Liputan6.com, Jakarta - Pendosa adalah gambaran seseorang yang memiliki banyak sekali dosa, yang ia lakukan selama hidupnya di dunia. Dosa membuat seseorang diazab di neraka, dan bagi seorang muslim yang berdosa, ini adalah proses pensucian.
Akan tetapi, ada kisah seorang pendosa mendapatkan ampunan kepada Allah. Kisah penuh hikmah ini disampaikan oleh KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau Gus Baha, seorang ulama yang dikenal dengan ceramah-ceramahnya yang membumi dan penuh makna.
Dalam ceramah tersebut, Gus Baha mengisahkan tentang seorang pendosa yang selamat dari siksa berkat satu hal kecil namun memiliki bobot luar biasa di sisi Allah.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Abahikfi, Gus Baha menjelaskan kisah ini dengan penuh penekanan dan penghayatan mendalam. Kisah ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dalam Musnad Ahmad dan sejumlah riwayat lainnya.
Gus Baha mengisahkan seorang pendosa yang dihadapkan pada catatan amal perbuatannya. Allah memanggilnya, “Fulan, kamu ke sini. Kamu lihat itu apa?” Sang pendosa melihat sebuah boks-boks besar berisi dokumen-dokumen yang mencatat seluruh dosanya.
Penuh rasa putus asa, pendosa tersebut yakin dirinya tidak akan masuk surga. Namun, Allah menenangkannya dengan penuh kasih sayang. “Sudah, kamu tenang saja,” ucap Allah sambil mengambil sebuah boks kecil yang ukurannya bahkan hanya sebesar kotak jam tangan.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Isi Boks Kecil Itu Ternyata
Isi boks kecil itu mengejutkan, karena hanya berisi satu kalimat: La ilaha illallah. Allah berkata kepada pendosa tersebut, “Ini kamu punya kebaikan, kecil sekali. Sudah, kamu tenang saja.” Kalimat tauhid itu ternyata memiliki bobot yang luar biasa besar.
Ketika boks kecil tersebut ditimbang, hasilnya jauh lebih berat dibandingkan dengan boks besar yang penuh dosa. Gus Baha menekankan bahwa kalimat tauhid mampu mengalahkan beratnya dosa-dosa yang telah dilakukan oleh pendosa itu.
Allah kemudian bertanya kepada malaikat yang menimbang, “Kamu berani abaikan nama-Ku yang ada di sini?” Malaikat itu terdiam, bahkan tidak berani melawan kehendak Allah.
Dalam ceramahnya, Gus Baha menjelaskan bahwa kehadiran asma Allah tidak ada tandingannya. Bahkan malaikat yang biasanya bertugas mencatat dosa tidak memiliki keberanian untuk mengabaikan nama Allah dalam timbangan tersebut.
“Nama Allah itu tidak ada bandingannya,” tegas Gus Baha. Kalimat La ilaha illallah, meskipun kecil secara fisik, memiliki bobot yang sangat besar di kehidupan akhirat.
Kisah ini menjadi pelajaran penting tentang keagungan nama Allah dan keadilan-Nya. Allah tidak akan mendzalimi hamba-Nya. Setiap amal kebaikan, sekecil apa pun, pasti akan dihargai dan diperhitungkan.
Gus Baha juga mengingatkan bahwa rahmat Allah jauh lebih luas daripada dosa manusia. Bahkan seorang pendosa yang bertobat dan mengimani asma Allah masih memiliki harapan untuk mendapatkan ampunan dan kasih sayang-Nya.
Advertisement
Ingat Allah SWT dalam Semua Aspek Kehidupan
Ceramah ini memberikan motivasi besar kepada umat Islam untuk senantiasa mengingat Allah dalam setiap aspek kehidupan. Kalimat tauhid tidak hanya sekadar ucapan, tetapi juga menjadi penyelamat bagi mereka yang mengimaninya dengan tulus.
Dalam kisah tersebut, malaikat yang awalnya siap mencatat dosa tidak mampu mengabaikan kehadiran nama Allah. Hal ini menjadi bukti nyata keagungan asma Allah yang tidak bisa ditakar dengan logika manusia.
Gus Baha mengajak umat Islam untuk tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah. Ia menekankan pentingnya menyebut nama Allah dalam setiap keadaan, baik saat senang maupun susah.
“Ketika kamu menyebut nama Allah, itu menjadi amal yang nilainya tak terhingga,” ujar Gus Baha. Ia juga menekankan bahwa rahmat Allah selalu membuka jalan bagi hamba-Nya untuk kembali ke jalan yang benar.
Ceramah ini menjadi pengingat bahwa Allah tidak pernah menutup pintu taubat. Sebaliknya, Allah selalu memberikan peluang bagi hamba-Nya untuk memperbaiki diri, selama masih ada iman dalam hati mereka.
Gaya penyampaian Gus Baha yang penuh hikmah berhasil menginspirasi banyak pendengarnya. Kisah ini menggugah kesadaran bahwa setiap manusia, bagaimanapun dosanya, tetap memiliki harapan untuk mendapatkan rahmat Allah yang tidak terbatas.
Kisah tentang pendosa yang selamat karena nama Allah ini bukan hanya mengajarkan pentingnya kalimat tauhid, tetapi juga menjadi bukti nyata akan keadilan dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul