Pendeta di Inggris Dipaksa Minta Maaf Usai Bilang ke Anak-anak kalau Sinterklas Itu Tidak Nyata

Pendeta Dr. Paul Chamberlain seharusnya berbicara tentang kelahiran Yesus di depan anak-anak, tetapi dia malah bilang kalau Sinterklas itu tak nyata.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 25 Des 2024, 19:40 WIB
Santa Claus melambaikan tangan setibanya Kongres Dunia Sinterklas di Kopenhagen, Denmark, Senin (23/7). Kegiatan itu merupakan sarana dimana seluruh santa di dunia bisa bertemu dan melakukan aktivitas bersama. (Mads Claus Rasmussen/Scanpix via AP)

Liputan6.com, London - Seorang pendeta Inggris dituduh merusak suasana Natal di kelas para siswa dengan mengatakan bahwa Sinterklas tidak ada dan orang tua merekalah yang meletakkan hadiah tersebut di bawah pohon Natal.

Minggu lalu, Pendeta Dr. Paul Chamberlain seharusnya berbicara tentang kelahiran Yesus di depan murid-murid Kelas Enam dari Lee-on-the-Solent Junior School di Hampshire, Inggris, dikutip dari laman Oddity Central, Rabu (25/12/2024).

Tetapi entah bagaimana ia malah berbicara tentang keberadaan Sinterklas, sebuah topik yang belum siap diterima oleh banyak anak.

Ia dengan santai mengatakan kepada kelas bahwa Sinterklas tidak nyata dan bahwa orang tua merekalah yang membelikan mereka hadiah dan memakan kue yang mereka tinggalkan untuk Sinterklas.

Rupanya, semua ini mengejutkan banyak anak, yang mulai menangis dan kemudian memberi tahu orang tua mereka tentang pengalaman traumatis tersebut.

Pendeta tersebut kemudian dipaksa untuk meminta maaf kepada anak-anak, orang tua mereka, dan sekolah atas pengungkapannya.

"Kalian semua murid kelas enam, sekarang mari kita bersikap realistis, Sinterklas itu tidak nyata," kata Chamberlain kepada kelas, yang sebagian besar berusia 10 dan 11 tahun.

"Setelah berbicara tentang kisah Kelahiran Yesus dari Alkitab, ia membuat beberapa komentar tentang keberadaan Sinterklas," kata juru bicara Keuskupan Portsmouth kepada Mail Online.

"Paul telah mengakui bahwa ini adalah kesalahan penilaian dan ia seharusnya tidak melakukannya. Ia meminta maaf tanpa syarat kepada sekolah, kepada orang tua dan anak-anak dan kepala sekolah segera menulis surat kepada semua orang tua untuk menjelaskan hal ini."

Beberapa orang tua menggambarkan tindakan pendeta itu sebagai 'salah' atau 'menjijikkan', sementara yang lain mengatakan bahwa mereka harus "memaksa sebanyak mungkin sihir" pada musim liburan ini untuk membantu anak-anak mereka mengatasi trauma.

Kami akan mengatakan bahwa agak ironis bagi seorang pria religius untuk berbicara tentang keberadaan Sinterklas kepada anak-anak, mengingat bukti atau ketiadaan bukti dari keyakinan mereka sendiri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya