi Perubahan Iklim
Di tengah meningkatnya kekhawatiran global terhadap krisis iklim, berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global. Mulai dari reboisasi, pengurangan emisi gas rumah kaca, hingga pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, seluruhnya bertujuan untuk memperlambat kenaikan suhu bumi.
Namun, siapa sangka bahwa salah satu solusi alami yang potensial dalam menghadapi perubahan iklim datang dari lautan, tepatnya dari paus. Melansir laman IFL Science pada Kamis (12/12/2024), paus memiliki peran signifikan dalam ekosistem laut dan siklus karbon global.
Sebagai mamalia laut terbesar, paus memiliki umur yang panjang, mampu bermigrasi dalam jarak yang jauh, dan secara tidak langsung menyimpan serta mendistribusikan karbon di lingkungan laut. Hal ini menjadikan paus sebagai salah satu elemen kunci dalam mitigasi perubahan iklim.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Trends in Ecology and Evolution pada Desember 2022 mengungkap bahwa paus menyimpan sejumlah besar karbon dalam tubuhnya. Sebanyak 12 spesies paus besar, seperti paus biru (Balaenoptera musculus), paus sirip (Balaenoptera physalus), dan paus bungkuk (Megaptera novaeangliae), diperkirakan menyimpan sekitar 2 juta metrik ton karbon.
Jumlah ini setara dengan karbon yang dihasilkan dari pembakaran 851 juta liter bensin. Dengan demikian, keberadaan paus menjadi sangat krusial dalam upaya mengurangi kadar karbon di atmosfer dan lautan.
Selain itu, paus juga berperan dalam siklus karbon saat mereka mati. Bangkai paus yang tenggelam ke dasar laut membawa serta akumulasi karbon yang tersimpan dalam tubuh mereka seumur hidup.
Proses ini, yang dikenal sebagai carbon sequestration, berpotensi menyimpan karbon dalam waktu yang sangat lama. Para peneliti memperkirakan bahwa dibutuhkan hingga 1.000 tahun bagi karbon tersebut untuk kembali ke permukaan laut.
Dengan demikian, bangkai paus yang tenggelam efektif mengurangi karbon yang seharusnya menguap ke atmosfer.
Advertisement
Kotoran Paus dan Fitoplankton
Paus tidak hanya menyimpan karbon dalam tubuhnya, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan fitoplankton melalui kotorannya. Kotoran paus kaya akan nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, dan zat besi yang diperlukan oleh fitoplankton untuk berkembang biak.
Fitoplankton adalah organisme mikroskopis yang berperan besar dalam siklus karbon. Mereka mampu menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer melalui proses fotosintesis.
Dikutip dari laman IMF pada Kamis (12/12/2024), satu ekor paus besar dapat menyerap karbon hingga 33.000 kg selama masa hidupnya. Jika dibandingkan, sebatang pohon rata-rata hanya mampu menyerap sekitar 22 kg karbon dioksida per tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa paus memiliki efisiensi yang jauh lebih tinggi dalam mengurangi kadar karbon di atmosfer dibandingkan pohon. Ketika paus mati dan bangkainya tenggelam ke dasar laut, proses ini menciptakan ekosistem baru yang dikenal sebagai whale fall.
Bangkai paus menjadi sumber makanan bagi berbagai spesies pemakan bangkai di laut dalam, termasuk ikan, kepiting, dan mikroba. Proses ini mendukung biodiversitas laut dan menciptakan habitat yang stabil di dasar samudra.
Selain itu, karbon yang terkunci dalam tubuh paus tetap berada di dasar laut selama ratusan hingga ribuan tahun, membantu mengurangi jumlah karbon bebas di atmosfer.
Mitigasi Perubahan Iklim, 7 Kawasan Pesisir Riau Bakal Punya Hutan Mangrove "Baru"
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menargetkan 7.498 hektare kawasan pesisir di Provinsi Riau untuk direhabilitasi dan ditanam hutan mangrove. Pada Desember tahun ini, lembaga restorasi ekosistem tepian laut itu sudah memperbaiki 1.600 hektare mangrove.
Program rehabilitasi mangrove BRGM ini dicanangkan melalui proyek Mangrove for Coastal Resilience (M4CR). Tidak hanya melibatkan pemerintah daerah, BRGM juga menggandeng masyarakat pesisir yang selama ini bergantung pada hutan pemecah ombak itu.
"Ada pemberdayaan ekonomi masyarakat, tidak hanya dikasih uang tapi juga pelatihan," kata PPIU M4CR BRGM Riau Muhammad Arif Fachrurozi di Pekanbaru, Senin siang, 16 Desember 2024.
Salah satu pemberdayaan itu adalah pemanfaatan kepiting laut. Selama ini, masyarakat menangkap semua ukuran satwa air bercapit tersebut sebagai sumber utama perekonomian.
"Dengan adanya pelatihan nanti, masyarakat bisa budidaya sehingga yang diambil kepiting yang besar-besar saja," kata Arif.
Arif menjelaskan, rehabilitasi mangrove dilakukan di Kota Dumai, Kabupaten Indragiri Hilir, Rokan Hilir, Kepulauan Meranti, Pelalawan, Bengkalis dan Siak.
Sudah 7 bulan BRGM mengidentifikasi lokasi prioritas di kabupaten dimaksud dan mensosialisasikan ke stakeholder terkait. Penanaman telah dimulai di Indragiri Hilir dan ditargetkan selesai 31 Desember.
Penanaman di kabupaten lain dimulai serentak tahun depan. Langkah ini mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Riau dan aparat kemanan seperti TNI-Polri serta lembaga pendidikan.
Advertisement
Manfaat Ekonomi
Masyarakat sekitar mendapatkan edukasi agar rehabilitasi ini berkelanjutan dan selaras dengan pemberdayaan ekonomi dari ekosistem laut. Selain pembesaran kepiting, masyarakat nantinya mendapatkan pelatihan dan pembekalan dari sisi ekonomi kreatif.
"Kelompok masyarakat yang berhasil menjalankan program ini akan mendapatkan hibah sebagai bentuk dukungan," jelas Arif.
BRGM berharap rehabilitasi ini tidak mengganggu perekonomian masyarakat yang selama ini bergantung pada hutan mangrove. Dengan demikian, mangrove bisa menjalankan fungsinya sebagai benteng abrasi.
"Dengan menjaga ekosistem ini, masyarakat dapat memperoleh manfaat ekonomi tanpa merusaknya," ujar Arif.
Sementara itu, Wakil Direktur Polair Polda Riau AKBP Andi Yul menyatakan Polri turut berperan aktif dalam mendukung keberhasilan program ini.
"Kami mendukung upaya ini tidak hanya dari aspek penegakan hukum, tetapi juga melalui langkah pemulihan, seperti penanaman bakau yang kami lakukan setiap tahun," tambahnya.
Program M4CR di Provinsi Riau sendiri merupakan bagian dari target rehabilitasi mangrove nasional sebesar 600 ribu hektare hingga 2027. Tujuannya mitigasi perubahan iklim dan penguatan ketahanan ekosistem pesisir.