Peringatan Hari Ibu: Merayakan Perjuangan dan Peran Perempuan Indonesia

Peringatan Hari Ibu digelar dengan diskusi Perempuan Indonesia Kini dan Nanti di Grand Indonesia, Jakarta, Minggu (22/12/2024).

oleh Aditia Saputra diperbarui 24 Des 2024, 15:17 WIB
Peringatan Hari Ibu digelar dengan diskusi Perempuan Indonesia Kini dan Nanti di Grand Indonesia, Jakarta, Minggu (22/12/2024).

Liputan6.com, Jakarta Setiap 22 Desember, Indonesia memperingati Hari Ibu yang memiliki makna lebih dari sekadar penghormatan kepada sosok ibu. Tanggal ini juga dirayakan sebagai Hari Pergerakan Perempuan, karena berakar dari sejarah penting Kongres Perempuan Pertama yang berlangsung di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928. 

Dipilihnya tanggal ini bukan tanpa alasan. Kongres Perempuan tersebut menjadi momentum bersejarah ketika para perempuan dari berbagai organisasi pergerakan Indonesia bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan, hak kesetaraan, dan pemberdayaan kaum hawa. Pergerakan ini tidak hanya berdampak pada perjuangan bangsa, tetapi juga membuka jalan bagi peran perempuan di berbagai aspek kehidupan modern.

Ketua Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi), Nita Yudi, menggarisbawahi pentingnya Kongres Perempuan sebagai fondasi perjuangan perempuan Indonesia. Menurutnya, pergerakan para perempuan pada masa itu telah membangun dasar untuk hak-hak kesetaraan yang kini dirasakan oleh generasi modern.

Namun, ia menekankan bahwa perjuangan perempuan belum berakhir. Setiap masa memiliki tantangannya sendiri, dan perempuan saat ini memiliki tugas untuk mengisi kemerdekaan dengan peran yang relevan bagi kemajuan bangsa.

“Kalau dulu perempuan berjuang merebut kemerdekaan, sekarang tantangan kita adalah bagaimana mengisi kemerdekaan itu agar Indonesia menjadi negara yang lebih maju,” ujarnya dalam diskusi Perempuan Indonesia Kini dan Nanti di Grand Indonesia, Jakarta, Minggu (22/12/2024).

Nita juga menyoroti pencapaian perempuan setelah Kongres Perempuan. Kini, perempuan tidak lagi dianggap sebagai warga kelas dua. Banyak perempuan menduduki posisi penting, baik di sektor swasta maupun pemerintahan.

 


Tantangan dan Harapan Perempuan Masa Kini

Peringatan Hari Ibu digelar dengan diskusi Perempuan Indonesia Kini dan Nanti di Grand Indonesia, Jakarta, Minggu (22/12/2024).

Jurnalis perempuan Andini Weningtyas Effendi menambahkan bahwa apa yang dinikmati perempuan saat ini merupakan buah dari perjuangan panjang generasi sebelumnya. Namun, tantangan masih ada, terutama bagaimana perempuan mengisi peran yang sudah terbuka dan menentukan posisi strategis menjelang 100 tahun Kongres Perempuan pertama. 

Ia berharap perempuan Indonesia tidak lagi hanya dikotakkan dalam urusan domestik, tetapi mampu memberikan kontribusi nyata bagi bangsa.

“Aku ingin perempuan di Indonesia dikenal karena kontribusinya, bukan hanya soal status pribadi. Harapannya, tak perlu lagi ada label seperti ‘pengusaha wanita’ atau ‘jurnalis wanita’. Semua harus bersifat genderless,” tegas Andini.

 


Inspirasi dari Masa Lalu

Aktris senior Niniek L Karim mengingatkan bahwa perempuan harus belajar dari sejarah perjuangan perempuan Indonesia. Ia menyebut sosok seperti Roehana Koeddoes sebagai inspirasi.  

Roehana adalah pendiri Sekolah Kerajinan Amai Setia di Sumatera Barat dan surat kabar Soenting Melajoe, yang menjadi wadah perempuan untuk menuangkan pemikiran.

Menurut Niniek, perempuan Indonesia masa kini tidak hanya harus cantik secara fisik, tetapi juga cerdas dan berkarakter. 

“Cantik itu bukan hanya soal fisik, tetapi juga inner beauty dan kecerdasan,” ujarnya.

Hari Ibu bukan hanya tentang merayakan kasih sayang seorang ibu, tetapi juga memperingati perjuangan perempuan untuk menjadi bagian penting dalam pembangunan bangsa. Kini saatnya perempuan Indonesia melanjutkan estafet perjuangan dengan semangat dan kontribusi nyata.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya