Liputan6.com, Jakarta - PT Kentanix Supra International Tbk (KSIX) menargetkan pencapaian marketing sales sebesar Rp 300 miliar pada 2025. Target tersebut setara kenaikan 30,43% dibandingkan dengan angka marketing sales tahun lalu yang tercatat Rp 230 miliar.
"Target marketing sales perusahaan untuk 2025 telah ditetapkan sebesar Rp 300 miliar," ujar Direktur PT Kentanix Supra International Tbk, Jannie Andajani, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (8/1/2025).
Advertisement
Sebagai bagian dari strategi pencapaian target tersebut, Jannie menyatakan, perusahaan akan memperluas ekspansinya ke Bekasi. Upaya tersebut diharapkan bisa memberi kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan marketing sales tahun ini. Perseroan juga berkomitmen mendukung program pemerintah, seperti program pembangunan 3 juta rumah.
"Kami memiliki sejumlah proyek hunian subsidi, yang akan kami hitung sebagai bagian dari kontribusi kami terhadap program ini," tambah Jannie.
Saat ini, perusahaan tengah menjalankan beberapa proyek di Cilegon, Bogor, dan Cileungsi, dengan total land bank mencapai 200 hektare (ha). KSIX menargetkan pengembangan lahan seluas 30 hektare hingga 2026.
"Jadi kami akan tetap fokus pada area Jabodetabek, karena land bank kami masih banyak di wilayah tersebut, dengan produk seperti ruko komersial dan hunian," imbuh Direktur Utama PT Kentanix Supra International Tbk, Ferdinand.
Saham PT Kentanix Supra International Tbk (KSIX) melonjak 25 persen ke posisi Rp 565 per saham. Harga saham KSIX dibuka naik 93 poin ke posisi Rp 545 per saham. Harga saham KSIX berada di level tertinggi Rp 565 dan level terendah Rp 492 per saham. Total frekuensi perdagangan 35.148 kali dengan volume perdagangan 858.790 saham. Nilai transaksi Rp 46,2 miliar.
BEI Bidik 407 Pencatatan Efek Baru pada 2025
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik pencatatan efek baru sebanyak 407 pada 2025. Adapun pencatatan efek itu mulai dari saham, obligasi, sukuk waran terstruktur, ETF, DIRE, DINFRA, efek beragun aset (EBA).
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, pihaknya optimistis stabilitas politik setelah pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia dapat mendorong kepercayaan investor dan meningkatkan minat perusahaan untuk menggelar penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dan tercatat di BEI.
“Dengan stabilitas ekonomi domestik yang terjaga dan proyeksi positif atas kebijakan makro akan menjadi faktor pendukung untuk memperkuat daya saing pasar modal Indonesia sebagai destinasi investasi yang atraktif di kawasan ASEAN,” ujar Nyoman kepada wartawan, ditulis Rabu (1/1/2025).
Seiring mencapai target penerbitan efek itu, Nyoman menuturkan, BEI juga memperkuat edukasi dengan tetap fokus pada peningkatan kualitas due diligence untuk menjaga kepercayaan pasar, penyesuaian regulasi yang adaptif, kolaborasi institusi, pengembangan infrastruktur yang berkesinambungan.
Adapun hingga akhir 2024, ada 41 perusahaan tercatat yang mencatatkan saham di BEI. Dari 41 perusahaan itu sektor yang mendominasi antara lain sektor consumer siklikal yang merupakan sektor dengan pencatatan saham tertinggi yakni 13 perusahaan dengan dana dihimpun mencapai Rp 5,7 triliun.
Kemudian diikuti oleh sektor basic materials sebanyak delapan perusahaan dengan dana dihimpun mencapai Rp 1,5 triliun dan sektor energi sebanyak enam perusahaan dengan dana dihimpun mencapai Rp 5,6 triliun.
Advertisement
Sektor Saham
“Prospek dari sektor-sektor ini pada 2025 diharapkan tetap menarik, terutama karena produk-produk dari sektor tersebut merupakan kebutuhan sehari-hari,” kata Nyoman.
Ia mengatakan, optimisme ini ditopang oleh stabilitas ekonomi domestik dengan target pertumbuhan ekonomi dan proyeksi inflasi yang terkendali.
“Selain dari sektor-sektor tersebut, kami juga berharap seluruh sektor dapat bergerak positif sehingga semakin banyak pilihan investasi untuk investor dari berbagai sektor. Dukungan program pemerintah baru juga kami harapkan berkontribusi menciptakan lingkungan yang semakin kondusif bagi aktivitas bisnis dan perekonomian,” kata dia.
BEI membidik 66 penawaran saham perdana pada 2025. Hingga akhir 2024, terdapat 21 perusahaan dalam pipeline IPO, itu termasuk tiga perusahaan yang merupakan lighthouse IPO.
Ia menuturkan,mayoritas berasal dari sektor-sektor prospektif tersebut, menandakan optimisme pemulihan minat IPO pada tahun mendatang.
Klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:
-1 Perusahaan aset skala kecil. (aset di bawah Rp50 Miliar);
- 2Perusahaan aset skala menengah. (aset antara Rp50 Miliar s.d.Rp250 Miliar);
- 18 Perusahaan aset skala besar. (aset di atas Rp250 Miliar)
OJK dan BEI Bakal Perkuat Aturan IPO pada 2025
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen akan memperkuat ketentuan pencatatan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) pada 2025.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman menuturkan, BEI akan terus melakukan perbaikan aturan bagi calon emiten yang mau melantai di Bursa Efek Indonesia yaitu dengan melakukan revisi pada sejumlah aturan yang sudah ada.
“Misalnya free float, apakah kita akan naikkan free float yang selama ini. Perusahaan tercatat free float kalau dia ekuitas di atas Rp 2 miliar, maksimum free float 10 persen. Apakah kita akan meningkatkan sehingga tadi ekuitasnya lebih banyak?" kata Iman dalam konferensi pers peresmian penutupan perdagangan BEI, Senin (30/12/2024).
Adapun kedua terkait dengan aturan minimal operasional yang sebelumnya dibatasi minimal setahun beroperasi kedepannya akan diperpanjang menjadi lebih dari setahun sehingga fundamental perusahaan bisa dapat lebih terukur.
Iman turut menjelaskan tak selamanya perusahaan yang delisting di BEI semua akibat kerugian, karena kerugian itu masih dimungkinkan di BEI, tetapi perusahaan yang delisting adalah akibat PKPU atau dilikuidasi.
Pada kesempatan yang sama,Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK Aditya Jayaantara mengungkapkan OJK berkomitmen dalam meningkatkan kualitas emiten yang melakukan IPO.
"Kita sedang menyusun Peraturan OJK (POJK) dan sekarang di tahap Menteri Hukum dan Ham (Menkumham), dalam konteks kita memperkuat pengaturan untuk memperkuat emiten," ujarnya.
Aditya menambahkan untuk memperkuat emiten dan perusahaan publik salah satunya adalah dalam proses IPO yang akan dilakukan peningkatan sehingga bisa mendapat emiten yang lebih memenuhi syarat.
Advertisement