Liputan6.com, Cilacap - Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon, KH. Yahya Zainul Ma’arif atau akrab dengan panggilan Buya Yahya mengingatkan pentingnya berhati-hati alias tidak sembarangan dengan tipe orang seperti ini.
Pasalnya bertindak sembarangan apalagi berbuat dzalim kepada orang ini akan mendapatkan konsekuensi mengerikan dari Allah SWT.
Orang sebagaimana yang dimaksud Buya Yahya ialah orang yang tulus dan ikhlas serta senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.
Baca Juga
Tolong Jangan Tinggalkan Dzikir Pendek Ini setelah Sholat Fardhu meski sedang Buru-Buru, Fadhilahnya Dahsyat Kata UAH
Jangan Tidur pada 3 Waktu Ini! Bisa Menghambat Rezeki dan Membahayakan Kesehatan
Jika Semasa Hidupnya Ahli Maksiat dan Jarang Sholat, Wajibkah Jenazahnya Disholati? Ini Kata Buya Yahya
Advertisement
“Apalagi kita dengan orang-orang tulus, sebab ada orang tulus, dia langsung dikit-dikit dengan Allah,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @buyayahyaofficial, Rabu (25/12/2024).
Simak Video Pilihan Ini:
Bahayanya Mendzalimi Orang Tulus dan Ikhlas
Buya Yahya menerangkan bahwa sangat berbahaya jika berbuat dzalim kepada orang-orang yang tulus. Sebab orang yang karakteristiknya demikian biasanya selalu memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Orang demikian, jika terzalimi maka Allah langsung yang akan menolongnya.
“Oh bahaya sekali, anda berbuat dzalim dengan orang tulus, dia enggak peduli dengan anda, anda zalimi pun dia gak merasa terzalimi, dia orang hebat kok," paparnya.
“tapi dia langsung ditolong oleh Allah, seram banget ini," sambungnya.
Orang yang terdzalimi di mana ia memiliki sikap yang tulus, baginya semua itu bukan masalah, sebab Allah SWT yang akan membalasnya.
Meski demikian, berulang kali Buya Yahya mewanti-wanti agar tidak berbuat dzalim kepada orang yang tulus dan ikhlas sebab konsekuensi mengerikan bakal diterima.
Advertisement
Kautamaan Orang yang Tulus
Mengutip Republika, berikut ini buah dari perbuatan tulus atau ikhlas.
Pertama, ketenangan. Hati menjadi pusat kendali pada diri. Dengan ketulusan yang tak henti terpahat pada diri, hal tersebut akan senantiasa menjadi jembatan untuk selalu mengingat Sang Ilahi.
Allah SWT berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.” (QS ar-Ra’d: 28).
Kedua, jaminan diterimanya amal. Capaian terbesar tak selalu tentang kedudukan yang tinggi dan banyaknya pujian. Capaian terbesar terletak pada beribu-ribu buih cinta yang disimbolkan pada setiap ketulusan dan padad saat itu pula Allah tak segan-segan untuk memberikan cinta-Nya secara kontan. Semua itu tersaji atas dasar kekuatan iman dan takwa yang senantiasa menjadi pelengkap perjalanan kehidupan.
Dari Abu Umamah al-Bahili RA ia berkata bahwa telah datang seorang laki-laki kepada Nabi SAW lalu berkata, “Bagaimana pendapat Anda mengenai seseorang yang berjihad mengharapkan upah dan sanjungan, apakah yang ia peroleh?
Rasulullah SAW menjawab, "Ia tidak mendapatkan apa-apa," lalu ia mengulanginya tiga kali, Rasulullah SAW bersabda kepadanya, "Ia tidak mendapatkan apa-apa."Kemudian beliau bersabda, "Allah tidak menerima amalan kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan wajah-Nya (keridhaan-Nya)" (HR an Nasa’i).
Ketiga, pahala yang melimpah. Ketulusan menjadi pintu utama dalam menggapai limpahan pahala. Dengan ketulusan, kita akan senantiasa mendapatkan anugerah kebaikan dari-Nya.
Dari Sa'ad bin Abu Waqash RA mengabarkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya tidaklah kamu menafkahkan suatu nafkah yang dimaksudkan mengharap wajah Allah (tulus mengharap ridha Allah) kecuali kamu akan diberi pahala termasuk sesuatu yang kamu suapkan ke mulut istrimu" (HR Bukhari).
Ibarat lantunan melodi indah yang diperdengarkan. Ketulusan menjadi sumber ketenangan. Jalan istimewa untuk menggapai kebahagiaan. Tanpanya, kehidupan tampak tak elegan. Lewat ketulusan, keridhaan-Nya pun didapatkan.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul