Liputan6.com, Jakarta - Otoritas distrik Nilgiris, wilayah di selatan India, Lakshmi Bhavya Tanneeru, mengatakan bahwa pemerintah distrik tidak memberlakukan pembatasan apapun terhadap wisatawan yang bepergian ke wilayah tersebut. Ini diungkap setelah kasus human metapneumovirus (HMPV) terkonfirmasi di Tamil Nadu, Kerala, dan Karnataka, baru-baru ini.
Tanneeru menyebut, pemerintah distrik memantau situasi dan tim kesehatan telah ditempatkan di semua pos perbatasan untuk memeriksa apakah ada pelancong yang menunjukkan gejala infeksi atau penyakit. The Hindu melaporkan, dikutip Rabu (8/1/2025), ia semata menghimbau wisatawan yang mengunjungi distrik tersebut dan penduduk yang menunjukkan gejala flu atau penyakit untuk selalu memakai masker, terutama saat berada di tempat umum.
Advertisement
India melaporkan dua kasus baru HMPV pada Selasa, 7 Januari 2025, sehingga jumlah keseluruhan jadi tujuh di negara tersebut, lapor NDTV. Kasus terbaru dilaporkan di Nagpur. Pada Senin, 6 Januari 2025, dua kasus dilaporkan di Bengaluru, dan masing-masing satu di Ahmedabad, Chennai, dan Salem.
HMPV, pertama kali diidentifikasi pada 2001, adalah infeksi pernapasan yang menyebabkan gejala seperti flu. Penyakit ini dapat menyerang orang-orang dari segala usia, meski anak-anak di bawah usia lima tahun, lansia, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah memiliki risiko lebih tinggi.
Dewan Riset Medis India telah menyatakan bahwa HMPV "sudah beredar" secara global, termasuk di India. Pemerintah negara itu menyarankan negara-negara bagian untuk meningkatkan pengawasan terhadap penyakit pernapasan, termasuk ILI dan SARI, serta menyebarkan kesadaran tentang pencegahan penularan virus HMPV.
Jangan Khawatir, tapi Tetap Waspada
Negara-negara bagian juga disarankan meningkatkan informasi, edukasi, komunikasi, dan kesadaran di antara masyarakat mengenai pencegahan penularan virus dengan langkah-langkah sederhana, serupa dengan yang diikuti selama COVID-19.
Ini termasuk sering mencuci tangan dengan sabun dan air; tidak menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang tidak dicuci; menghindari kontak dekat dengan orang yang menunjukkan gejala penyakit; dan menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin. Kepala Menteri India Karnataka Siddaramaiah mengatakan bahwa HMPV tidak berbahaya, tapi ada baiknya untuk mengambil tindakan pencegahan.
Ia meminta masyarakat tidak perlu khawatir, tapi mengimbau mereka untuk berhati-hati. “Kami membahas HMPV (pada rapat departemen kesehatan). Virus ini tidak terlalu mengkhawatirkan. Virus yang terdeteksi adalah virus yang sudah ada. Virus ini menginfeksi anak-anak, orang tua, dan mereka yang kekebalan tubuhnya rendah," kata Siddaramaiah.
Mantan kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan mengatakan "tidak ada gunanya" untuk terus memantau jumlah orang yang terinfeksi HMPV di negara ini. “Saya pikir, menghitung angka 1, 2, dan 3 ini sebenarnya tidak ada artinya karena virus ini beredar di masyarakat seperti banyak virus lain," katanya.
Advertisement
Naik di Malaysia
Selain India, HMPV di Malaysia juga dilaporkan naik sepanjang 2024. Merespons itu, seorang ahli virus menyarankan pemeriksaan kesehatan bagi pelancong bergejala di titik masuk Negeri Jiran ditingkatkan menyusul merebaknya HMPV di China.
Ahli virus molekuler dari Universitas Monash, Associate Professor Dr Vinod Balasubramaniam, mengatakan fokusnya harus pada pengujian demam dan gejala pernapasan. "Pihak berwenang harus mengisolasi pelancong yang menunjukkan tanda-tanda penyakit parah untuk pengujian lebih lanjut. Ini bisa jadi COVID-19, influenza, atau patogen lain (yang berisiko menyebar)," katanya pada New Straits Times, dikutip Selasa, 7 Januari 2025.
Vinod mengatakan, China tengah mengalami lonjakan penyakit pernapasan musiman, termasuk hMPV dan virus pernapasan lain, seperti respiratory syncytial virus (RSV) dan influenza. Namun, ia menyebut, tidak ada bukti yang menunjukkan penyakit-penyakit ini menimbulkan ancaman pandemi global, seperti COVID-19.
"Pihak berwenang China mengatakan penyakit pernapasan ini merupakan hal yang wajar, terjadi musiman, dengan jumlah kasus parah lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," imbuhnya.
Bagaimana dengan Indonesia?
Dari dalam negeri, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Bali I Nyoman Gede Anom meminta penjagaan di pintu masuk Bali diperketat untuk mengantisipasi turis China yang tiba dalam kondisi demam. Dia meminta hal itu karena Pulau Dewata terbuka bagi pariwisata, sehingga perlu fokus antisipasi pada kunjungan dari negara terkait.
"Ini seperti flu cepat menyebar, cuma yang di China sejenis itu belum masuk, tapi kita belum tahu karena kita terbuka untuk wisata, tetap protap kita jaga karena belum ada vaksin," kata dia, dilansir dari Antara, Rabu (8/1/2025). Saat ini, Bali dapat memanfaatkan keberadaan thermo scanner untuk mendeteksi suhu tubuh penumpang.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa menegaskan bahwa perlakuan khusus pada wisatawan yang kembali atau datang dari China menjadi ranah kebijakan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Imigrasi. Meski begitu, saat dihubungi Lifestyle Liputan6.com lewat pesan tertulis di Jakarta, Selasa, 7 Januari 2025, ia menyatakan selalu berkoordinasi dan merujuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) perihal isu kesehatan.
Ia pun mengimbau masyarakat dan pelaku usaha pariwisata mengikuti arahan Kemenkes, serta mengimplementasikan prinsip-prinsip Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE). "Kemenkes telah mengimbau masyarakat untuk tidak panik, tapi tetap waspada dan menjaga kesehatan guna mencegah risiko penularan virus ini," sambungnya.
Advertisement