Dulu Kena PHK, Kini Sudarti Bisa Sejahtera Berkat Pertanian Tembakau

Sebelum menjadi petani tembakau, Sudarti merupakan buruh pabrik. Namun, pada tahun 2014 dia mengalami pemutusan hubungan kerja atau PHK dari perusahaan tempatnya bekerja dulu.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Des 2024, 22:32 WIB
Derita Petani Tembakau Akibat Kenaikan Harga Rokok

Liputan6.com, Jakarta Cuaca di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah kala itu sedang panas. Namun, ini bukan masalah bagi Sudarti, seorang petani tembakau perempuan dari Desa Sudo. Justru, cuaca panas ini adalah berkah untuknya dan tembakau yang sudah ia panen. Dengan cekatan, Sudarti menata dan memastikan tembakaunya tersebar merata agar cepat kering.

Tidak mengherankan, sebab Sudarti sudah cukup lama menjadi petani tembakau. Sudah sepuluh tahun ia bergelut dengan tembakau, sekaligus bergabung dengan program kemitraan dari PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) yang dijalankan melalui perusahaan pemasok.

Sebelum menjadi petani tembakau, Sudarti merupakan buruh pabrik. Namun, pada tahun 2014 dia mengalami pemutusan hubungan kerja atau PHK dari perusahaan tempatnya bekerja dulu. 

"Setelah PHK itu saya pulang ke Rembang. Sempat bingung mau bekerja apa. Namun saya memutuskan menanam tembakau setelah disarankan oleh tetangga," ungkapnya mengenang masa lalu. 

Sebagai orang yang baru mencoba menjadi petani untuk pertama kalinya, Sudarti sangat awam. Beruntung, dari program kemitraan yang diikutinya ia mendapat berbagai pelatihan dan pendampingan.

"Saya dibina dan diarahkan dari awal. Dari mulai menanam sampai proses pasca-panen, saya terus mendapatkan pembinaan," katanya. 

Pendampingan itu Sudarti dapatkan setiap hari. Hal itu membuat tembakau yang dia tanam dapat tumbuh dengan baik. Tentu, ketekunan Sudarti punya andil besar untuk ini.

Di kalangan petani tembakau di Desa Sudo, Sudarti cukup dikenal. Bukan karena ia petani perempuan, tetapi berkat sifat tekun dan dedikasinya. Tak jarang, Sudarti ada di lahan hingga malam hari untuk memastikan lahan dan tembakaunya dalam kondisi baik.

 


Menggerakkan Ekonomi Kerakyatan 

Para petani tembakau di lahan perkebunan mereka di Desa Jatiguwi, Kabupaten Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Setelah menjadi petani tembakau perekonomian Sudarti meningkat. Sebagai seseorang yang mengalami pahitnya PHK, pencapaian Sudarti saat ini merupakan sesuatu yang tak pernah terpikir di benaknya. 

Dari hasil penjualan tembakaunya, Sudarti bisa membeli sepeda motor dan menabung untuk masa depan. 

"Hasil pertanian tembakau selalu bagus. Sehingga saya bisa punya dua sepeda motor sekarang. Satu untuk keperluan sehari-hari, dan satu lagi untuk dipakai di lahan," ceritanya. 

Lahan yang ia miliki pun semakin luas hingga mencapai sekitar 1,5 hektar. Kesejahteraan juga bukan hanya dirasakan Sudarti, namun juga lingkungan sekitarnya. Untuk membantunya menanam dan memanen tembakau, Sudarti mempekerjakan lima warga sekitar. 

"Mereka adalah tetangga yang selalu saya ajak setiap musim tembakau. Sebelumnya, mereka tidak punya pekerjaan tetap saat musim kemarau," imbuh Sudarti. 

Seiring semakin banyaknya petani tembakau di desanya, ia mengaku kadang para petani saling berebut mencari tenaga kerja. Hal ini semakin dirasakan terlebih saat kemarau, di mana tanaman lain sulit tumbuh dengan baik. Tembakau berbeda, justru hasilnya baik saat kemarau dan panas.

"Kalau kemarau ini tidak ada yang menganggur. Pekerjanya sampai kurang-kurang," ucap Sudarti.

 


Pekerjaan Pasti 

Ilustrasi petani tembakau

Kisah Sudarti merupakan bukti bahwa pertanian tembakau pun bisa dilakukan dan memberi manfaat bagi siapa pun, termasuk perempuan. Di Rembang sendiri, Sudarti bukan satu-satunya perempuan yang terlibat dalam pertanian tembakau. Karmati adalah contoh lain. Ia bekerja sebagai buruh tani di lahan milik Kepala Desa Gunem. Sama halnya dengan Sudarti, Karmati juga merasakan manfaat dari adanya pertanian tembakau dan program kemitraan Sampoerna. 

Dia mengaku sudah 14 tahun bekerja sebagai buruh tani tembakau. Karmati mengaku bersyukur, saat ini mempunyai pekerja yang pasti. "Manfaat pertanian tembakau bagi saya adalah pekerjaan ini yang membuat saya punya penghasilan setiap hari," ucapnya. 

Sebelumnya, Karmati juga pernah menjadi buruh tani untuk tanaman lainnya. Namun menurutnya, bertanam tembakau dapat meningkatkan kesejahteraan Karmati dan keluarganya. 

"Kalau tembakau setiap hari. Karena itu, saya juga mendapat penghasilan setiap hari," ujarnya. 

Tak hanya soal penghasilan, sebagai buruh tani yang bekerja untuk petani mitra Sampoerna, dia juga mendapatkan beragam pelatihan dan pendampingan dari program kemitraan. 

"Saya menerima pelatihan untuk hal-hal yang saya kerjakan di lahan. Pelatihannya dilakukan secara bertahap dan dipantau juga setiap hari," ungkap Karmati. 

Dia mengaku bersyukur, hasil dari menjadi buruh tani tembakau tersebut dapat mengantarkan anaknya menyelesaikan pendidikan hingga dapat pekerjaan. 

"Alhamdulillah sudah kerja semua," katanya.

Program kemitraan Sampoerna dijalankan melalui perusahaan pemasok tembakau dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas tembakau dan kesejahteraan petani.

Melalui program kemitraan, para petani binaan mendapatkan pendampingan, bimbingan teknis, akses yang mudah terhadap permodalan serta prasarana produksi pertanian, hingga jaminan pembelian bagi petani sesuai dengan kesepakatan.

Tidak hanya bagi petani mitra, program kemitraan ini juga memberikan beragam pelatihan bagi keluarga dan buruh tani petani mitra. Rangkaian kegiatan ini bertujuan agar dampak positif program kemitraan dapat juga dirasakan bagi komunitas di sekitar petani dan menggerakkan ekonomi kerakyatan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya