Rocky Gerung Tantang Fadli Zon Datang ke Komunitas Seni untuk Perdebatkan Lukisan Yos Suprapto yang Batal Dipamerkan

Rocky Gerung menyayangkan respons Fadli Zon yang terkesan terlalu politis dan birokratis, bukan menyoroti lukisan Yos Suprapto dari segi kebudayaan yang justru jadi keahliannya.

oleh Henry diperbarui 25 Des 2024, 11:00 WIB
Rocky Gerung Tantang Fadli Zon Datang ke Komunitas Seni untuk Klarifikasi dan Perdebatkan Lukisan Yos Suprapto.  foto: Youtube Rocky Gerung Official

Liputan6.com, Jakarta- Pembatalan Pameran Tunggal Yos Suprapto bertajuk "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan 2024" menarik perhatian banyak pihak. Salah satunya adalah pengamat politik sekaligus akademisi Rocky Gerung yang ikut merespons dugaan adanya pembredelan pameran lukisan Yos. Ditambah lagi, baru-baru ini, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon angkat bicara terkait kontroversi tersebut.

Menbud Fadli Zon menilai beberapa lukisan yang dilarang dipamerkan tersebut "terlalu vulgar." Ia juga membantah terjadi pembredelan dalam insiden pembatalan pameran tunggal Yos yang sedianya akan berlangsung di Galeri Nasional di Jakarta Pusat.

Namun, hal itu tidak disepakati oleh Rocky. "Kita mesti persoalkan ini dalam wilayah akademis, karena seniman itu mengendapkan semua peristiwa dan memunculkan kembali peristiwa itu sebagai tafsir, dalam hal ini dalam bentuk lukisan," ucapnya di akun Youtube Rocky Gerung Official, Minggu, 22 Desember 2024.

Rocky lalu menganalisis makna lukisan Yos berdasarkan kacamatanya. Karena itulah, ia menyayangkan respons Fadli yang, menurut dia, terkesan terlalu politis dan birokratis, bukan menyorotnya dari segi kebudayaan yang justru jadi keahliannya.

"Fadli Zon ini teman saya, yang saya tahu dia belajar semiotic condition of thought, hermeneutics of suspicion, kan mestinya itu yang dibicarakan oleh Fadli Zon," kata Rocky. "Kalau birokrat bolehlah pakai istilah, 'Nanti mengganggu ketertiban,' 'Nanti menyebabkan soal SARA.' Jadi saya kira Fadli Zon harus mengulangi keterangannya di depan publik dengan kapasitas sebagai Menteri Kebudayaan."


Fadli Zon Seharusnya Pro Kebudayaan

Menteri Kebudayaan Fadli Zon. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Menurut Rocky, Fadli Zon kelihatannya ragu memberi sinyal bahwa "Saya Menteri Kebudayaan, Saya pro pada kebudayaan. Bukan, "Saya Menteri Kebudayaan, lalu saya mulai mengendalikan kebudayaan."

"Ya sayang sekali bahwa ada kemampuan Fadli Zon untuk menerangkan kedudukan seni dalam peradaban manusia, tapi dia seolah-olah dibayang-bayangi ketakutan dia sendiri yang seharusnya bebas dia ucapkan sebagai Menteri Kebudayaan," jelas mantan dosen Filsafat Universitas Indonesia (UI) ini.

"Kalau dia menteri bidang hukum, tentu penjelasannya dari segi hukum. Tapi ini kan kebudayaan, mestinya bicara dari sisi budaya, dia kan dipilih karena kapasitasnya di bidang seni dan budaya bukan karena ahli politik. Kalau soal nanti dia ditegur karena membela sisi seni, misalnya, itu sudah jadi risiko," sambungnya.

Rocky pun bersikeras untuk berdiri dalam posisi menentang klarifikasi yang disampaikan Fadli, termasuk "menantangnya" datang ke komunitas seni dan akademis untuk memperdebatkan polemik lukisan Yos Suprapto.


Rocky Sebut Fadli Teman Berfilsafat

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon ketika diwawancara usai membuka BWCF 2024 di Jambi. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

"Saya ingin Pak Fadli Zon datang ke dalam komunitas akademis, ke komunitas seni, dan berbicara dengan kapasitas sebagai yang paham tentang (kebudayaan)," harap pria berusia 65 tahun itu. Rocky mengaku sengaja mengambil posisi berselisih dengan Fadli karena mengenal baik pria yang meraih gelar Doktor di Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UI itu dengan baik sebagai teman bertengkar, teman berfilsafat, dan teman berdialektika.

"Saya ingin menunjukkan bahwa jika keterangan-keterangan birokratis dari Menteri Kebudayaan jadi pakem untuk menilai peristiwa kebudayaan, kita akan mengalami ketertinggalan kebudayaan, kita akan takut untuk berekspresi, kita akan gagal berimajinasi," tutupnya.

Sebelumnya, Fadli membantah terjadi pembredelan dalam insiden pembatalan Pameran Tunggal Yos Suprapto. Pihak Galeri Nasional selaku penyelenggara dilaporkan mengunci pintu ke galeri utama saat pameran semestinya dibuka pada Kamis malam, 19 Desember 2024.

"Tidak ada bredel. Itu kurator yang menentukan. Tentu, kami juga atas nama kurator. Saya sendiri baru tahu belakangan," Kata Fadli di sela pembukaan Pameran Indonesia, The Oldest Civilization on Earth?: 130 Years After Pithecanthropus Erectus, di Museum Nasional, Jakarta, Jumat malam, 21 Desember 2024.

 

 


Yos Suprapto Kehilangan Kepercayaan dengan Manajemen Galeri Nasional

Gundah, gelisah dan mengusik kententraman. Inilah potret lukisan Yos Suprapto tentang budaya maritim Indonesia yang telah menghilang. (Yos Suprapto)

Didampingi Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha, ia menekankan bahwa tidak ada pembungkaman dalam insiden tersebut. Pihaknya menyatakan mendukung kebebasan berekspresi, namun menegaskan kebebasan yang dimaksud tidak boleh melanggar kebebasan orang lain.

"Temanya tentang ketahanan pangan, kok ada nginjek-nginjek orang, misalnya. Nanti ada yang dianggap penghinaan atribut budaya tertentu atau tidak senonoh. Itu kan ada batasnya," sambungnya.

Ia pun membela penjelasan kurator yang menyatakan bahwa beberapa lukisan yang diminta diturunkan lantaran tidak sesuai tema. Di antaranya, lukisan bermotif politik, berisi makian untuk seseorang, dan lukisan yang menampilkan gambar telanjang atau masuk kategori SARA. "Menurut informasi yang kami terima, lukisannya dipasang sendiri oleh seniman, bukan kurator," ujarnya.

Sementara itu, Yos Suprapto mengaku sudah kehilangan kepercayaan dengan manajemen Galeri Nasional, yang disebutnya amburadul. "Saya memutuskan tidak akan lagi (berhubungan dengan Galeri Nasional), kecuali ada betul-betul seperti yang pernah saya alami sebelum-sebelumnya," ujar Yos yang ditemui di Galeri Nasional secara terpisah.

Infografis galeri seni yang jangan sampai dilewatkan. (Dok: Liputan6/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya