Sektor-Sektor Ini Bakal Moncer di 2025, Bagaimana Strateginya?

Pada 2025, beberapa sektor di pasar saham Indonesia diprediksi menawarkan peluang investasi menarik. Analis mencermati, sektor yang memiliki prospek menarik umumnya yang berkaitan dengan program kerja pemerintah.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Jan 2025, 17:20 WIB
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Pada 2025, beberapa sektor di pasar saham Indonesia diprediksi menawarkan peluang investasi menarik. Analis mencermati, sektor yang memiliki prospek menarik umumnya yang berkaitan dengan program kerja pemerintah.

Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi menyebutkan sejumlah sektor yang menarik dicermati pada tahun ini di antaranya ⁠sektor keuangan perbankan, "Ini karena tingginya pertumbuhan kredit yang terjaga," kata Lanjar kepada Liputan6.com, Jumat (3/1/2025).

Selain itu, Lanjar jagokan sektor infrastruktur besar terkait IKN seperti perusahaan konstruksi BUMN. Kemudian sektor properti. Serta ⁠eektor energi meliputi batu bara, nikel, dan perusahaan yang berinvestasi dalam energi terbarukan.

Di sisi lain, Lanjar mencermati beberapa sentimen yang perlu diperhatikan pada tahun ini. Antara lain, arah suku bunga the Fed dan Bank Indonesia (BI), Inflasi AS dan Indonesia, dan kebijakan pemerintah Indonesia dalam hal pajak dan subsidi.

"Selain itu, perhatikan juga realisasi investasi asing pada sektor industri dan pembangunan IKN, geopolitik timur tengah, dan harga komoditas di tengah pemulihan permintaan di Tiongkok," imbuh Lanjar.

Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana mencermati beberapa sektor yang berpotensi mengalami tekanan seiring melemahnya daya beli masyarakat. Antara lain, konsumsi domestik seperti ritel, otomotif, dan properti.

"Kebijakan mengenai PPN 12% berpotensi menekan daya beli masyarakat yang telah tertekan oleh tren deflasi selama delapan bulan terakhir. Penurunan daya beli dapat mempengaruhi penjualan dan laba perusahaan di sektor tersebut, sehingga menekan valuasi sahamnya," jelas Hendra.

 


Transportasi dan Logistik

Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, sektor transportasi dan logistik seperti GIAA, ASSA, dan WEHA juga akan terimbas negatif karena kenaikan biaya operasional akibat tambahan PPN, sedangkan sektor infrastruktur dan telekomunikasi (TLKM, EXCL, ISAT) berisiko menghadapi penurunan permintaan layanan karena biaya tambahan yang dibebankan kepada konsumen.

Di sisi lain, beberapa sektor diperkirakan defensif akan terkena dampak paling kecil. Sektor konsumer non-siklikal seperti ICBP, MYOR, dan JPFA tetap stabil karena produknya merupakan kebutuhan pokok yang tidak elastis terhadap perubahan harga.

"ICBP diproyeksikan memiliki target harga Rp12.225, sedangkan MYOR di Rp 2.910, dan JPFA pada Rp 2.030. Saham-saham ini berpotensi menjadi pilihan menarik bagi investor yang menghindari volatilitas tinggi," tutur Hendra.

 


Sektor Konsumen

Kinerja saham emiten bank jumbo seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kompak ambrol. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara, BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya menyoroti sektor konsumen sebagai sektor potensial untuk paruh pertama 2025. Kemudian saham ‘berkualitas’, dengan ROE yang lebih baik dan peningkatan laba yang terlihat, serta lindung nilai terhadap USD.

"Dengan demikian, kami tegaskan kembali preferensi kami pada nama-nama berikut: ICBP (Beli, TP Rp 14.000), HEAL (Beli, TP Rp 2.000), ISAT (Beli, TP Rp 3.800), BBCA (Beli, TP Rp 12.800), JPFA (Beli, TP Rp 2.800), UNTR (Beli, TP Rp 31.000)," tuli riset tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya