Liputan6.com, Nuuk - Greenland sekali lagi menegaskan bahwa wilayahnya tidak untuk dijual setelah Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dia ingin menguasai wilayah tersebut.
"Greenland adalah milik rakyat Greenland," kata perdana menteri Greenland pada Senin (23/12/2024), sehari setelah Trump mengulang pernyataan mengenai pulau Arktik itu yang pertama kali dia sampaikan beberapa tahun lalu.
Advertisement
Greenland, yang merupakan wilayah otonom Denmark, memiliki fasilitas luar angkasa besar milik AS dan terletak di rute terpendek antara AS dan Eropa, menjadikannya penting secara strategis bagi AS.
Denmark belum memberikan tanggapan langsung terhadap pernyataan Trump.
Melalui platform media sosialnya, Truth Social, pada Minggu (22/12), Trump mengatakan, "Demi Keamanan Nasional dan Kebebasan di seluruh dunia, Amerika Serikat merasa bahwa kepemilikan dan penguasaan atas Greenland adalah suatu keharusan."
Pernyataan Trump memicu kecaman tajam dari Perdana Menteri Greenland Mute Egede yang seperti dikutip dari CNA, Rabu (25/12), mengatakan, "Kami tidak untuk dijual dan kami tidak akan pernah dijual."
"Kami tidak boleh kehilangan perjuangan panjang kita untuk kebebasan. Namun, kami harus tetap terbuka untuk bekerja sama dan berdagang dengan seluruh dunia, terutama dengan tetangga kami."
Bukan Hal Baru
Pernyataan kontroversial Trump itu muncul beberapa jam setelah dia mengumumkan niatnya untuk menominasikan Ken Howery, mantan duta besarnya untuk Swedia, sebagai duta besar AS yang baru untuk Denmark.
Howery mengatakan bahwa dia "sangat terhormat" atas nominasi tersebut dan berharap dapat bekerja dengan staf kedutaan AS di Kopenhagen serta konsulat AS di Greenland untuk "memperdalam ikatan antara kedua negara."
Usulan awal Trump pada 2019 untuk membeli Greenland, yang merupakan pulau terbesar di dunia, juga mendapat kecaman serupa dari para pemimpin di sana.
Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen menyebut ide tersebut "absurd", yang kemudian membuat Trump membatalkan kunjungan kenegaraannya ke negara tersebut.
Trump bukanlah presiden AS pertama yang mengusulkan untuk membeli Greenland. Ide ini pertama kali muncul pada era kepresidenan Andrew Johnson pada tahun 1860-an.
Secara terpisah, pada Minggu, Trump mengancam akan kembali menguasai Terusan Panama, salah satu jalur air terpenting di dunia, dengan menuduh Panama mengenakan biaya berlebihan untuk akses ke terusan tersebut.
Presiden Panama kemudian mengatakan bahwa "setiap meter persegi" terusan dan wilayah sekitarnya adalah milik negaranya.
Advertisement
Denmark Tingkatkan Pertahanan Greenland
Pemerintah Denmark mengumumkan peningkatan besar dalam anggaran pertahanan untuk Greenland, beberapa jam setelah Trump mengulang keinginannya untuk membeli wilayah Arktik tersebut.
Menteri Pertahanan (Menhan) Denmark Troels Lund Poulsen mengungkapkan bahwa paket pertahanan itu akan mencakup pembelian dua kapal inspeksi baru hingga dua drone jarak jauh baru.
Paket tersebut juga mencakup dana untuk penambahan jumlah staf di Arctic Command yang berpusat di ibu kota Nuuk, serta untuk meningkatkan salah satu dari tiga bandara sipil utama di Greenland, agar bandara tersebut dapat menangani pesawat tempur supersonik F-35.
"Kami sudah lama tidak cukup berinvestasi di Arktik dan kini kami merencanakan kehadiran yang lebih kuat," tambahnya.
Meskipun Menhan Denmark tidak memberikan angka pasti, media lokal memperkirakan nilai paket tersebut sekitar 12-15 miliar krone.