Inilah 12 Jenis Tupping, Tarian Khas Lampung yang Sarat Makna

Masyarakat Lampung Selatan memiliki kesenian topeng tradisional, yaitu tupping. Kesenian ini ditampilkan dalam bentuk pertunjukan drama tari kepahlawanan dan menjadi salah satu warisan budaya bagi masyarakat setempat.

oleh Marifka Wahyu Hidayat diperbarui 25 Des 2024, 07:00 WIB
Ilustrasi tarian topeng. Foto: Dok. ppid.lampungprov.go.id

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Lampung Selatan memiliki kesenian topeng tradisional, yaitu tupping. Kesenian ini ditampilkan dalam bentuk pertunjukan drama tari kepahlawanan dan menjadi salah satu warisan budaya bagi masyarakat setempat.

Tupping bukan hanya mengutamakan keindahan, namun juga memiliki hubungan dengan sesuatu yang dikeramatkan. Maka tak heran, jika pada awalnya tupping digunakan oleh kaum bangsawan laki-laki dan terdapat sesajen.

Cerita yang diangkat umumnya mengisahkan kegigihan pasukan Radin Inten I (1751-1828), Radin Imba II (1828-1834), dan Radin Inten II (1834-1856) dalam melawan Belanda. Para tokoh ini dikenal sebagai pahlawan kebanggaan masyarakat Lampung.

Dilansir dari Cerita Sejarah Lampung Selatan, milik Dinas Pariwisata Kasi Sejarah dan Purbakala, Lampung Selatan. Ada 12 jenis tupping dengan julukan dan karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan tugasnya.

Pertama, Tupping Ikhung Tebak (Hidung Melintang) bertanggung jawab kepada seluruh pasukan dan bertugas di Gunung Rajabasa sebagai mata-mata. Kedua, Tupping Ikhung Cungak (Hidung Mendongak), memiliki penciuman yang sangat tajam sehingga dapat mengetahui keberadaan musuh dan bertugas di Tanjung Tua.

Ketiga, Tupping Luah Takhing (Keluar Taring), menunjukkan keberanian yang bertugas di kekhatuan mit matakhani mati (wilayah barat), sebagai mata-mata sekaligus penyampai berita. Keempat, Tupping Janggung Khawing (Janggut Panjang Tidak Teratur), merupakan pasukan berani mati dan seram yang bertugas di Seragi sampai di Way Sekampung.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Jenis Tupping 5-12

Kelima, Tupping Banguk Khabit (Mulut Sompel) memiliki karakter berbicara terbata-bata yang bertugas di Gunung Cukkih Selat Sunda. Keenam, Tupping Bekhak Banguk (Mulut Lebar) bertugas keliling gunung dengan karakter berbicara keras dan tegas. Ketujuh, Tupping Mata Sipit (Mata Sipit) bertugas di Batu Payung memiliki berpikir banyak ide-ide.

Kedelapan, Tupping Banguk Kicut (Mulut Mengot), bertugas di Gunung Karangan ahli dalam menyampaikan sandi-sandi. Kesembilan, Tupping Pudak Bebai (Muka Perempuan) bertugas di Tanjung Selaki berkarakter seperti wanita. Kesepuluh, Tupping Mata Kedugok (Mata Ngantuk) bertugas di Anjak Kekhatuan Tugok Matakhani Minjak (Timur), memiliki sifat pendiam.

Kesebelas, Tupping Mata Kicong (Mata Sebelah), bertugas di Tuku Tiga memiliki karaker siap siaga dan tidak pernah tidur. Terakhir, Tupping Ikhung Pisek (Hidung Pesek), bertugas di Sumokh Kucing mempunyai karakter apa adanya.

Saat ini tuping ditampilkan saat perayaan pesta pernikahan dan festival hiburan. Untuk dapat melestarikan kesenian tersebut, pada 2016 Kemdikbud menetapkannya sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia asal Provinsi Lampung.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya