PMK Hancurkan Pasar Ternak Gunungkidul, Pedagang Sapi Terancam Bangkrut

Wabah (PMK) yang merebak di Gunungkidul telah berdampak signifikan pada para pedagang hewan ternak. Penurunan permintaan dan harga sapi yang drastis, hingga 50%, membuat para pedagang merugi. Bahkan, Pasar Hewan Siyono mengalami penurunan transaksi hingga 90%.

oleh Hendro diperbarui 08 Jan 2025, 16:21 WIB
Pasar Hewan Siyono tampak sepi di tengah merebaknya wabah PMK. Penurunan transaksi hingga 90% menggambarkan betapa besar dampak penyakit ini bagi peternak dan pedagang hewan ternak di Gunungkidul.

Liputan6.com, Gunungkidul - Para pedagang hewan ternak di Gunungkidul mengeluhkan merosotnya penjualan sapi sejak merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di wilayah tersebut. Kekhawatiran masyarakat terhadap penyebaran penyakit ini membuat permintaan menurun drastis, sementara biaya perawatan dan pakan ternak terus membebani para pedagang.

Salah satu pedagang hewan, Woko asal Kalurahan Langgeran, Patuk, Gunungkidul, mengungkapkan bahwa harga sapi di daerahnya menurun drastis sejak kasus PMK merebak. Sapi yang sebelumnya dihargai sekitar Rp14 juta per ekor, kini hanya dihargai Rp7 juta per ekor.

Menurutnya, penurunan harga tersebut merupakan imbas dari wabah PMK yang saat ini tercatat telah mencapai 415 kasus di Gunungkidul. "Apalagi kalau ada sapi yang ternyata mengalami gejala mirip PMK, itu pasti harganya turun. Penurunan bisa 50 persen," kata Woko.

Woko menceritakan salah satu sapinya yang juga terkena PMK. Sapi yang awalnya sehat, perlahan mengalami pincang, dan air liur mulai keluar secara konstan. Kondisi tersebut diiringi dengan penurunan nafsu makan, yang semakin memperburuk keadaan sapi tersebut.

Kondisi sapi yang terjangkit PMK memaksa Woko untuk berjaga dan memantau kesehatannya secara intensif. Setiap dua jam sekali, Woko akan pergi ke kandang untuk memastikan perkembangan kesehatan sapinya.

"Konsultasi ke dokter hewan saja paling tidak perlu Rp80.000 hingga Rp100.000. Itu tidak murah buat saya," ujarnya dengan nada pesimis.

Woko berharap agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul dapat memberikan ganti rugi kepada peternak yang mengalami kerugian akibat penyakit PMK. Selain itu, dia juga menekankan pentingnya adanya solusi jangka panjang untuk mencegah wabah ini semakin meluas.

Terpantau, kondisi Pasar Hewan Siyono, salah satu pasar hewan terbesar di Gunungkidul, sangat lesu dengan merebaknya PMK. Kejadian ini berdampak langsung pada turunnya jual beli hewan ternak di wilayah tersebut.

Penurunan transaksi yang terjadi di pasar ini sangat signifikan, mencapai 90 persen dibandingkan kondisi normal. Dalam kondisi normal, pasar ini dapat menerima hingga 500 ekor sapi, namun saat ini hanya sekitar 90 ekor sapi yang datang ke pasar.

"Kurangnya kunjungan sapi ke pasar Siyono dampak dari PMK yang saat ini pengaruhnya luar biasa, penurunan hingga saat ini mencapai 90%," kata Lurah Pasar Siyono, Isnaning.

Selain itu, sedikitnya ada 63 kasus sapi yang mati akibat PMK, dari total sekitar 893 kasus PMK yang tercatat di Kabupaten Gunungkidul sejak 2024 hingga 5 Januari 2025. Penyebaran penyakit ini melibatkan berbagai wilayah di Gunungkidul.

 


Upaya Mengurangi Dampak PMK

Upaya untuk mengurangi dampak PMK terus dilakukan oleh pihak pasar. Isnaning menambahkan bahwa penyemprotan disinfektan pada hewan dan kendaraan pengangkut ternak sudah dilakukan dua kali seminggu sebagai langkah pencegahan.

Sementara itu, Kelik Yuniantoro, Kepala Dinas Perdagangan Gunungkidul, mengatakan pihaknya masih mengkaji dan berkoordinasi dengan instansi terkait mengenai kemungkinan penutupan sementara pasar hewan di wilayah tersebut sebagai dampak dari wabah PMK.

"Jika penanganan peternak terhadap hewan ternaknya masih dilakukan dengan baik, maka tidak perlu untuk dilakukan penutupan sementara pasar hewan. Dari pihak kita melihat situasi yang berjalan sekarang, jadi penutupan pasar sangat mungkin terjadi, tapi tergantung koordinasi kita dengan instansi lain," ungkap Kelik.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya