Liputan6.com, Jakarta - Para ahli memperkirakan sebuah gunung bawah laut paling aktif di dunia akan meletus pada akhir 2025. Gunung bernama Axial Seamount itu berada di kedalaman Samudra Pasifik atau 470 kilometer dari Pantai Oregon.
Melansir laman Live Science pada Senin (06/01/2025), para ilmuwan yakin gunung tersebut akan meletus berdasarkan pemantauan selama puluhan tahun dan ritme vulkanik yang unik. Bill Chadwick, seorang ahli geofisika di Oregon State University, menyamakan situasi ini seperti panci presto yang hampir mencapai batasnya.
Perlu diketahui, prediksi letusan gunung berapi bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan dengan akurat. Meski secara umum, letusan gunung berapi tidak terlalu berubah-ubah jika dibandingkan gempa bumi atau memiliki pola periode tertentu.
Baca Juga
2 Oktober 1996: Pesawat Aeroperu 603 Jatuh Dipicu Pita Perekat di Lubang Statis, Tak Ada yang Selamat
30 Desember 2011: Denting Lonceng Gereja Jadi Saksi Samoa dan Tokelau Hapus 30 Desember dari Kalender Setelah 119 Tahun
Australia Dilanda El Nino, Tingkatkan Risiko Kebakaran Hutan dan Kekeringan Parah
Advertisement
Sebagian besar prediksi letusan gunung berapi hanya memberikan pemberitahuan beberapa jam sebelumnya. Namun, gunung berapi bawah laut Axial Seamount merupakan suatu kasus khusus.
Gunung berapi yang terletak di Juan de Fuca Ridge tersebut meletus dengan keteraturan yang luar biasa. Letusan sebelumnya terjadi pada 1998, 2011, dan 2015.
Letusanya mengungkapkan pola yang jelas yakni dasar laut mengembang saat magma terkumpul, aktivitas seismik meningkat, dan akhirnya gunung berapi pun meletus. Konsistensi ini menjadikan Axial sebagai laboratorium yang ideal untuk mempelajari perilaku gunung berapi.
Selama lebih dari satu dekade, jaringan sensor telah mendokumentasikan setiap gemuruh dan pertambahan tonjolan gunung. Pada akhir 2023, para peneliti menyadari tingkat inflasi gunung berapi tersebut telah berlipat ganda.
Pada pertengahan 2024, aktivitas seismik Axial melonjak hingga lebih dari 500 gempa bumi hingga saat ini. Para ilmuwan membangun jaringan pemantauan yang luar biasa untuk gunung ini.
Jaringan monitoring tersebut mencakup sensor tekanan dasar laut, kendaraan bawah air otonom (AUV), dan kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh (ROV), yang bersama-sama memberikan pandangan yang tak tertandingi tentang perilaku gunung berapi tersebut.
Sebelumnya, para ilmuwan hanya dapat melihat sekilas reservoir magma, yang tidak memiliki resolusi untuk pemetaan detail yang lebih halus. Dalam studi baru mereka, para peneliti menggunakan inversi bentuk gelombang penuh atau full waveform inversion (FWI), teknik seismik mutakhir, untuk menghasilkan gambar beresolusi tinggi dari bawah permukaan.
Temuan tersebut menunjukkan reservoir magma utama di bawah puncak, dengan fraksi lelehan hingga 37 persen, mendekati ambang batas untuk mobilisasi magma. Di bawahnya, sebuah saluran membawa magma dari dalam kerak bumi, dengan fraksi lelehan 4 hingga 11 persen.
Di sebelah barat, ahli menemukan reservoir yang lebih kecil yang terhubung ke reservoir utama melalui saluran tipis. Sementara itu, di sebelah timur, ada saluran berkecepatan rendah menghubungkan reservoir magma utama ke permukaan, mengarahkan magma ke celah erupsi.
Struktur-struktur ini membentuk sistem asimetris yang mencolok, dengan sebagian besar aktivitas terkonsentrasi di bawah dinding kaldera timur. Ketidakseimbangan ini dapat menjelaskan mengapa erupsi baru-baru ini sebagian besar terjadi di sisi timur gunung Axial.
Picu Tsunami
Letusan gunung berapi bawah laut seperti Axial Seamount jarang mengancam nyawa manusia, tetapi letusannya dapat mengguncang ekosistem dan bahkan memicu tsunami. Dalam sejarah, letusan gunung bawah laut Hunga Tonga pada 2022 menyebabkan kerugian sebesar $90 juta dan membuat para ilmuwan kesulitan memahami dampaknya.
Di Axial, para peneliti bertujuan untuk mengamati letusan berikutnya yang sedang terjadi. Letusan selanjutnya akan membantu para ahli untuk menganalisis pola dalam data seismik, yang menawarkan kemungkinan untuk memprediksi letusan hingga hitungan jam.
Apabila berhasil, maka hal ini dapat merevolusi cara para ilmuwan memantau gunung berapi di seluruh dunia. Temuan penelitian ini juga memiliki implikasi yang lebih luas bagi lempeng tektonik dan pembentukan kerak.
Axial Seamount terletak di persimpangan antara Juan de Fuca Ridge dan Cobb Hotspot, tempat pasokan magma sangat melimpah. Penelitian ini menunjukkan bagaimana magma tersebut terakumulasi, terkumpul, dan akhirnya keluar, yang berkontribusi pada pertumbuhan kerak samudra.
(Tifani)
Advertisement