Liputan6.com, Jakarta - Dalam menjalani kehidupan, banyak orang bercita-cita menjadi terkenal. Namun, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha memberikan pandangan yang berbeda mengenai hal ini, terutama terkait dengan keselamatan ibadah seseorang.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @SUDARNOPRANOTO, Gus Baha menyampaikan pesan mendalam tentang bahaya popularitas terhadap keikhlasan ibadah. Ia menegaskan bahwa ketenaran dapat menjadi penghalang bagi seseorang dalam menjaga kemurnian niat dalam beribadah.
“Kalau kamu ingin ibadahmu selamat, kamu jangan terkenal,” ujar Gus Baha dalam ceramahnya.
Pesan ini sekaligus menjadi pengingat bagi siapa saja yang terjebak dalam godaan popularitas, terutama di era media sosial seperti sekarang.
Namun, Gus Baha juga mengakui bahwa ketenaran memiliki sisi positif. Ketika seseorang yang berbuat baik menjadi terkenal, masyarakat dapat mengenali sosok tersebut sebagai teladan. Sebaliknya, jika kebaikan tidak dikenal, masyarakat hanya akan mengenal contoh-contoh yang buruk.
“Risikonya kalau kebaikan itu tidak terkenal, masyarakat hanya punya percontohan yang tidak baik,” tambahnya.
Hal ini menggambarkan dilema yang dihadapi oleh orang-orang baik yang memilih untuk tidak menonjolkan diri demi menjaga keikhlasan.
Gus Baha kemudian menyoroti bagaimana para ulama terdahulu menyikapi hal ini. Mereka sering kali membuat karya yang berisi perbandingan antara sisi positif dan negatif dari suatu tindakan. Salah satunya adalah pernikahan, yang dianggap memiliki tantangan besar namun juga menjadi bagian penting dari agama.
Baca Juga
Advertisement
Di lain hal, Gus Baha juga membeberkan orang yang takut menghafal Al-Qur'an karena takut lupa dan berdosa.
Simak Video Pilihan Ini:
Tak Menghafal Al-Qur'an karena Takut Lupa dan Dosa, Bagaimana Gus?
“Ulama dulu itu biasa membuat tulisan tentang sisi negatif dan positif dari suatu hal, misalnya pernikahan. Menikah berarti harus bertanggung jawab pada istri, kalau istri terlantar ya dosa,” kata Gus Baha menjelaskan.
Pendekatan ini menunjukkan betapa bijaknya para ulama dalam memberikan pemahaman yang seimbang kepada umat. Mereka tidak hanya mendorong kebaikan, tetapi juga mengingatkan risiko dari setiap pilihan yang diambil.
Gus Baha juga menyinggung tentang hafalan Al-Qur’an. Ia mengisahkan kekhawatiran sebagian orang yang takut menghafal Al-Qur’an karena takut lupa dan berdosa. Namun, Gus Baha justru mengajak masyarakat untuk melihat masalah ini dengan sudut pandang yang lebih luas.
“Kalau semua orang takut lupa dan takut dosa, maka tidak akan ada yang mau menghafal Al-Qur’an,” jelas Gus Baha. Pernyataan ini menjadi dorongan bagi umat Islam untuk tetap berusaha, meskipun ada risiko kesalahan di dalamnya.
Menurut Gus Baha, keikhlasan dalam beribadah harus menjadi prioritas. Popularitas tidak boleh menjadi tujuan utama, karena akan mengganggu ketenangan hati dalam menjalankan ibadah. Ia mencontohkan bagaimana ulama-ulama dahulu menjaga keikhlasan mereka meski hidup di tengah masyarakat yang menghormati mereka.
Selain itu, Gus Baha mengingatkan bahwa keberhasilan dalam ibadah tidak hanya dinilai dari pengakuan orang lain, tetapi dari hubungan langsung antara seorang hamba dengan Tuhannya. Ia menekankan pentingnya menjaga niat yang tulus dalam setiap amal.
Advertisement
Ajakan Belajar dari Ulama
Dalam ceramahnya, Gus Baha juga mengajak umat Islam untuk terus belajar dari para ulama terdahulu. Mereka tidak hanya meninggalkan warisan ilmu, tetapi juga contoh bagaimana menjaga keikhlasan dalam beramal.
Pesan Gus Baha ini relevan bagi masyarakat modern yang sering kali terjebak dalam keinginan untuk diakui. Ia mengingatkan bahwa ketenaran tidak selalu membawa kebahagiaan, terutama jika niat ibadah sudah tercampur dengan keinginan duniawi.
Namun, ia juga tidak menutup mata terhadap manfaat ketenaran dalam menyebarkan kebaikan. Gus Baha menegaskan bahwa ketenaran harus dimanfaatkan untuk memberikan teladan yang baik kepada masyarakat, bukan untuk mencari keuntungan pribadi.
Bagi Gus Baha, yang terpenting adalah menjaga keseimbangan. Seseorang harus tetap berbuat baik tanpa terlalu memikirkan apakah perbuatannya akan dikenal atau tidak. Yang utama adalah niat untuk mencari ridha Allah semata.
Kisah dan pesan dari Gus Baha ini mengajarkan umat Islam untuk lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Ia mengingatkan bahwa ketenaran tidak selalu membawa manfaat, dan keikhlasan adalah kunci utama dalam ibadah.
Melalui ceramah ini, Gus Baha mengajak masyarakat untuk lebih introspektif. Ia menekankan bahwa apa yang dilakukan harus berlandaskan niat yang tulus, tanpa berharap pengakuan dari manusia.
Pesan ini menjadi pelajaran berharga bagi siapa saja yang ingin menjaga keikhlasan dalam ibadah. Gus Baha mengingatkan bahwa ketenaran hanyalah fatamorgana, sedangkan keikhlasan adalah jalan menuju kedamaian hakiki.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul