Liputan6.com, Jakarta - Kimberly Ryder dan Edward Akbar sudah resmi bercerai setelah menjalani lima setengah tahun pernikahan. Mereka berpisah usai dikaruniai dua buah hati. Tak disangka, rumah tangga Kimberly Ryder dan Edward yang jauh dari gosip miring itu ternyata menyimpan banyak kisah mengejutkan.
Salah satu cerita yang cukup menjadi sorotan adalah soal larangan Edward Akbar terhadap Kimberly untuk menggunakan alat kontrasepsi. Informasi itu diungkapkan wanita 31 tahun itu di akun Youtube Melaney Ricardo pada 19 Desember 2024.
Advertisement
Dalam podcast tersebut, Kimberly mengungkapkan bahwa tekanan untuk punya anak jadi salah satu penyebab retaknya hubungan mereka. Ketika awal menikah, Kimberly memaklumi keinginan Edward yang mendambakan keturunan. Meski begitu, ia merasa belum siap memiliki anak di usia muda, yaitu sekitar 25 tahun ketika menikah pada 2018 lalu.
"Kalau belum siap punya anak, jangan sampai suami lu nge-force lu punya anak. Karena aku, mungkin anak pertama ya udah nggak apa-apa," ungkap wanita yang biasa disapa Kim itu.
"Dia bilang nggak usah pakai KB. Biar saja terjadi secara alami, tapi aku merasa waktu itu aku belum siap," tambahnya. Keputusan Kim untuk hamil anak pertama karena kondisi ayah mertuanya yang sedang sakit keras. Ia ingin memenuhi keinginan mertuanya untuk menimang cucu sebelum kepergiannya.
"Aku terima banget, karena waktu itu ayahnya (Edward) sakit dan pada akhirnya, saat ayahnya ketemu cucu pertamanya, seneng banget, dan tiga minggu kemudian dia meninggal. Ya udah timingnya memang sudah seperti itu," terangnya. Usai melahirkan anak pertama, Kimberly ingin memberi jeda sebelum punya anak lagi agar jarak kehamilan sudah agak jauh.
Namun Edward melarangnya menggunakan KB dengan alasan takut sulit memiliki anak berikutnya. Setelah itu Kimberly kembali hamil hanya tiga bulan setelah melahirkan anak pertama. "Saat itu aku pengen KB nggak dibolehin. Terus akhirnya kita berdua terkejut. Aku hamil lagi kira-kira tiga bulan setelah melahirkan anak pertama," ujarnya.
Wanita Harus Berani Ambil Keputusan
Situasi tersebut jadi tantangan besar bagi Kimberly, terutama karena ia belum sepenuhnya pulih dari kehamilan pertamanya. Meski begitu, ia memilih untuk menguatkan diri demi anak-anaknya. "Aku memang sempat kaget dan bingung, tapi aku tetap senang bisa punya anak lagi. Aku tidak menyesalinya, dan aku mencintainya sepenuh hati," lanjutnya.
Ia pun menyampaikan pesan bagi para wanita agar berani mengambil keputusan yang terbaik untuk diri mereka sendiri. Menurut Kimberly, wanita berhak melakukan apapun atas tubuhnya karena pria tak pernah merasakan hamil apalagi melahirkan.
"Jadi sebagai seorang wanita, istri. Jangan biarkan suamimu mengatakan apa yang harus kamu lakukan dengan tubuhmu. Suami lu nggak akan tahu bagaimana rasanya jadi hamil," tukasnya. Berkaca dari pengalaman Kimberly Ryder, berapa sebenarnya jarak melahirkan yang ideal, baik dari segi kesehatan maupun agama.
Beberapa waktu lalu, mantan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengingatkan kepada para pasangan suami istri agar mengatur jarak kelahiran dan kehamilan. Hal ini lantaran dapat berdampak psikis terhadap anak.
Jarak kelahiran yang terlalu dekat justru bisa membuat anak stres. Salah satunya, soal terbaginya perhatian yang tidak seimbang antara kakak dan adik.
Advertisement
Dampak Kelahiran Anak Terlalu Dekat
"Ingat, bahwa anak yang dlahirkan dengan jarak terlalu dekat, stres anak itu. Ya kakaknya stres juga karena perhatiannya terbagi pada adiknya. Adiknya juga stres karena tidak mendapat perhatian sepenuhnya karena jaraknya (dengan kakaknya) terlalu dekat," terang Hasto saat ditemui tim Health Liputan6.com pada puncak peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia 2023 di Lapangan Rajawali, Kota Cimahi, Jawa Barat, Senin, 23 Oktober 2023..
Ada yang anak baru umur 1,5 tahun, ibunya sudah hamil (lagi) satu tahun, inilah yang kita cegah betul. "Akibat jarak kelahiran dan kehamilan yang dekat pun membuat anak berisiko stunting. Oleh karena itu, perlu adanya penggunaan alat kontrasepsi. Peran kontrasepsi dan stunting sangat sentral, karena apa? Semakin dekat jarak anak, maka semakin stunting. Jadi interveal hamil menentukan tinggi rendah stunting," lanjut Hasto.
Sedangkan di agama Islam, di dalam AlQuran pun tertulis bahwa jarak antara kehamilan pertama dan kedua yaitu 30 bulan, sesuai dengan yang disosialisasikan dalam kampanye BKKBN.
"Jarak kelahiran diatur Allah di dalam Al Quran itu 30 bulan, tertulis secara eksplisit, tidak usah ditafsir. Sementara WHO menganjurkan 33 bulan. WHO yang isinya profesor-profesor, tapi AlQuran tidak kalah dengan WHO," kata Hasto saat melakukan kunjungan ke Puskesmas Sambung Macan, Sragen, Jawa Tengah.
Jarak Kehamilan Menurut Islam
Dalam surat Al-Ahqaf ayat 15 disebutkan mengenai anjuran ibu mengandung sampai menyapih adalah 30 bulan. Anjuran dalam Alquran tersebut sesuai dengan ilmu kedokteran yang menyebutkan ibu dengan jarak kehamilan kurang dari dua tahun memiliki risiko bagi ibu dan anak seperti dikutip laman Antara, Selasa, 17 September 2019.
Selain itu, dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 233 yang menyarankan ibu menyusui hingga anak usia dua tahun. Anjuran tersebut, kata Hasto, sejalan dengan ilmu dunia medis yang menyarankan ibu memberikan ASI eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan hingga dua tahun dengan makanan pendamping ASI.
Pria yang juga dokter kebidanan dan kandungan ini menjelaskan salah satu risiko jarak kehamilan terlalu dekat atau kurang dari dua tahun adalah gangguan mental emosional pada ibu. Hasto mengatakan gangguan mental emosional bisa disebut sebagai gangguan jiwa ringan.
Oleh karena itu, Hasto menyampaikan pentingnya memperhatikan jarak kehamilan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. "Untuk menghasilkan produk manusia unggul dipengaruhi dari jarak kehamilan satu dengan yang lain," pungkasnya.
Advertisement