Liputan6.com, Jakarta - Rupiah ditutup melemah 68 poin terhadap dolar Amerika Serikat (USD), setelah melemah 75 poin di level Rp 16.210 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.142.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.200 - Rp 16.270,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Rabu (8/1/2025).
Advertisement
Rupiah melemah usai rilis data lowongan kerja di AS menunjukkan kinerja yang lebih kuat dari perkiraan. Pembacaan tersebut muncul beberapa hari sebelum data utama penggajian nonpertanian untuk Desember, yang akan memberikan isyarat yang lebih pasti di pasar tenaga kerja pekan ini.
"Inflasi yang kuat dan kekuatan di pasar tenaga kerja diperkirakan akan memberi Federal Reserve lebih sedikit dorongan untuk memangkas suku bunga, dengan bank telah memperingatkan hal itu selama pertemuannya di bulan Desember. Komentar hawkish dari pejabat The Fed menegaskan kembali gagasan ini di awal minggu,” ujar Ibrahim.
Di Asia, China diperkirakan segera meningkatkan pengeluaran fiskal tahun ini untuk mendukung perekonomian, terutama dalam menghadapi hambatan terkait perdagangan imbas kebijakan tarif impor AS yang akan diberlakukan Presiden Terpilih Donald Trump.
Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mancatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2024 sebesar USD 155,7 miliar. Angka ini menandai kenaikan dibandingkan pada akhir November 2024 sebesar USD 150,2 miliar.
Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain bersumber dari penerimaan pajak dan jasa, dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Cadangan Devisa RI Bisa Dukung Ketahanan Ekonomi dan Sistem Keuangan
BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depan, BI memandang cadangan devisa memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal.
BI juga terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal sehingga dapat menjaga stabilitas perekonomian dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Cadangan Devisa Indonesia Akhir 2024 Tembus Rp 2.491 Triliun
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2024 mencapai Rp 2.491 triliun (setara dengan USD 155,7 miliar, kurs Rp 16.000 per USD). Angka cadangan devisa ini menunjukkan peningkatan dibandingkan posisi akhir November 2024 yang sebesar Rp 2.403 triliun (USD 150,2 miliar).
Kenaikan ini disebabkan oleh penerimaan pajak dan jasa, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan devisa dari sektor migas.
Peningkatan terjadi di tengah kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah oleh Bank Indonesia untuk menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global.
Stabilitas Ekonomi Terjaga
Menurut BI, posisi cadev pada Desember 2024 mampu membiayai 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor ditambah pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlah ini jauh di atas standar kecukupan internasional, yaitu sekitar 3 bulan impor.
“Posisi cadangan devisa ini mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” tulis BI dalam laporan resminya, Rabu (7/1).
Optimisme Ke Depan
BI memproyeksikan cadangan devisa Indonesia tetap memadai untuk menopang ketahanan eksternal. Prospek ekspor yang positif dan neraca transaksi modal serta finansial yang diperkirakan mencatatkan surplus menjadi pendorong utama.
Selain itu, persepsi positif investor terhadap ekonomi nasional dan daya tarik imbal hasil investasi juga turut memperkuat ketahanan eksternal.
“Bank Indonesia terus bersinergi dengan Pemerintah untuk memastikan stabilitas ekonomi guna mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan,” tambah Bank Indonesia.
Kenaikan cadangan devisa Indonesia hingga akhir 2024 menunjukkan solidnya ekonomi nasional meski di tengah tantangan global.
Dengan penerimaan devisa dari berbagai sektor dan kebijakan stabilisasi yang tepat, Bank Indonesia optimistis ekonomi Indonesia tetap tangguh.
Advertisement
Kurs Rupiah Dibuka Melemah, Dipengaruhi Ekspektasi Kebijakan The Fed
Sebelumnya, pada Rabu pagi, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta mencatat pelemahan sebesar 34 poin atau 0,21 persen. Kurs rupiah turun menjadi 16.177 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya di level 16.143 per dolar AS.
Ekonom Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, mengungkapkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipicu oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga acuan dalam beberapa bulan mendatang.
"Penguatan dolar AS disebabkan oleh ekspektasi bahwa The Fed masih akan menahan suku bunga untuk sementara waktu," ujar Rully dikutip dari ANTARA di Jakarta, Rabu (8/1/2025).
Proyeksi Suku Bunga The Fed
The Fed sebelumnya memproyeksikan suku bunga akan berada di level 3,4 persen pada tahun 2025, yang menunjukkan potensi pemotongan sebesar 100 basis poin (bps) atau setara 1 persen. Pada 2026, suku bunga diperkirakan turun lebih lanjut menjadi 2,9 persen, dengan penurunan sebesar 50 bps.
Dengan kondisi tersebut, dolar AS berpotensi kembali menguat, membuat rupiah sulit menembus level Rp16 ribu per dolar AS dalam waktu dekat.
"Hari ini, kurs rupiah kemungkinan besar akan bergerak di kisaran 16.100 hingga 16.200," tambah Rully.