Liputan6.com, Jakarta - Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq mendorong pengelola rest area tol dapat mengelola sampah secara mandiri sebagai upaya mengurangi penumpukan di tempat buangan akhir (TPA).
"Sampah tidak boleh dicampur karena ini akan menjadi masalah saat pengolahan di tahap akhir," ujar Hanif saat meninjau Rest Area KM 19 dan KM 57 Tol Jakarta-Cikampek, pada Rabu (25/12/2024) malam.
Advertisement
Hanif menyampaikan, setiap tenant harus mengumpulkan sampah mereka secara berkala ke lokasi yang telah ditentukan. Sampah yang memiliki nilai, seperti sampah organik harus dikelola secara terpisah, karena dapat dimanfaatkan untuk pakan maggot atau bahan kompos.
"Kami meminta semua tenant di rest area untuk wajib memilah dan memilih sampah. TPA itu tempat pemrosesan akhir, bukan tempat pembuangan akhir. Yang boleh masuk ke TPA hanyalah residu yang tidak bisa diolah di kawasan ini," tegas Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup ini.
Untuk pengelola rest area juga diminta untuk menyampaikan imbauan secara tertulis kepada pengunjung mengenai tata kelola sampah. Sehingga para pengunjung juga menerapkan budaya pilah sampah.
Ia juga menyarankan agar penyediaan tempat sampah dikurangi untuk mendorong masyarakat membawa pulang dan mengelola sampah masing-masing.
"Slogan 'Buanglah Sampah pada Tempatnya' sudah tidak berlaku. Sekarang, semua orang wajib mengelola sampahnya sendiri hingga selesai, dan hanya residu yang boleh diangkut ke TPA," katanya.
Hanif menyampaikan bahwa pengelola kawasan memiliki kewajiban hukum untuk mengatur sampah sesuai Undang-Undang. Pelanggaran dalam pengelolaan sampah, seperti praktik open dumping, akan dikenakan sanksi tegas, termasuk pemberian status tersangka bagi pihak yang lalai.
Untuk meningkatkan kesadaran, ia juga mengusulkan pengelola rest area tol merekrut masyarakat sebagai duta lingkungan dan kebersihan. Mereka bertugas mengedukasi pengunjung untuk menjaga kebersihan lingkungan.
"Jika ada yang melanggar aturan terkait sampah, pengelola kawasan bisa memberikan sanksi atau denda sesuai regulasi daerah. Ini penting untuk membangun karakter bangsa yang peduli lingkungan," tutur Hanif.
Cerminkan Budaya Pengelolaan Sampah Berkelanjutan
Ia optimistis, dengan kolaborasi yang baik antara pengelola, pengunjung, dan masyarakat, rest area akan tetap bersih dan nyaman, mencerminkan budaya pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
"Paling tidak, mulai sekarang setiap orang yang masuk rest area memahami cara menangani sampahnya masing-masing," pungkasnya.
Rest area tol biasanya kerap ramai saat musim liburan seperti momen Natal dan Tahun Baru, karena banyak wisatawan maupun pemudik yang singgah untuk istirahat. Banyaknya jumlah kunjungan sehingga akan berdampak tingginya sampah yang dihasilkan dari aktivitas tersebut.
Advertisement