Liputan6.com, Jakarta Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kemenkes RI Lovely Daisy mengungkapkan bahwa dalam pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) tidak boleh sembarangan. Pemberian MPASI harus memenuhi empat syarat utama yakni
1. MPASI harus tepat waktu
Advertisement
MPASI diberikan saat ASI saja sudah tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan energi bayi, yaitu mulai usia 6 bulan.
Daisy mengungkapkan pada usia 6 bulan terdapat kesenjangan kebutuhan energi bayi dengan yang dapat dicukupi dari ASI saja.
Lalu, secara global, sebagian besar pedoman di Amerika dan Eropa juga merekomendasikan, MPASI dimulai pada usia 6 bulan. Daisy juga mengingatkan bahaya bila memperkenalkan MPASI sebelum usai yang tepat bisa berbahaya dan jika terlambat anak juga akan kekurangan gizi.
“Perlu diperhatikan, bila memperkenalkan MPASI terlalu dini akan meningkatkan risiko kontaminasi patogen. Sebaliknya, bila memperkenalkan MPASI terlambat akan menyebabkan bayi tidak mendapatkan zat gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang,” kata Daisy.
Lalu, berdasarkan pedoman “WHO Guideline for Complementary Feeding of Infants and Young Children 6–23 Months of Age” tahun 2023, pemberian MPASI dini pada usia kurang dari 6 bulan memiliki dampak buruk.
“Perkembangan bayi yang belum memadai dalam kesiapan mengonsumsi makanan (organ-organ bayi belum siap mencerna makanan), meningkatkan potensi risiko peningkatan morbiditas karena penyakit gastrointestinal, seperti penyakit diare dan risiko alergi,” terang Daisy.
2. MPASI yang Adekuat
Pemberian MPASI yang adekuat mampu memenuhi kecukupan energi, protein, serta mikronutrien untuk mencapai tumbuh kembang optimal anak. Pemberian MPASI perlu mempertimbangkan usia anak, jumlah, frekuensi, konsistensi/tekstur, serta variasi keberagaman makanan.
3. MPASI yang Aman
MPASI disiapkan dan disimpan dengan cara yang higienis, menggunakan tangan dan peralatan yang bersih. Kunci untuk makanan yang aman, di antaranya memisahkan penyimpanan makanan mentah dengan makanan yang sudah dimasak dan menggunakan makanan segar dan masak sampai matang, misalnya daging, ayam, telur, dan ikan.
4. MPASI dengan Pemberian Cara Benar
Pemberian MPASI yang terjadwal, lingkungan yang mendukung, dan prosedur makan yang tepat.
“Syarat terjadwal itu jadwal makan termasuk makanan selingan teratur dan terencana. Syarat lingkungan yang mendukung, misalnya, hindari memaksa meskipun hanya makan 1-2 suap, perhatikan tanda bayi lapar dan kenyang,” jelas Daisy.
Syarat prosedur makan yang tepat seperti makan dalam porsi kecil dan bayi distimulasi untuk makan sendiri. Dimulai dengan pemberian makanan selingan yang bisa dipegang sendiri.
Advertisement
Makanan Harus MPASI Beragam
Daisy mengingatkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi MPASI harus beragam. Ia mengingatkan bahwa paling tidak asupan makanan anak 6-23 bulan mengandung minimal 5 dari 8 kelompok makanan, yakni ASI, makanan pokok, kacang-kacangan, produk susu, daging-dagingan, telur, sayur buah kaya vitamin A, dan sayur buah lainnya.
“Keragaman bahan dalam MPASI diperlukan, karena tidak ada satupun makanan yang mengandung zat gizi lengkap. Selain itu, MPASI juga harus dipastikan mengandung telur, ikan, dan atau daging. Karena konsumsi protein hewani berkorelasi positif dengan penurunan risiko stunting,” ucapnya.
Bahan Makanan dalam MPASI
MPASI harus dibuat dengan memperhatikan higiene dan sanitasi. Lalu pastikan makanan yang diberikan ke bayi mengandung:
- karbohidrat
- protein hewani
- protein nabati
- lemak
- vitamin dan mineral, terutama zat besi serta seng (zinc).
“Perlu diperhatikan juga terkait pemberian sejumlah minyak/lemak sebagai sumber energi yang efisien. Ini menjadikan MPASI padat gizi, tanpa menambahkan jumlah MPASI yang diberikan),” kata Daisy.
Batasi pemberian gula dan garam pada MPASI. Kemudian perhatikan tekstur MPASI anak yang dimulai dari makanan lembut tapi kental.
“Lalu, tekstur mempertimbangkan kemampuan oromotor (pergerakan otot rongga mulut)," katanya.
Advertisement