Bola.com, Jakarta Hanya sedikit atlet yang bisa mencapai prestasi di lebih dari satu jenis olahraga. Muhammad Uchida Sudirman, seorang pemuda asli Jakarta, merupakan pengecualian dari kebanyakan orang tersebut.
Di usianya yang masih belia, pemuda yang dikenal dengan panggilan Uchi ini telah mengukir berbagai prestasi di dua bidang olahraga, yaitu sepak bola dan muaythai. Dia telah berhasil mengharumkan nama Indonesia di tingkat internasional.
Advertisement
Nama "Uchida" yang unik sempat menarik perhatian banyak orang. Banyak yang mengira bahwa Uchi memiliki darah keturunan Jepang, namun sebenarnya dia adalah putra asli dari Jakarta. Nama ini diambil dari Konarogi Uchida, seorang atlet karate asal Jepang yang menjadi inspirasi bagi ayahnya, Sudirman Kadir Nur, mantan atlet karate nasional yang pernah berlaga di Asian Games dan Sea Games.
Keinginan sang ayah untuk memberi nama Uchida terwujud setelah ia terpesona oleh kemampuan atlet dari Negeri Sakura tersebut yang selalu berhasil mengalahkannya dalam berbagai pertandingan internasional. Semangat olahraga yang dimiliki oleh ayahnya diwarisi langsung oleh Uchida.
Sejak kecil, ia sudah terbiasa dengan berbagai cabang olahraga. Karate adalah olahraga pertama yang dikenalnya, kemudian ia beralih ke wushu dan berhasil meraih medali perunggu pada Kejuaraan Dunia Wushu Yunior 2010 di Beijing. Namun, kecintaannya pada sepak bola baru tumbuh ketika Uchida berada di kelas 4 sekolah dasar. Pada saat itu, ayahnya mendaftarkannya ke SSB ASIOP Apacinti di Senayan untuk belajar sepak bola.
Berikut selengkapnya.
Pengalaman dalam Dunia Sepak Bola
Karier sepak bola Uchida dimulai dengan penampilan gemilang di Liga Kompas Gramedia (LKG) U-14 pada musim 2017/2018. Selama bermain di ASIOP, kepemimpinannya menonjol sehingga ia terpilih sebagai kapten tim LKG-SKF Indonesia untuk mengikuti turnamen Gothia Cup 2018 di Swedia, di mana timnya berhasil meraih posisi ketiga.
Prestasi tersebut membuka peluang baginya untuk menarik perhatian Timnas U-16 yang dilatih oleh Fakhri Husaini. Namun, persyaratan untuk memiliki klub profesional sempat menjadi hambatan untuk bergabung dengan tim nasional.
Persija Jakarta, yang menyadari potensi besar Uchida, kemudian memutuskan untuk merekrutnya. Melalui Ratu Tisha, yang saat itu menjabat sebagai sekjen Persija, Uchida direkrut untuk bergabung dengan tim muda The Young Tigers. Bersama Persija U-16 dan U-18, ia berkompetisi di Liga Elite Pro Academy (EPA) dan dipercaya menjadi kapten tim U-16.
Setelah memenuhi syarat khusus untuk bergabung dengan Timnas, Uchida akhirnya mendapat panggilan resmi untuk bergabung dengan Timnas U-16 guna mengikuti Piala Asia U-16 2018 di Malaysia. "Meski tidak mendapatkan menit bermain," Uchida tetap menunjukkan sikap profesional dengan menghormati keputusan pelatih.
Advertisement
Berpengalaman Luas di Eropa
Perjalanan karier Uchida tidak hanya terbatas di kancah nasional. Pada tahun 2020, ia berkesempatan untuk mengikuti pemusatan latihan bersama Deportivo Alaves di Spanyol. Hal ini merupakan bagian dari program kerja sama antara Persija dan klub La Liga tersebut.
Di Spanyol, Uchida menyadari adanya perbedaan yang mencolok antara sepak bola Eropa dan Indonesia. Ia memperoleh banyak pengetahuan tentang budaya dan teknik sepak bola Eropa, yang menjadi aset berharga dalam kariernya. "Kultur dan kualitas jelas berbeda. Lebih physical kalo di sana lebih teknik, kurang lebih materi latihan sama. Tapi memang dari segi kualitas kami masih ketinggalan," kata Uchida kepada bola.com.
Pengalaman berlatih di Eropa menarik perhatian Shin Tae-yong, pelatih Timnas Indonesia. Uchida kemudian dipanggil untuk mengikuti pemusatan latihan Timnas U-18 di Turki pada tahun 2021 sebagai persiapan menghadapi Piala Dunia U-20.
Selama pemusatan latihan tersebut, Uchida dan rekan-rekannya menjalani latihan yang intensif serta menghadapi beberapa pertandingan uji coba. Timnas Indonesia U-18 berhasil menunjukkan performa yang mengesankan dengan mengalahkan Antalyaspor U-18 (3-1), Alanyaspor U-18 (4-0), dan Mamakota FC (2-1).
“Latihan di bawah arahan Coach Shin sangat berat, tapi memberi banyak pelajaran. Kami terus ditempa untuk mencapai level yang diinginkan coach," imbuh Uchida.
Meraih prestasi dalam Muaythai
Di luar sepak bola, Uchida ternyata juga menekuni seni bela diri khas Thailand, yaitu Muaythai, secara profesional. Ia mulai serius mendalami olahraga kick boxing ala Thailand ini sejak tahun 2015. Dengan dasar yang kuat dalam karate dan wushu sejak kecil, Uchida merasa tertantang untuk lebih mendalami Muaythai.
Bagi Uchida, Muaythai memberikan pengalaman bertarung yang berbeda. Olahraga ini menuntut ketangguhan fisik dan strategi yang berbeda dibandingkan dengan seni bela diri lainnya, sehingga ia merasa telah menemukan seni bela diri yang sesungguhnya.
Latihan panjang yang sangat keras akhirnya membuahkan hasil yang membanggakan. Uchida berhasil mewakili Indonesia di SEA Games 2019 yang diadakan di Filipina. Menariknya, ia langsung meraih medali perunggu setelah berduet dengan Lorens Walun dalam nomor seni Waikrui.
Satu tahun kemudian, mewakili kota Jakarta di PON XX Papua 2021, Uchida kembali menunjukkan kemampuannya. Pria asal Jakarta tersebut berhasil membawa pulang dua medali sekaligus, yaitu emas dari nomor seni waikrui putra dan perunggu dari nomor tarung kelas 73 kg.
"Tapi tentu itu semua hasil dari proses jerih payah panjang latihan, ikut kejurnas, Liganas, dan TC pelatnas yang panjang. Proses persiapannya hampir 6 bulan yaa buat persiapan khusus. Perbedaannya kalau Sea Games setahun," ungkap mantan pemain Persija ini.
Advertisement
Pindah ke Kalimantan
Selama bermain di tim Young Tigers, performa gemilangnya membuat Persija tertarik untuk memberikan kesempatan lebih dengan mengangkatnya ke tim senior Macan Kemayoran. Namun, setelah promosi ke tim senior Persija pada tahun 2021, Uchida mengalami kesulitan untuk mendapatkan waktu bermain. Kehadiran banyak pemain bintang seperti Ryuji Utomo, Hansamu Yama, dan Otávio Dutra membuat Uchida lebih sering duduk di bangku cadangan.
Karena minimnya waktu bermain, Uchida memutuskan untuk pindah ke Persiba Balikpapan yang saat itu berlaga di Liga 2 musim 2022/2023. Salah satu alasan keberaniannya bergabung dengan tim yang dijuluki Beruang Madu adalah permintaan langsung dari pelatih Ilham Romadona, selain adanya peluang untuk bermain lebih banyak.
Keputusan berani ini ternyata tepat, Uchida tidak memerlukan waktu lama untuk melakukan debut profesionalnya. Ia segera mendapatkan kesempatan bermain bersama Persiba di Liga 2, saat timnya menang besar 5-0 melawan Kalteng Putra. Uchida bermain selama 10 menit sebagai pemain pengganti.
Meski demikian, perjalanan Uchida bersama Persiba tidak berakhir dengan baik. Kekalahan 2-4 dari Persijap Jepara menyebabkan Persiba terdegradasi ke Liga 3. Selama berseragam Persiba, Uchida mencatatkan enam pertandingan dengan total 279 menit bermain.
Pria yang saat ini berada di semester terakhir kuliahnya ini mengakui bahwa membagi waktu antara dua olahraga dan kuliah bukanlah hal yang mudah. Namun, komunikasi yang tepat dengan semua pihak serta adanya kontrak khusus di Persiba membuat jadwalnya tetap teratur.
"Selama 1 musim saya di Kalimantan. Membagi waktu (kuliah, sepak bola, dan muaythai) sangat-sangat sulit. Tapi ya, bagaimana kita komunikasikan ke kampus dan klub. Alhamdulliah, walaupun sedikit amburadul tapi tetap lancar dan ga cuti semester," ungkap pemain yang berposisi sebagai bek tengah tersebut.
Cedera yang Dialami dan Dukungan dari Keluarga
Pada penghujung tahun 2023, Uchida mengalami cedera parah berupa Ruptur ACL dan meniskus yang robek, yang memaksanya untuk berhenti sementara dari kegiatan sepak bola dan muaythai. Proses pemulihan yang memerlukan waktu delapan bulan menjadi salah satu tantangan terbesar dalam kariernya.
Meski begitu, Uchida menyatakan bahwa dukungan dari keluarganya adalah fondasi utama yang menjaga semangatnya tetap berkobar. "Dukungan keluarga benar-benar berpengaruh. Mereka selalu ada untuk saya, memberikan semangat dan menjadi support moral terbaik," tutur peraih medali emas PON XX Papua.
Yang menarik, Uchida mengungkapkan bahwa masa pemulihan memberikan kesempatan untuk lebih fokus pada pendidikannya. Sebagai mahasiswa semester akhir di jurusan Hukum di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta, Uchida memanfaatkan waktu pemulihan untuk memperbaiki nilai-nilai kuliah dan menyelesaikan tugas akhir yang tertunda.
Advertisement
Kecintaan yang Tak Pernah Pudar terhadap Sepak Bola
Uchida menegaskan bahwa jika harus memilih antara sepak bola atau muaythai setelah pulih sepenuhnya dari cedera, ia akan lebih memilih sepak bola. Menurutnya, sepak bola adalah prioritas utama dalam hidupnya dan merupakan cinta terbesar sepanjang kariernya. Ia bahkan masih memiliki harapan untuk suatu saat nanti dapat kembali mengenakan lambang Garuda di dada, simbol kebanggaan bagi setiap atlet sepak bola Indonesia.
"Kemana rezeki menuntun saya, tapi pasti yang jelas masih jadi atlet sepakbola, karena saya cinta sepakbola," ujar pemain dengan tinggi badan 182 meter ini. Ucapan tersebut menunjukkan betapa besarnya cinta Uchida terhadap sepak bola dan keinginannya untuk terus berkarier di bidang tersebut.
Menariknya, sebagai seorang bek tengah, Uchida mengungkapkan bahwa ia sangat mengidolakan Marc Klok, mantan pemain Persija yang kini memperkuat Persib Bandung. Menurut Uchida, Klok adalah seorang pemain yang luar biasa dan atlet yang hebat, mampu mengatur tempo permainan seperti seorang jenderal di lini tengah.
Kekaguman Uchida terhadap Klok menunjukkan apresiasinya terhadap kemampuan pemain lain di lapangan.