Inilah 4 Fakta Menarik Burung Hantu yang Jarang Orang Ketahui

Selain penglihatan yang tajam, pendengaran mereka juga sangat sensitif, dibantu oleh bentuk wajah yang unik yang berfungsi seperti radar alami.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 08 Jan 2025, 22:00 WIB
Ilustrasi burung hantu. (Liputan6/Pixabay)

Liputan6.com, Yogyakarta - Burung hantu, si pemburu malam yang misterius, memiliki adaptasi luar biasa yang memungkinkannya berjaya di kegelapan. Mata mereka yang besar dan bulat, jauh melebihi ukuran burung lain seukurannya, memungkinkan mereka melihat dengan sangat jelas bahkan dalam kondisi cahaya minim.

Selain penglihatan yang tajam, pendengaran mereka juga sangat sensitif, dibantu oleh bentuk wajah yang unik yang berfungsi seperti radar alami. Kemampuan memutar kepala hingga hampir 270 derajat memberikan mereka sudut pandang yang sangat luas tanpa perlu menggerakkan tubuh.

Terbang tanpa suara, berkat struktur bulu yang khusus, adalah senjata rahasia mereka saat memburu mangsa. Keberagaman spesies burung hantu di seluruh dunia, dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi, semakin menambah pesona burung misterius ini. Mengutip dari berbagai sumber, berikut empat fakta burung hantu:

1. Penglihatan Malam yang Tajam

Mata burung hantu, yang dirancang khusus untuk berburu di malam hari, memiliki beberapa adaptasi unik yang memungkinkannya melihat dengan sangat baik dalam kondisi minim cahaya. Mata mereka berbentuk tabung memanjang, tidak seperti bola mata pada umumnya, dan mengandung banyak sel batang yang sangat sensitif terhadap cahaya dan gerakan.

Selain itu, adanya tapetum lucidum, semacam cermin di bagian belakang mata, memantulkan cahaya kembali ke sel batang, sehingga meningkatkan kemampuan mereka untuk menangkap cahaya yang sangat sedikit. Dengan mata yang menghadap ke depan, burung hantu juga memiliki persepsi kedalaman yang baik, memungkinkan mereka mengukur jarak dengan akurat saat memburu mangsa di kegelapan.

2. Pendengaran yang Sensitif

Bentuk wajah burung hantu yang khas, menyerupai hati atau cakram, memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan pendengarannya. Struktur wajah ini berfungsi sebagai corong alami yang memfokuskan suara ke telinga.

Telinga burung hantu yang asimetris, dengan posisi yang sedikit berbeda ketinggiannya, membantu mereka menentukan arah dan jarak suara dengan sangat akurat. Bulu-bulu ruff yang mengelilingi wajah dan bulu-bulu auricular yang berserabut pada cakram wajah berperan sebagai penyalur suara, membantu mengarahkan suara ke telinga.

Selain itu, kebiasaan burung hantu yang sering memiringkan kepala ke bawah saat mendengarkan memungkinkan mereka menangkap gelombang suara dari area yang lebih luas. Sehingga dapat meningkatkan sensitivitas pendengaran mereka.

 


3. Leher yang Fleksibel

Kemampuan burung hantu memutar kepala hingga 270 derajat dalam satu arah adalah salah satu adaptasi unik yang memungkinkannya mengamati lingkungan sekitar tanpa perlu menggerakkan tubuh. Fleksibilitas leher yang luar biasa ini dimungkinkan oleh beberapa faktor.

Pertama, burung hantu hanya memiliki satu poros pada lehernya, berbeda dengan manusia yang memiliki dua, sehingga gerakan putarannya lebih leluasa. Kedua, tulang belakang burung hantu memiliki lubang yang jauh lebih besar dibandingkan burung lain.

Ini memungkinkan adanya kantung udara yang melindungi jaringan dan pembuluh darah saat leher diputar. Terakhir, jaringan dan pembuluh darah pada leher burung hantu dirancang sangat elastis, sehingga dapat meregang dan menyusut tanpa mudah putus saat kepala diputar secara ekstrem.

4. Terbang Senyap

burung hantu memiliki bulu yang lembut dan struktur sayap yang unik sehingga dapat terbang dengan senyap, yang merupakan keuntungan besar saat berburu. Bulu burung hantu sangat lembut seperti beludru sehingga hampir tidak mengeluarkan suara saat terbang.

Sayap burung hantu memiliki struktur khusus, seperti gerigi seperti sisir di tepi depan sayap, yang membantu meredam suara. Gerigi ini memecah aliran udara dan mengurangi turbulensi yang biasanya menghasilkan suara.

Sayap burung hantu relatif besar dibandingkan dengan berat tubuhnya. Sehingga memungkinkannya terbang dengan lambat dan sedikit mengepakkan sayap.

 

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya