Liputan6.com, Jakarta - Botram adalah salah satu tradisi khas masyarakat Sunda yang merepresentasikan nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan harmoni sosial. Istilah botram merujuk pada kegiatan makan bersama yang biasanya dilakukan di alam terbuka, seperti di sawah, kebun, atau pinggir sungai.
Tradisi ini tidak hanya sekadar acara makan bersama, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat hubungan antaranggota masyarakat, keluarga, atau teman.
Dalam suasana botram, makanan biasanya disajikan secara sederhana di atas daun pisang atau tikar, menciptakan suasana santai dan akrab yang sulit ditemukan dalam kegiatan formal sehari-hari.
Baca Juga
Advertisement
Keunikan tradisi botram terletak pada cara penyajian dan filosofi di baliknya. Dalam botram, makanan seperti nasi, lauk-pauk, sayuran, dan sambal disusun secara berderet di atas daun pisang, dan semua orang akan makan dari satu tempat yang sama.
Hal ini menggambarkan konsep kebersamaan yang kuat, di mana setiap orang berbagi apa yang ada tanpa memandang status sosial. Tidak ada piring atau pembatas, sehingga semua peserta botram merasa setara.
Filosofi ini menunjukkan bahwa makanan adalah anugerah yang harus dinikmati bersama, tanpa membedakan latar belakang. Tradisi ini juga mengajarkan nilai kesederhanaan, rasa syukur, dan saling menghargai.
Botram biasanya dilakukan dalam berbagai kesempatan, seperti setelah panen, piknik keluarga, atau acara kumpul bersama teman. Namun, lebih dari sekadar tradisi, botram adalah simbol solidaritas yang mencerminkan karakter masyarakat Sunda yang ramah dan terbuka.
Dalam acara botram, tidak ada aturan formal mengenai siapa yang harus menyajikan makanan, karena semua orang berkontribusi. Ada yang membawa nasi, lauk, atau bahkan sekadar minuman.
Simak Video Pilihan Ini:
Makna Tradisi Lokal
Dengan konsep ini, semua orang merasa memiliki tanggung jawab yang sama untuk menyukseskan acara. Botram juga sering menjadi momen nostalgia bagi mereka yang sudah lama meninggalkan kampung halaman, karena suasananya yang hangat dan penuh kebahagiaan.
Di era modern seperti sekarang, tradisi botram mulai jarang dilakukan, terutama di perkotaan. Namun, upaya untuk melestarikan tradisi ini terus dilakukan, baik melalui komunitas budaya maupun acara-acara rekreasi keluarga yang mengusung konsep botram.
Sebagian masyarakat Sunda mencoba mengadaptasi tradisi ini ke dalam bentuk yang lebih praktis, seperti makan bersama di rumah dengan menyusun makanan di atas daun pisang. Meskipun suasananya berbeda, esensi dari botram tetap terjaga, yaitu kebersamaan dan kebahagiaan.
Dengan segala nilai dan filosofi yang terkandung di dalamnya, botram tidak hanya menjadi warisan budaya masyarakat Sunda, tetapi juga contoh nyata tentang pentingnya menjaga hubungan sosial yang erat di tengah kehidupan modern yang serba individualis.
Tradisi ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu berasal dari hal-hal besar atau mewah, tetapi dari momen sederhana yang dibangun bersama orang-orang terdekat.
Botram adalah bukti bahwa tradisi lokal memiliki kekuatan untuk mempererat hubungan manusia, sekaligus menjadi simbol persatuan dalam keberagaman.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement