Liputan6.com, Jakarta - Yos Suprapto, seniman asal Yogyakarta itu akhirnya menurunkan lukisannya di Galeri Nasional pada Senin, 24 Desember 2024. Proses penurunannya dibantu beberapa teman. Meskipun pameran yang berjudul 'Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan harus dibatalkan, ia mengaku tidak merasa rugi.
"Sudah ada beberapa tawaran ya, untuk dipamerkan di beberapa tempat lain, oleh karena itu, saya tidak merasa rugi tidak berpameran di Galeri Nasional," kata Yos Suprapto kepada Lifestyle Liputan6.com saat wawancara online pada Selasa, 24 Desember 2024.
Advertisement
"Karena sebetulnya ada tujuan mulia saya untuk mengajak bangsa Indonesia ini memahami bahwa ada metode baru dan metode lain yang bisa merealisasikan atau mengonkretkan gagasan tentang kedaulatan pangan itu dengan penemuan-penemuan hasil penelitian saya selama 15 tahun," sambungnya.
Yos yang awalnya berencana mengajukan gugatan hukum kepada Galeri Nasional akhirnya membatalkan ide tersebut. Ia beralasan tidak adanya dokumen resmi menjadi kelemahan dalam menggugat Galeri Nasional karena kesepakatan yang dibuatnya dengan Galeri Nasional berlaku saat Dirjen Kebudayaan masih bernaung di bawah Kemendikbud.
"Itu hanya istilahnya plan B. Nah, plan A-nya sekarang sudah terjadi, bahwa plan A saya adalah ingin mengundurkan diri karena saya sudah capek dengan ketidakpahaman orang-orang yang mempunyai kekuasaan untuk memahami karya seni itu seperti apa," keluh Yos.
"Mereka tidak bisa menggunakan bahasa seni untuk berkomunikasi. Ya, percuma saya membuat pameran karya-karya seni saya kalau mereka tidak bisa memahaminya dan hanya meresponsnya dengan bahasa politik," imbuh dia.
Narasi Dibangun dari Hasil Riset Panjang
Yos menyampaikan bahwa karya seni yang batal dipamerkan itu merupakan hasil penelitiannya selama 15 tahun yang dikemas dalam sebuah seni instalasi. Hal itu dinilai memudahkannya menyampaikan metode baru tentang mencapai kedaulatan pangan kepada bangsa Indonesia.
"Karena itu, karya lukis dan karya instalasi merupakan satu paket yang tujuannya ingin membangun kesadaran kepada setiap orang bahwa kita ini layak untuk memiliki kedaulatan pangan," kata Yos.
"Tidak seperti saat ini, di mana kedaulatan pangan hanya merupakan retorika. Faktanya, kita masih impor, faktanya kita masih tergantung pada produk-produk asing, termasuk pupuk-pupuk sintetis yang dipaksakan untuk kita gunakan sebagai alat produksi hasil pertanian melalui pupuk-pupuk subsidi," ujar Yos
Yos menyampaikan bahwa dengan instalasi itu, ia ingin menunjukkan bahwa bangsa Indonesia bisa hidup tanpa pupuk-pupuk sintetis yang disubsidi dengan cara membuatnya sendiri. Dalam pemahamannya, pupuk sintetis (atau kimia) hanya baik untuk nutrisi tanaman, bukan untuk kehidupan mikroorganisme tanah yang menjadi tempat tumbuh tanaman.
"Itu lebih powerful, lebih hebat daripada pupuk-pupuk sintetis, karena kita bisa menghidupkan kembali mikroorganisme di dalam lapisan tanah,"kata Yos.
Advertisement
Alihkan Fokus Pameran ke Daerah
Yos menyatakan sejak awal, ia ingin karyanya dipamerkan dulu di Jakarta sebelum roadshow ke daerah-daerah. Namun, mimpinya buyar. "Tapi nasib, nggak apa-apa, sekarang sudah selesai. Jadi, hasil penelitian saya selama 15 tahun itu akan saya berikan ke daerah lain begitu saja," kata Yos.
Ia mengaku saat ini sudah mendapatkan banyak tawaran untuk memamerkan karya-karyanya. Ia berencana melanjutkan pameran di tempat lain, namun belum memastikan tempat yang akan diprioritaskan karena masih fokus pada kesehatannya.
"Beberapa tempat, termasuk Dewan Kesenian Surabaya, ada beberapa galeri di Yogyakarta, itu yang menawarkan. Bahkan di Sulawesi juga sudah ada," kata Yos.
"Cuma saya masih belum memutuskan mana yang lebih dulu, karena untuk sementara ini kesehatan saya masih belum begitu membaik. Saya harus membuat kesehatan saya kembali normal dulu, lah, karena jantung saya sekarang ini mengalami pembengkakan," tambahnya.
Diminta Menbud Turunkan Lukisan
Yos kembali mengulang alasan mundurnya dari kesepakatan berpameran itu. "Kemarin, saya menerima perintah langsung dari Fadli Zon kepada Direktur Galeri Nasional agar saya menurunkan satu lagi lukisan saya yang berjudul Bangkit. Atas dasar itu, saya memutuskan untuk meminta izin mundur dari kesepakatan pameran tersebut," kata Yos.
Yos menyampaikan bahwa lukisan sepanjang 10 meter itu merupakan narasi utama dari tema pameran lukisannya. "Itu merupakan narasi utama dari tema pameran lukisan saya, pameran seni rupa saya. Karena itu melengkapi instalasi, lukisan 10 meter itu adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari instalasi," ia menjelaskan.
"Nah, itu ketika diperintahkan langsung oleh Menteri Kebudayaan kita, itu berarti selesai kesepakatan karena tidak ada yang bisa kita lakukan. Kita tidak menemukan titik temu untuk menyelesaikan permasalahan kita. Dan kita sepakat, karena tidak memiliki titik temu, maka tidak perlu dilanjutkan pameran itu," tambahnya.
Sebelumnya, Zamrud Setya Negara, Ketua Tim Museum dan Galeri IHA (Indonesia Heritage Agency), menyatakan bahwa mereka menunda pameran Yos Suprapto setelah kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo, mundur. Hal itu disebabkan ketidaksepahaman antara konsep yang diusung sang seniman dengan kuratornya.
Advertisement