Liputan6.com, Jakarta - Manchester City mengarungi 2024 dengan roller coaster. Walau saat ini tengah terpuruk, klub sempat berada di titik tertinggi pada pertengahan tahun lewat capaian gelar Liga Inggris.
Torehan tersebut berawal pada pertengahan 2023 seiring dimulainya musim baru. Striker andalan Erling Haaland langsung menunjukkan ketajamannya lewat dua gol spektakuler di pertandingan pembuka melawan Burnley.
Advertisement
Selain Haaland, Kevin De Bruyne dan Julian Alvarez menciptakan kombinasi mematikan di lini tengah. De Bruyne membuktikan kelasnya sebagai pemain dengan assist terbanyak, sementara Alvarez tampil konsisten dengan gol-gol pentingnya.
Phil Foden tampil memukau dengan kontribusi 19 gol dan 8 assist sepanjang musim. Pemain muda Inggris ini menunjukkan kematangan luar biasa dalam setiap penampilannya di lapangan.
Lini pertahanan City turut tampil solid dengan duet Ruben Dias dan Nathan Ake sebagai pilar utama. Ederson melengkapi pertahanan kokoh ini dengan penampilan apiknya di bawah mistar.
Tantangan di Tengah Musim
City menghadapi ujian berat dengan padatnya jadwal periode Natal dan Tahun Baru. Guardiola membuktikan kehebatannya dalam merotasi pemain, menjalani enam pertandingan awal tanpa kekalahan dengan performa konsisten.
Cedera Haaland di penghujung tahun tidak mengganggu performa tim berkat penampilan gemilang Julian Alvarez yang menyumbang 11 gol dan 9 assist. Rodri dan Kovacic memberikan keseimbangan sempurna di lini tengah.
Kekalahan dramatis 2-0 dari Wolves dan 1-0 dari Arsenal menjadi catatan kelam pertama City musim ini. Namun, Guardiola berhasil mengubah kekalahan tersebut menjadi motivasi tambahan bagi tim.
City bangkit dengan torehan kemenangan beruntun melawan Brighton, Manchester United, dan Bournemouth, menciptakan momentum positif yang mengagumkan.
Advertisement
Momentum Menuju Gelar
Awal tahun menjadi periode dominasi City dengan kembalinya Haaland yang menggemparkan persepakbolaan modern. Performanya yang luar biasa memantapkan posisinya sebagai penyerang paling ditakuti di Premier League.
John Stones memberikan dimensi baru sebagai gelandang bertahan dalam skema taktik Guardiola. Bernardo Silva turut berkontribusi besar dengan penampilan cemerlangnya di lapangan.
Tanggal 13 Mei memantapkan posisi City di puncak klasemen dengan keunggulan dua poin. Kemenangan krusial atas Tottenham berkat gol telat Josko Gvardiol semakin mendekatkan City pada gelar juara.
Pertahanan City semakin solid dengan Walker dan Cancelo yang hanya kebobolan empat gol dalam delapan pertandingan terakhir. Keseimbangan tim menjadi kunci utama kesuksesan mereka.
Pesta Juara yang Tak Terlupakan
City memastikan gelar juara lewat kemenangan telak 3-1 atas West Ham di Etihad Stadium. Phil Foden mencatatkan namanya di papan skor dengan dua gol spektakuler.
Etihad Stadium bergemuruh dalam sukacita saat peluit akhir berbunyi. Guardiola merayakan momen bersejarah ini dengan penuh emosi bersama para pemain dan pendukung yang memadati stadion.
Sheikh Mansour dan jajaran manajemen hadir dalam perayaan, memberikan apresiasi kepada seluruh elemen klub. Guardiola menekankan pentingnya kerja sama tim dalam pencapaian bersejarah ini.
Parade juara di kota Manchester menjadi pesta rakyat yang spektakuler. Haaland, De Bruyne, dan Foden menjadi pusat perhatian ribuan pendukung yang memenuhi jalanan kota.
Advertisement
Warisan dan Masa Depan Cerah
Gelar keempat beruntun City mengukir sejarah baru dalam persepakbolaan Inggris, melampaui rekor Manchester United era Sir Alex Ferguson. Dominasi ini membangun dinasti yang akan dikenang sepanjang masa.
Guardiola juga membuktikan dirinya sebagai salah satu pelatih terhebat dengan filosofi permainan yang mengubah wajah Premier League. Banyak klub berusaha meniru gaya bermain City, namun belum ada yang mampu menyamai kesuksesannya.
Struktur klub yang solid di bawah kepemimpinan Txiki Begiristain dan Ferran Soriano menjamin masa depan cerah. Akademi City terus menghasilkan talenta-talenta muda berbakat seperti Rico Lewis dan Oscar Bobb.