Liputan6.com, Jakarta - Doa memiliki kedalaman makna yang tak jarang menjadi warisan ilmu para ulama. Gus Baha, ulama ahli tafsir dari Rembang, membagikan kisah menarik tentang doa Imam Syafi’i yang diakui sebagai ijazah, namun haram untuk ditiru. Kisah ini mencerminkan kebijaksanaan dan keunikan pendekatan Imam Syafi’i dalam berdoa.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @SUDARNOPRANOTO, Gus Baha menyebut doa tersebut sebagai bukti kedalaman iman Imam Syafi’i, meski doa ini kerap menimbulkan salah paham bagi sebagian orang.
Dengan nada santai, Gus Baha mengisahkan peristiwa di mana Imam Syafi’i diminta untuk mendoakan mayit. Gus Baha memulai ceritanya dengan menjelaskan bagaimana Imam Syafi’i dikenal sebagai ulama yang dihormati dan sering dimintai doa.
Pada suatu ketika, sebuah keluarga meminta Imam Syafi’i untuk datang dan mendoakan kerabat mereka yang telah meninggal dunia.
Menurut Gus Baha, Imam Syafi’i menyampaikan doa yang singkat namun penuh makna, “Ya Allah, Engkau tetap menjadi Tuhan meskipun tidak menyiksa orang ini. Jadi, menyiksa orang ini bukan kebutuhan-Mu. Kalau bukan kebutuhan-Mu, maka janganlah Engkau melakukannya.”
Doa ini kemudian memicu kekecewaan di hati keluarga mayit. Mereka merasa doa tersebut terlalu sederhana dan tidak seperti yang diharapkan dari seorang ulama besar seperti Imam Syafi’i. Hal ini menunjukkan bagaimana ekspektasi masyarakat terhadap doa seorang ulama bisa berbeda dari niat dan maknanya.
Namun, lanjut Gus Baha, kisah ini tak berhenti di situ. Setelah kejadian tersebut, seluruh anggota keluarga bermimpi tentang mayit yang mereka minta doakan. Dalam mimpi itu, mayit tersebut disampaikan telah diampuni dosanya berkat doa Imam Syafi’i.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Ijazah yang Haram Ditiru
“Ini bukti bahwa doa itu sangat efektif, meskipun terkesan sederhana,” ujar Gus Baha. Ia menambahkan, “Ini ijazah, tapi haram untuk ditiru.” Pernyataan ini disampaikan dengan nada santai, yang membuat para jamaah tertawa.
Menurut Gus Baha, doa Imam Syafi’i tersebut mencerminkan kebijaksanaan seorang ulama besar yang memahami hakikat doa dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Doa ini mengajarkan bahwa Allah tidak memerlukan penyiksaan terhadap makhluk-Nya untuk tetap menjadi Tuhan.
Pendekatan seperti ini, kata Gus Baha, sering kali sulit dipahami oleh masyarakat awam. Namun, Imam Syafi’i dengan tegas menunjukkan bahwa doa bukan tentang panjangnya kata-kata, melainkan keikhlasan dan pemahaman yang mendalam terhadap sifat-sifat Allah.
Gus Baha juga menekankan pentingnya memahami makna doa dalam konteks hubungan antara manusia dan Tuhan. Ia mengingatkan bahwa doa yang benar adalah doa yang didasarkan pada pemahaman terhadap kebesaran Allah, bukan sekadar memenuhi ekspektasi orang lain.
Dalam kisah ini, Gus Baha mengajak jamaahnya untuk merenungkan makna doa dan keikhlasan dalam beribadah. Doa Imam Syafi’i menjadi pelajaran penting tentang bagaimana seorang hamba memohon kepada Allah tanpa kehilangan esensi kehambaan.
Gus Baha menutup ceritanya dengan memberikan pesan bahwa doa adalah cerminan keimanan seseorang. Ia mengingatkan jamaah untuk tidak terjebak pada panjang pendeknya doa, melainkan fokus pada keikhlasan dan keyakinan bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Pengampun.
Advertisement
Perspektif Gus Baha tentang Berdoa
Cerita tentang doa Imam Syafi’i ini menjadi pengingat bahwa keagungan doa tidak diukur dari kata-kata indah, melainkan dari kedalaman makna dan keikhlasan hati. Gus Baha juga mengajak jamaahnya untuk tidak meniru doa ini, karena setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam berkomunikasi dengan Tuhannya.
Kisah ini juga menjadi pelajaran bagi umat Islam untuk tidak meremehkan doa yang terlihat sederhana. Dalam doa yang singkat namun penuh makna, terdapat pesan mendalam yang hanya bisa dipahami dengan hati yang tulus.
Melalui cerita ini, Gus Baha menunjukkan bahwa ulama tidak hanya mengajarkan doa, tetapi juga memberikan pelajaran tentang bagaimana manusia harus bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Doa Imam Syafi’i adalah contoh nyata bagaimana seorang ulama menyampaikan kebenaran dengan cara yang bijak.
Kisah ini pun menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk lebih menghargai makna di balik doa, tanpa terlalu terfokus pada bentuknya. Gus Baha dengan gayanya yang santai, sekali lagi berhasil menyampaikan pesan yang dalam dengan cara yang mudah dipahami.
Dengan penuh kebijaksanaan, Gus Baha memberikan perspektif baru tentang doa dan bagaimana cara seorang hamba memohon kepada Tuhannya. Kisah ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk selalu mendalami makna doa dan keikhlasan dalam beribadah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul