AS Cabut Hadiah Rp161 Miliar untuk Kepala Pemimpin Pemberontak Suriah

Meski hadiah atas upaya penangkapan pemimpin HTS telah dicabut, namun AS tidak mengubah status kelompok itu.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 21 Des 2024, 17:05 WIB
Abu Mohamed al-Golani, pimpinan Hayat Tahrir al-Sham (HTS), berpose selama konferensi pers di daerah Bab al-Hawa, Suriah, pada 12 Maret 2024. (Dok. Omar Haj Kadour/AFP)

Liputan6.com, Damaskus - Sekelompok diplomat Amerika Serikat (AS) mengadakan pertemuan tatap muka pertama dengan perwakilan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) di Damaskus, Suriah, pada hari Jumat (20/12/2024). Langkah ini menandai meningkatnya keterlibatan AS setelah HTS menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad awal bulan ini.

Delegasi AS termasuk Barbara Leaf, diplomat senior kementerian luar negeri untuk Timur Tengah; Roger Carstens, utusan presiden untuk urusan sandera; dan penasihat senior Daniel Rubinstein, yang kini memimpin upaya keterlibatan Departemen Luar Negeri di Suriah.

Setelah bertemu dengan pemimpin HTS, Ahmed al-Sharaa alias Abu Mohammed al-Golani/Abu Mohammed al-Julani/Abu Mohammed al-Jawlani, Leaf mengatakan bahwa AS akan mencabut hadiah USD 10 juta atau sekitar Rp161 miliar (kurs 1 USD sama dengan Rp16.169) untuk kepala Sharaa yang ditawarkan lebih dari 10 tahun lalu.

Menurut Middle East Eye, laman web tentang hadiah USD 10 juta untuk Sharaa sudah tidak dapat diakses.

Leaf menggambarkan Sharaa sebagai "pragmatis" dan mengatakan bahwa delegasi AS memiliki pertemuan yang positif, produktif, dan mendetail dengan pemimpin HTS untuk membahas masa depan politik Suriah pasca runtuhnya rezim Assad.

Selama kunjungan mereka ke Damaskus, para diplomat AS membahas transisi politik Suriah dan menangani masalah terkait nasib jurnalis Austin Tice, dokter Suriah-Amerika Majd Kamalmaz, serta warga negara lainnya yang hilang di bawah pemerintahan Assad.

"Delegasi tersebut juga bertemu dengan kelompok masyarakat sipil dan perwakilan berbagai komunitas di Suriah untuk membahas visi mereka mengenai masa depan negara dan bagaimana Amerika Serikat dapat membantu mendukung mereka," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS seperti dikutip dari Middle East Eye, Sabtu (21/12).


Status HTS hingga Sanksi terhadap Suriah

Abu Mohammed al-Golani, pemimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang memimpin serangan pemberontak kilat untuk menjatuhkan pemerintahan Bashar al-Assad, berpidato di hadapan khalayak di Masjid Umayyah yang merupakan bangunan bersejarah di Damaskus, Suriah, Minggu (8/12/2024). (Dok. Aref Tammawi/AFP)

Meski kini terlibat langsung dengan HTS, AS dilaporkan tetap mempertahankan status kelompok itu sebagai teroris.

Dalam pernyataan pekan lalu, AS menyatakan siap mengakui pemerintahan baru Suriah jika beberapa syarat dipenuhi, yaitu kepemimpinan inklusif, penghormatan terhadap minoritas dan perempuan, penghapusan senjata kimia, dan jaminan Suriah tidak menjadi tempat terorisme.

Leaf juga mengatakan AS sedang meninjau sanksi terhadap Suriah seiring upaya negara tersebut untuk bangkit kembali pasca-perang saudara.

Leaf menggarisbawahi bahwa Sharaa menekankan pemulihan ekonomi Suriah sebagai prioritas utama, namun AS menuntut kemajuan nyata untuk menangani kekhawatiran mereka. Kunjungan delegasi AS ke Damaskus bertepatan dengan berakhirnya sanksi Caesar, undang-undang AS yang memberlakukan berbagai sanksi terhadap ekonomi Suriah.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya