Kanada Dihantui Resesi Buntut PM Justin Trudeau Mengundurkan Diri

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengumumkan pengunduran dirinya pada Senin (6/1/2025) di tengah meningkatnya ketidakpuasan atas kepemimpinannya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 08 Jan 2025, 18:15 WIB
Justin Trudeau saat mengumumkan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri Kanada pada Senin (6/1/2024). Dia menduduki posisi tersebut sejak tahun 2015. (Dok. Adrian Wyld/The Canadian Press via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Perdana Menteri Kanada ke-23, Justin Trudeau mengumumkan pengunduran dirinya setelah hampir satu dekade memimpin negara tersebut. Keputusan Justin Trudeau ini mengejutkan dunia politik Kanada dan memicu spekulasi tentang masa depan Partai Liberal yang dipimpinnya.

Trudeau mengumumkan pengunduran dirinya di depan kediamannya di kawasan Rideau Cottage, di Ottawa pada Senin (6/1), di mana dia berbicara dalam bahasa Inggris dan Prancis.

“Saya berniat mengundurkan diri sebagai pemimpin partai, sebagai perdana menteri, setelah partai memilih pemimpin berikutnya melalui proses yang solid, berskala nasional, dan kompetitif. Tadi malam, saya meminta presiden Partai Liberal untuk memulai proses tersebut,” tuturnya, dalam pernyataan resmi pengunduran diri tersebut, dikutip Rabu (8/1/2025).

Bagaimana kondisi ekonomi Kanada di tengah momentum pengunduran diri Trudeau?

Mengutip Financial Post, PDB riil per kapita Kanada pada kuartal ketiga 2024 menurun untuk keenam kalinya.

PDB Kanada di kuartal tersebut anjlok hingga sebesar 0,4 persen.

Tingkat pengangguran Kanada pada bulan November juga naik menjadi 6,8 persen, naik satu poin persentase dari periode yang sama tahun lalu.

Ekonom di Universitas Dalhousie, Lars Osberg menyebutkan bahwa Kanada tengah mengalami Resesi yang sudah berlangsung cukup lama.

Namun, Kanada tidak mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut, yang menurut definisi standar pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negatif.

Perekonomian Kanada pada kuartal kedua 2024 sempat tumbuh di atas perkiraan sebesar 2,1 persen, sebelum turun menjadi 1 persen pada kuartal selanjutnya.

"Dalam hal PDB per kapita, kita telah mengalami resesi selama beberapa waktu sekarang dan peningkatan tingkat pengangguran mencerminkan hal itu," kata Osberg.

Namun, Osberg mengatakan resesi akan terjadi jika bukan karena pertumbuhan populasi Kanada yang bersejarah.

Pada tahun 2023 negara itu mencatat lonjakan populasi tercepat dalam 66 tahun, bertambah sebanyak 1,3 juta orang, atau 3,2 persen, yang sebagian besar berasal dari imigrasi.

Semua penduduk baru tersebut membeli kebutuhan pokok dan meningkatkan konsumsi cukup banyak untuk menutupi ekonomi yang sedang berjuang, Osberg menyoroti.

“Ketika pertumbuhan populasi mencapai tiga persen per tahun, itu berarti banyak orang yang menambah permintaan agregat,” jelas dia.

 


Mantan Gubernur Bank Sentral Akui Kanada Masuk Resesi

Ilustrasi bendera Kanada (AFP/Geoff Robins)

Osberg bukan satu-satunya ekonom yang membunyikan bel peringatan pada ekonomi Kanada.

Mantan gubernur Bank Kanada, Stephen Poloz pada Desember 2024 mengakui Kanada sedang dalam resesi. Seperti Osberg, dia mengatakan kelemahan ekonomi telah ditutupi oleh pertumbuhan populasi yang kuat.

Poloz memaparkan, konsumen di Kanada telah mengalami peningkatan biaya hidup sebesar 30 persen setelah periode inflasi baru-baru ini, yang telah menyebabkan berkurangnya pengeluaran.

Inflasi juga turun lebih cepat dari yang diperkirakan, yang katanya hanya terjadi selama resesi.

Adapun ekonom David Rosenberg baru-baru ini mengatakan bahwa ekonomi Kanada akan berada dalam posisi yang buruk tahun lalu tanpa stimulus pemerintah.

“Sektor pemerintah menyelamatkan ekonomi nasional pada Q3 dengan ekspansi belanja tahunan sebesar 4,8 persen,” katanya dalam buletin Early Morning with Dave bulan lalu.

“Jika kita tidak memperhitungkan itu, PDB riil turun pada tingkat tahunan sebesar 0,3 persen. Itu bukan gambaran yang bagus,” ucapnya.

“Hanya satu kali dalam sejarah tercatat PDB riil per kapita Kanada merosot secara berurutan selama enam kuartal, dan itu terjadi selama resesi 1981-1982, ukuran ini juga negatif dalam delapan dari sembilan kuartal terakhir. PDB riil per kapita sekarang turun 1,4 persen secara tahun ke tahun dan lebih rendah daripada pada musim semi 2017,” imbuhnya.


Justin Trudeau Mundur Sebagai PM Kanada

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau (AFP Photo)

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengumumkan pengunduran dirinya pada Senin (6/1/2025) di tengah meningkatnya ketidakpuasan atas kepemimpinannya dan setelah kepergian mendadak menteri keuangannya yang mengisyaratkan gejolak yang semakin besar di dalam pemerintahannya.

Trudeau mengatakan bahwa pertarungan internal berarti dia tidak bisa menjadi pilihan terbaik dalam pemilu berikutnya. Dia berencana tetap menjabat sebagai perdana menteri sampai pemimpin baru Partai Liberal terpilih.

Seorang pejabat yang mengetahui masalah ini mengatakan bahwa Parlemen, yang seharusnya akan kembali bersidang pada 27 Januari, akan ditangguhkan hingga 24 Maret. Penangguhan tersebut akan memungkinkan untuk pemilihan pemimpin Partai Liberal. Pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim karena tidak berwenang untuk berbicara tentang masalah ini secara terbuka. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (7/1).

Ketiga partai oposisi utama Kanada sebelumnya mengatakan bahwa mereka berencana untuk menggulingkan Partai Liberal dalam mosi tidak percaya saat Parlemen kembali bersidang, sehingga pemilu pada musim semi untuk memilih pengganti permanen hampir pasti terjadi.

Trudeau menjabat pada tahun 2015 di bawah 10 tahun kekuasaan Partai Konservatif dan pada awalnya dipuji karena mengembalikan negara ini ke masa lalu yang liberal. Namun, salah satu perdana menteri paling terkenal di Kanada yang berusia 53 tahun ini semakin tidak disukai kalangan pemilih dalam beberapa tahun terakhir karena berbagai masalah, termasuk melonjaknya biaya makanan dan perumahan, serta imigrasi.

Pergolakan politik ini terjadi pada saat yang sulit bagi Kanada secara internasional.

 


Ancaman Trump

Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengancam akan memberlakukan tarif 25 persen untuk semua barang Kanada jika pemerintah tidak membendung apa yang disebut Trump sebagai arus migran dan obat-obatan terlarang di AS - meskipun jumlah migran dan obat-obatan terlarang yang menyeberang ke AS dari Kanada jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Meksiko, yang juga diancam oleh Trump.

Kanada adalah pengekspor utama minyak dan gas alam ke AS, yang juga bergantung pada AS untuk kebutuhan baja, aluminium, dan otomotif.

Trudeau tetap bungkam di depan umum dalam beberapa minggu terakhir, meskipun tekanan untuk mundur baginya semakin besar.

"Kebisuannya yang lama setelah drama politik ini menunjukkan kelemahan posisinya saat ini," ujar Daniel Béland, seorang profesor ilmu politik di McGill University di Montreal. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya