6 Tren AI hingga Keamanan Siber dalam Lanskap Bisnis Indonesia pada 2025

Berikut adalah enam tren utama yang menentukan lanskap bisnis Indonesia pada tahun 2025, berkaitan dengan AI hingga keamanan siber.

oleh Iskandar diperbarui 24 Des 2024, 10:30 WIB
Ilustrasi AI. (Unsplash/Igor Omilaev).

Liputan6.com, Jakarta - Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kian merambah berbagai sektor industri, bahkan diprediksi akan melampaui dampak teknologi cloud dan internet.

Hal ini diungkapkan Managing Director Cisco Indonesia Marina Kacaribu, yang menyoroti transformasi signifikan dalam lanskap bisnis selama setahun terakhir.

"Setahun terakhir, lanskap bisnis bertransformasi secara signifikan, memaksa perusahaan meninjau ulang model operasional mereka," ujar Marina.

Salah satu pendorong utama transformasi ini adalah kehadiran AI Generatif yang telah mendominasi dunia bisnis.

"AI Generatif memengaruhi berbagai aspek, mulai dari pembaruan strategi, laporan keuangan, hingga hampir semua bentuk komunikasi dari para petinggi perusahaan," ucap Marina, dikutip Selasa (23/12/2024).

Dampak berskala masif ini, menurutnya, menempatkan AI pada posisi yang sangat penting, bahkan berpotensi melampaui cloud dan internet sebagai teknologi yang sangat disruptif.

Lebih lanjut, Marina menjelaskan bahwa dampak AI yang begitu besar ini memengaruhi cara berbagai bisnis menghadapi isu-isu krusial, seperti kesenjangan keterampilan (skill gap) yang saat ini terjadi, serta isu keberlanjutan dan keamanan yang mereka hadapi.

Berikut adalah enam tren utama yang menentukan lanskap bisnis Indonesia pada tahun 2025, berkaitan dengan AI hingga keamanan siber.

1. AI Terus Menjadi Pusat Perhatian, Tapi...

AI sudah menjadi tema dominan di dunia bisnis selana lebih dari satu tahun. Tekanan untuk pengadopsian AI terus terjadi dan hampir semua perusahaan dalam Cisco 2024 AI Readiness Index 2024 melaporkan bahwa urgensi untuk mengimplementasikan solusi AI terus meningkat selama setahun terakhir.

Ketika perusahaan-perusahaan mulai mengadopsi AI, banyak diantara mereka menyadari bahwa memanfaatkan AI tidak semudah yang dibayangkan.

Hanya 19% perusahaan di Indonesia yang siap sepenuhnya mengoptimalkan potensi AI, ketika mereka memahami dengan jelas apa saja yang dibutuhkan agar implementasi AI bisa berhasil.

Meskipun AI merupakan investasi yang diprioritaskan, banyak perusahaan yang mengatakan bahwa hasil dari investasi ini tidak sesuai dengan harapan mereka.

Tantangan utamanya tetap pada kesiapan infrastruktur, di mana terdapat kesenjangan diantaranya dalam hal komputasi, kinerja jaringan pusat data, dan keamanan siber.

Hanya 34% perusahaan memiliki GPU yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan AI saat ini dan di masa depan, serta hanya sekitar setengahnya (49%) memiliki kemampuan untuk melindungi data dalam model-model AI dengan enkripsi menyeluruh, audit keamanan, pemantauan yang terus-menerus, dan respons yang cepat terhadap ancaman.

 

 

 

 


2. Tata Kelola Data akan Jadi Fokus Utama

Ilustrasi AI yang memantau. (Foto: Unsplash/Possessed Photography)

Ketika sistem AI menjadi lebih terintegrasi ke dalam kehidupan sehari-hari, pembicaraan akan berfokus pada penggunaan AI yang bertanggung jawab, kepatuhan, perlindungan data, dan undang-undang anti-diskriminasi serta standar kualitas AI.

Kolaborasi antara pemerintah dan swasta akan menjadi sangat penting untuk menetapkan standar dan peraturan dasar yang mendorong inovasi dan meningkatkan keamanan AI.

Para pemimpin global akan menghadapi tekanan yang semakin besar untuk menerapkan kerangka kerja yang meningkatkan akuntabilitas sistem AI dan mengatasi persoalan etika dan misinformasi yang timbul dari penggunaan AI, tanpa menghambat inovasi.

Perusahaan-perusahaan perlu mengadopsi kerangka kerja AI yang bertanggung jawab, melakukan penilaian privasi secara teratur, dan mengembangkan serta menerapkan rencana manajemen insiden yang kuat untuk memastikan agar penggunaan AI dilakukan secara bijaksana.

Privasi dan keamanan data adalah prinsip lain dari tata kelola AI. Ketika sebuah organisasi semakin sering beroperasi di berbagai yurisdiksi, mereka akan menghadapi tekanan yang semakin besar untuk mengadopsi peraturan-peraturan yang menyelaraskan penyimpanan dan pemrosesan data dengan undang-undang kedaulatan data lokal.

Ke depan, undang-undang privasi akan terus mendorong transparansi, keadilan, dan akuntabilitas di bidang-bidang seperti pengumpulan dan penggunaan data, aliran data lintas batas, dan kepatuhan yang dapat diverifikasi.

 


3. Keamanan Siber Beralih ke Skala Mesin

Semakin maju dunia teknologi, masing-masing individu harus segera membekali diri dengan ilmu tentang keamanan siber. (Foto: Pexels/Pixabay)

Jaringan tidak lagi hanya digunakan untuk menghubungkan perangkat. Semakin banyak perangkat dan layanan yang terhubung, akan semakin besar pula risiko dan kecanggihan serangan yang dihadapi.

Misalnya, serangan rekayasa sosial menjadi lebih mudah dilakukan karena semakin banyak data yang dibagikan secara online melalui berbagai platform.

Serangan terhadap rantai pasokan juga bisa menimbulkan masalah ketika teknologi yang digunakan jaringan pemasok teknologi yang digunakan banyak bisnis dalam operasi mereka semakin kompleks.

Kemajuan di bidang-bidang seperti komputasi kuantum akan semakin memperburuk keadaan. Semua faktor ini akan mendorong perlunya keamanan siber yang beroperasi pada skala mesin.

4. Peran AI dalam Sustainability

Persaingan dalam pengadopsian AI akan terus sengit, yang membuat tingkat konsumsi daya juga meningkat. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya emisi karbon secara keseluruhan.

Pada 2027, penggunaan AI saja diprediksi akan menggunakan air yang setara dengan penggunaan air di seluruh Selandia Baru.

Seiring dengan semakin pentingnya keberlanjutan sebagai prioritas bisnis di Indonesia, perusahaan-perusahaan perlu mencari cara untuk menyeimbangkan tujuan sustainability (keberlanjutan) mereka dengan peluang-peluang pertumbuhan yang dihadirkan oleh AI.

Kuncinya mungkin terletak pada AI itu sendiri. AI dan data besar (big data) membawa banyak peluang untuk keberlanjutan, mulai dari menganalisis data historis seperti suhu, pola cuaca, dan naiknya permukaan air laut untuk memproyeksikan tren di masa depan.

AI juga bisa membantu perusahaan melacak emisi karbon dan kemajuan dalam mewujudkan target-target keberlanjutan mereka.

 


5. AI Tidak akan Menggantikan Pekerjaan Manusia

Ilustrasi AI. (Foto: Unsplash/Mohamed Nohassi)

Masa depan pekerjaan tidak akan menjadi pilihan antara manusia dan mesin; melainkan keduanya akan sama pentingnya untuk menyelesaikan pekerjaan.

AI akan menjadi bagian integral dari tenaga kerja masa depan dan membantu mengatasi kekurangan keterampilan di berbagai peran dengan mengotomatiskan tugas-tugas rutin dan memberdayakan orang-orang untuk menangani tugas-tugas yang bernilai lebih tinggi.

Hal ini sangat penting, terutama karena kekurangan tenaga kerja yang mendesak di sektor teknologi sangat nyata dan diperparah dengan meningkatnya populasi lansia di banyak negara, terutama di Asia.

AI juga berarti manfaat di tempat kerja. Karyawan yang memanfaatkan AI untuk pekerjaan mereka akan mengungguli karyawan lain yang tidak menggunakan AI, sehingga mencapai kualitas kerja, produktivitas, dan efisiensi yang lebih baik.

Memiliki keahlian yang tepat untuk memanfaatkan AI akan sangat penting untuk peran teknis dan non-teknis apa pun.

 


6. Pekerjaan Terhubung dari Mana Saja

Ilustrasi AI sebagai gambaran otak manusia. (Foto: Unsplash/Steve Johnson)

Kembali bekerja di kantor seharusnya menjadi sebuah magnet, bukan mandat. Peran pekerjaan akan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi, seperti halnya transisi dari faks ke email dan sekarang terhubung dari mana saja.

Pekerjaan akan dilakukan di ruang-ruang yang mendukung teknologi dan orang-orang secara alami akan mencari fleksibilitas yang dihadirkan oleh teknologi ke dalam kehidupan pribadi mereka dalam rutinitas pekerjaan mereka.

Pergeseran ini akan menimbulkan pertanyaan seputar nilai yang akan ditambahkan oleh kantor fisik terhadap pekerjaan.

Ketika karyawan mengubah pola pikir mereka dari datang ke kantor untuk melakukan pekerjaan yang bersifat rutinitas menjadi upaya menggunakan hal ini sebagai kesempatan untuk terhubung, berinovasi dan berkolaborasi dengan tim mereka, maka perusahaan perlu mengembangkan lingkungan yang mendukung jenis pekerjaan seperti ini.

 


Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya