Liputan6.com, Moskow - Istri Bashar al-Assad, presiden Suriah yang digulingkan, tidak memiliki keinginan untuk cerai. Hal tersebut dikonfirmasi oleh juru bicara (jubir) Kremlin.
Laporan media Turki sebelumnya mengungkapkan bahwa Asma al-Assad ingin mengakhiri pernikahannya dan meninggalkan Rusia, tempat dia dan suaminya diberi suaka setelah koalisi pemberontak menguasai Damaskus.
Advertisement
Menanggapi laporan tersebut dalam sebuah konferensi pers, jubir Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip dari BBC, Selasa (24/12/2024), mengatakan, "Tidak, itu tidak sesuai dengan kenyataan."
Dia juga membantah laporan yang mengatakan Bashar al-Assad telah dibatasi geraknya di Moskow dan aset properti miliknya telah dibekukan.
Rusia adalah sekutu setia rezim Assad dan memberinya dukungan militer selama perang saudara Suriah.
Laporan media Turki pada hari Minggu (22/12) menyebutkan bahwa keluarga Bashar al-Assad hidup dengan pembatasan ketat di ibu kota Rusia dan bahwa mantan ibu negara Suriah tersebut telah mengajukan gugatan cerai dan ingin kembali ke London.
Asma al-Assad memiliki kewarganegaraan ganda Suriah-Inggris, namun menteri luar negeri (Menlu) Inggris sebelumnya menegaskan bahwa dia tidak akan diizinkan kembali ke Inggris.
Berbicara di parlemen awal bulan ini, Menlu David Lammy menuturkan, "Saya ingin konfirmasi bahwa dia adalah individu yang dikenakan sanksi dan tidak diterima di sini, di Inggris."
Dia menambahkan bahwa dia akan melakukan "segala yang saya bisa" untuk memastikan tidak ada anggota keluarga Bashar al-Assad yang "mendapat tempat di Inggris".
Asma al-Assad yang berusia 49 tahun, lahir di Inggris dari orang tua asal Suriah pada tahun 1975 dan dibesarkan di Acton, London Barat.
Dia pindah ke Suriah pada tahun 2000 saat berusia 25 tahun dan menikah dengan suaminya hanya beberapa bulan setelah dia menggantikan ayahnya, Hafez al-Assad, sebagai presiden.
Menderita Penyakit Serius
Selama 24 tahun menjadi ibu negara Suriah, Asma al-Assad menjadi sorotan media Barat.
Sebuah artikel yang menuai kritik di majalah Vogue tahun 2011 menyebutnya "mawar di padang pasir" dan menggambarkannya sebagai "ibu negara paling segar dan magnetis". Artikel tersebut kini telah dihapus dari situs web Vogue.
Hanya sebulan setelah itu, Asma al-Assad dikritik karena tetap diam saat suaminya menindak para aktivis pro-demokrasi dengan keras di awal perang saudara Suriah.
Konflik itu disebut menewaskan sekitar setengah juta orang, di mana Bashar al-Assad dituduh menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil.
Pada tahun 2016, Asma al-Assad mengatakan dalam wawancara dengan televisi yang didukung negara Rusia bahwa dia menolak tawaran untuk diberi jalan keluar yang aman dari negara yang dilanda perang itu demi mendampingi suaminya.
Dia mengumumkan bahwa dirinya sedang menjalani perawatan kanker payudara pada tahun 2018 dan menyatakan telah pulih sepenuhnya setahun kemudian.
Kantor presiden Suriah kemudian mengumumkan bahwa Asma al-Assad didiagnosis leukemia dan memulai perawatan pada Mei 2024.
Advertisement