Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia bergerak melemah dalam pada musim liburan Natal dan jelang pergantian tahun. Pelemahan harga emas terbebani oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan kenaikan imbal hasil Treasury AS.
Saat ini, investor menunggu sinyal yang lebih jelas tentang kebijakan moneter Federal Reserve (the Fed) atau Bank Sentral AS untuk 2025. Penurunan ini juga diperkuat oleh pelemahan permintaan dari India, di mana masyarakat cenderung memilih perhiasan emas dengan kadar lebih rendah, yang menyebabkan penurunan konsumsi secara keseluruhan.
Advertisement
"Di sisi lain, diskon dealer emas sedikit mengecil menjadi USD 8 per ons dari sebelumnya USD 9, mencerminkan adanya pemulihan permintaan yang terbatas," ulas Analis Samuel Sekuritas Farras Farhan dan Hernanda Cahyo, dikutip Jumat (27/12/2024).
Pada Rabu lalu, harga emas turun lebih dari 2% dan mencapai level terendah dalam satu bulan, setelah Federal Reserve memberikan sinyal suku bunga untuk tahun depan diperkirakan berada di kisaran 25-50 basis poin. Meski begitu, Fed juga mengindikasikan ke depan laju kenaikan suku bunga akan melambat, yang memberikan penguatan pada nilai dolar AS dan imbal hasil obligasi. Faktor ini semakin menekan pergerakan harga emas di pasar global.
"Kami juga merevisi proyeksi harga emas untuk tahun 2024 menjadi USD 2.380 per ons dari estimasi sebelumnya USD 2.400 per ons, tetapi tetap mempertahankan proyeksi untuk tahun 2025 di level USD 2.600 per ons," kata Farras dan Hernanda.
Rekomendasi Saham
Revisi ini mempertimbangkan perlambatan kenaikan suku bunga oleh Fed yang diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pembelian emas sebagai cadangan.
"Dari sisi saham, kami masih merekomendasikan BRMS sebagai pilihan utama dengan target harga Rp 500 per saham, didukung oleh produksi emas batangan yang kuat, prospek laba yang solid, serta potensi besar dari aset-aset yang belum tergarap," terang Farras dan Hernanda.
Harga emas di pasar spot turun 0,4% menjadi USD 2.611,17 per ons. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup 0,6% lebih rendah pada USD 2.628,20 per ons pada 24 Desember 2024.
Sementara Indeks dolar AS naik 0,4% terhadap para pesaingnya, bertahan di sekitar level tertinggi dalam dua tahun. Penguatan dolar AS ini mengurangi daya tarik emas bagi pemegang mata uang lainnya. Imbal hasil acuan surat utang AS berjangka waktu 10 tahun juga naik.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Menelisik Prospek Emiten Emas pada 2024
Sebelumnya, harga emas sempat naik, seiring dengan memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah beberapa waktu lalu. Namun kenaikan harga minyak telah mereda dari lonjakan baru-baru ini, menyusul redanya eskalasi Iran-Israel baru-baru ini yang mendorong penurunan harga minyak.
"Kami yakin ketidakpastian masih sangat tinggi dan sulit untuk memprediksi kelanjutan ketegangan antara Iran dan Israel. Akibat situasi ini, harga minyak mengalami volatilitas tinggi dan aset-aset safe-haven seperti dolar dan emas telah mengalami peningkatan yang signifikan," kata Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto ditulis, Rabu (23/4/2024).
Harga emas dunia turun lebih dari 2% ke level terendah dalam satu pekan pada perdagangan hari senin. Pelemahan harga emas ini terjadi karena kekhawatiran atas konflik timur tengah sudah mereda. Dengan begitu, investor mengurangi perdagangan aset safe-haven seperti emas dan dolar AS dan memilih aset-aset berisiko seperti saham
Harga Emas
Melansir pemberitaan Liputan6.com sebelumnya, harga emas di pasar spot turun 2,6% menjadi USD 2.328,6335 per ounce pada Selasa 23 April 2024, siap untuk menandai penurunan harian terbesar dalam lebih dari setahun. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 2,9% menjadi USD 2.343,00 per ounce.
"Emas volatilitasnya besar. Beberapa waktu terakhir naik karena ketidakpastian politik. Kalau situasi geopolitik mereda, emas akan sedikit turun. Tapi dalam jangka pajang harusnya kalau kondisi normal masih bisa (naik) gradual," imbuh Rully.
Peluang Harga Emas
Dalam kesempatan berbeda, Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani mengatakan jika tensi geopolitik di Timur Tengah terus meningkat, harga emas dan minyak berpotensi diperdagangkan pada level yang lebih tinggi.
Kenaikan emas memberikan sentimen positif jangka pendek pada emiten produsen emas seperti ARCI, BRMS, MDKA, PSAB, ANTM, dan SQMI.
"Selain dipengaruhi tensi geopolitik dan pembelian masif oleh bank sentral, rally harga emas dan perak berpotensi untuk terus berlanjut seiring dengan meningkatnya ketidakpastian terkait prospek ekonomi, inflasi, dan potensi kebijakan moneter AS ke depan," kata dia.
Advertisement