Rupiah di Tutup Perkasa, tapi Masih di Atas 16.000 per Dolar AS

Rupiah ditutup menguat sebesar 25 poin terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat mencapai penguatan 80 poin di level 16.196, dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di 16.221 per dolar AS.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 23 Des 2024, 16:45 WIB
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Pada Senin, 23 Desember 2024, mata uang Rupiah mengalami penguatan menjelang libur Natal. Rupiah ditutup menguat sebesar 25 poin terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat mencapai penguatan 80 poin di level 16.196, dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di 16.221 per dolar AS.

“Untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah diperkirakan akan fluktuatif namun ditutup menguat di rentang 16.130 - 16.200,” ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangan tertulis, Senin (23/12/2024).

Pelemahan dolar AS terjadi setelah data inflasi yang melambat memberikan sedikit kelegaan, setelah Federal Reserve memangkas suku bunga dan menunjukkan bahwa inflasi AS cukup kuat untuk mengurangi pemangkasan suku bunga pada 2025 mendatang.

CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa pasar memperkirakan pemangkasan pertama suku bunga pada 2025 akan dilakukan pada bulan Juni, dengan kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga sepanjang tahun tersebut.

Data Ekonomi AS

Data dari Departemen Perdagangan AS menunjukkan bahwa indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, yang menjadi acuan inflasi AS, naik 0,1% pada November 2024, setelah kenaikan 0,2% yang tidak direvisi pada bulan Oktober. Namun, inflasi tahunan inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, tetap berada di angka 2,8%, jauh di atas target bank sentral sebesar 2%.

Selain itu, pemerintah AS tengah menghadapi ancaman penutupan sebagian pemerintahan jika Kongres tidak memperpanjang batas waktu untuk RUU belanja yang didukung oleh Presiden terpilih Donald Trump. RUU tersebut gagal disahkan di DPR pada hari Kamis lalu.

Ibrahim menambahkan, pasar sedang menunggu rincian terkait langkah-langkah stimulus fiskal baru dari Tiongkok, yang diperkirakan akan meningkatkan stimulus pada tahun depan.

"Tiongkok, sebagai importir tembaga terbesar di dunia, berperan penting dalam pergerakan pasar."

 


Pemerintah Optimis Ekonomi Indonesia Tetap Tumbuh

Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan bahwa kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen per 1 Januari 2025 tidak akan mengganggu target pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah juga menyiapkan paket stimulus bantuan pangan untuk mendukung perekonomian masyarakat.

Ibrahim menyoroti, meskipun ada kebijakan kenaikan PPN, pemerintah optimis target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan tetap tercapai sesuai dengan target APBN, yakni 5,2 persen.

Pemerintah juga memperkirakan pergerakan inflasi pada tahun depan akan tetap terjaga, dengan dampak kenaikan PPN terhadap inflasi yang dinilai minimal. Inflasi diperkirakan tetap berada pada kisaran target yang ditetapkan, yaitu sekitar 2,5 persen dengan toleransi plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025. 4o mini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya