Kutub Magnet Bumi akan Berubah pada 2040, Ini Dampaknya bagi Manusia

Kutub yang ada pada magnet bumi terbentuk dari besi cair dan nikel yang mengalir di sekitar inti luarnya. Logam cair ini bersifat konduktif dan terus bergerak karena rotasi planet dan konveksi yang disebabkan oleh panas.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 24 Des 2024, 01:00 WIB
Ilustrasi medan magnet Bumi. (Sumber Wikimedia)

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Informasi Lingkungan Nasional (NCEI) dan Survei Geologi Inggris (BGS) merilis versi terbaru dari Model Magnetik Bumi atau World Magnetic Model (WMM) pada 17 Desember 2024 lalu. Dalam penelitian terbaru ini, para ahli memprediksi tentang bagaimana medan magnet bumi akan bergeser dan berubah selama lima tahun ke depan.

Melansir laman Live Science pada Senin (23/12/2024), model tersebut menggabungkan data dari satelit seperti misi Swarm milik Badan Antariksa Eropa (NOAA) dan magnetometer presisi tinggi di observatorium berbasis darat. Versi baru dari Model Magnetik Bumi dirilis setiap lima tahun untuk mempertimbangkan perubahan posisi medan magnet akibat gerakan inti Bumi.

Nantinya, pembaruan ini akan berpengaruh pada teknologi yang mengandalkan medan magnet bumi, seperti global positioning system (GPS). Perlu diketahui, kutub utara pada magnet bumi berbeda dengan wilayah Kutub Utara secara geografis.

Kutub Utara yang merujuk pada wilayah geografis, merupakan titik pertemuan sumbu rotasi bumi dengan permukaan planet dan tempat semua garis bujur bertemu. Sementara, kutub utara magnet adalah titik pada Belahan Bumi Utara, tempat garis medan magnet bumi mengarah langsung ke planet.

Kutub yang ada pada magnet bumi terbentuk dari besi cair dan nikel yang mengalir di sekitar inti luarnya. Logam cair ini bersifat konduktif dan terus bergerak karena rotasi planet dan konveksi yang disebabkan oleh panas.

Selaras dengan prinsip elektromagnetisme, gerakan ini menciptakan arus listrik yang menghasilkan medan magnet. Berdasarkan studi pada 2020, posisi kutub utara dari magnet bumi saat ini menuju ke arah Siberia.

Sejak 1830-an, kutub magnet bumi bagian utara telah berpindah sekitar 2.250 kilometer melintasi wilayah atas Belahan Bumi Utara dari Kanada menuju Siberia. Fenomena ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh perubahan pola aliran di bagian dalam Bumi yang terjadi antara 1970 hingga 1999.

Pergerakan pada magnet Bumi diprediksi akan meningkat sekitar 50 hingga 60 kilometer per tahun.

 


Dampak Pergeseran Magnet Bumi

Dikutip dari laman IFL Science pada Senin (23/12/2024), pergeseran kutub magnet Bumi merupakan fenomena alami yang terjadi akibat dinamika inti luar Bumi yang terdiri dari besi cair. Secara historis, pembalikan kutub magnet Bumi terjadi rata-rata setiap 450.000 tahun, dengan variasi antara 100.000 hingga 1 juta tahun.

Proses pembalikan ini biasanya memakan waktu antara 1.000 hingga 10.000 tahun. Pembalikan terakhir, dikenal sebagai pembalikan Brunhes-Matuyama, terjadi sekitar 780.000 tahun yang lalu.

Selain itu, terdapat peristiwa pembalikan singkat, seperti peristiwa Laschamp yang terjadi sekitar 41.000 tahun lalu dan berlangsung selama sekitar 440 tahun. Pergeseran kutub magnet dapat mempengaruhi alat navigasi yang bergantung pada medan magnet, seperti kompas.

Perubahan posisi kutub magnet mengharuskan pembaruan berkala pada model medan magnet bumi yang digunakan dalam sistem navigasi global. Meskipun pergeseran kutub magnet dapat mempengaruhi sistem navigasi, dampaknya pada kehidupan sehari-hari tidak terlalu signifikan.

Namun, selama proses pembalikan kutub, medan magnet bumi dapat melemah secara signifikan. Hal ini dapat mengurangi perlindungan bumi terhadap radiasi kosmik dan partikel bermuatan dari angin matahari.

Hal ini dapat meningkatkan paparan radiasi di permukaan Bumi, yang berpotensi mempengaruhi kesehatan makhluk hidup dan teknologi berbasis satelit.

(Tifani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya