Dana BOS Hilang Misterius, Gaji Honorer SDN 56 Kota Gorontalo Tertunda

Situasi ini semakin memprihatinkan, mengingat mereka menggantungkan hidup dari pendapatan tersebut untuk kebutuhan sehari-hari

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 08 Jan 2025, 23:16 WIB
Ilustrasi uang rupiah. (Gambar oleh iqbal nuril anwar dari Pixabay)

Liputan6.com, Gorontalo - Delapan tenaga honorer di SDN 56 Kota Timur, Kota Gorontalo, menghadapi krisis finansial setelah gaji mereka selama tiga bulan, Oktober hingga Desember 2024, belum dibayarkan akibat hilangnya dana Biaya Operasional Sekolah (BOS).

Situasi ini semakin memprihatinkan, mengingat mereka menggantungkan hidup dari pendapatan tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.

Tenaga honorer yang terdampak terdiri dari lima guru, seorang satpam, seorang operator sekolah, dan seorang petugas kebersihan. Penundaan gaji ini menimbulkan beban psikologis dan ekonomi yang berat bagi mereka.

“Terkadang saya harus meminjam uang untuk membeli bensin agar bisa ke sekolah,” ujar Lavenia Dunggio, salah satu guru honorer, Selasa (7/1/2025).

Lavenia, yang akrab disapa Nia, kini terpaksa mengandalkan penghasilan suaminya yang juga seorang tenaga honorer daerah untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Nira Nakulo, guru honorer lainnya, mengaku terbebani secara finansial dan emosional.

“Tidak mungkin saya terus meminta uang kepada orang tua di usia saya sekarang,” katanya.


Hilangnya Dana BOS

Kasus ini bermula pada 7 September 2024, saat dana BOS senilai Rp69 juta dilaporkan hilang secara misterius dari rekening Bank SulutGo.

Dana tersebut seharusnya digunakan untuk membayar gaji tenaga honorer serta mendukung operasional sekolah. Insiden ini terjadi pada pukul 04.00 Wita pagi dan hingga kini belum ada kejelasan mengenai penyebabnya.

Hilangnya dana BOS ini menunjukkan adanya celah dalam pengelolaan keuangan sekolah, khususnya pada aspek keamanan dan pengawasan.

Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan tenaga honorer, tetapi juga kelancaran operasional sekolah.

Berbagai upaya telah dilakukan para tenaga honorer untuk menyampaikan persoalan ini. Mereka memanfaatkan media sosial dan menghubungi akun resmi partai politik, namun hingga saat ini, respons yang diharapkan belum diterima.

Sementara itu, Lavenia tetap menunjukkan dedikasinya sebagai guru meskipun tidak menerima gaji.

“Saya akan terus mengajar meskipun tidak digaji. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa,” tegasnya.

Bendahara sekolah, Holand Jusuf, ketika dikonfirmasi tidak bisa berbuat banyak. Dirinya terpaksa menggadaikan perhiasan emas miliknya demi menutupi biaya operasional sekolah yang mendesak.

Ia menggadaikan perhiasan pribadi berupa satu kalung, dua cincin, dan satu pasang anting dengan total berat 5 gram.

“Saya menggadaikan barang emas saya untuk menambah pembayaran tagihan listrik dan operator sekolah,” ia menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya