Dibebani Biaya Pengiriman, Laba SAPX Anjlok 9,48% di Kuartal III 2024

Untuk target pertumbuhan pendapatan tahun ini, SAPX juga akan berfokus pada efisiensi biaya serta aktivitas core business, yaitu segmen B2B.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 09 Jan 2025, 06:00 WIB
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Satria Andalan Prima Tbk (SAPX) mencatat penjualan (revenue) tumbuh 16,58% menjadi Rp 523,348 miliar pada kuartal III 2024. Capaian ini lebih tinggi dari penjualan di periode kuartal III 2023 sebesar Rp 448,905 miliar. Namun, capaian tersebut masih rendah dibandingkan penjualan 2023 secara keseluruhan sebesar Rp 622,181 miliar.

“Dari sisi laba bruto atau gross profit, kami mencetakpenurunan sebesar 9,48% dari kuartal ketiga 2024 menjadi Rp 105,691 miliar,” ungkap Corporate Secretary SAPX, Denny Parhan dalam Public Expose Insidental SAPX dikutip Kamis (9/1/2025).

Laba bruto Satria Andalan Prima di kuartal III 2024 yang menurun dikontribusikan dari meningkatnya biaya pengiriman via udara sebesar 10%, terutama dalam pengiriman paket ke wilayah Timur Indonesia.

“Kami banyak mendapatkan pesanan pengiriman ke wilayah Indonesia Timur seperti Sulawesi, Papua, hingga Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat,” terang Parhan.

Adapun laba (rugi) komprehensif tahun berjalan SAPX yang tercatat menurun 86,50% menjadi Rp.967 miliar dari periode sebelumnya sebesar Rp.7,134 miliar.

Sementara itu, SAPX kini memiliki total aset senilai Rp.326,339 juta yang tercatat pada kuartal III 2024.

Untuk tahun 2025 ini, SAPX menargetkan capaian pendapatan sebesar Rp.800 miliar.

Parhan menyebut, target itu akan direalisasikan dengan berfokus pada bisnis dengan klien korporasi.

“Kami targetkan pertumbuhan pendapatan hingga 25-30% atau mencapai Rp.750-800 miliar di tahun 2025,” jelasnya.

“Basis klien terbesar perseroan adalah segmen korporasi, karena segmen ini lebih sustainable,” lanjut dia.

Untuk target pertumbuhan pendapatan tahun ini, SAPX juga akan berfokus pada efisiensi biaya serta aktivitas core business, yaitu segmen B2B.

Hingga September 2024, pendapatan SAPX mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar Rp.523,35 miliar. 55,29% pendapatan ini disumbang oleh kurir korporasi.


Bergerak Tak Wajar, Saham DSSA, SAPX, dan HELI Masuk Radar Bursa

Pekerja melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/7/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah memantau sejumlah saham lantaran terjadi pergerakan harga di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA). Teranyar, Bursa memantau pergerakan saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), PT Jaya Trishindo Tbk (HELI), dan PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX).

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (29/5/2024), terjadi peningkatan harga di luar kebiasaan pada saham DSSA dan SAPX. Smentara terjadi penurunan harga di luar kebiasaan pada saham HELI.

Berdasarkan data RTI, saham DSSA naik 11,07 persen ke posisi 197.700 pada Selasa, 28 Mei 2024. Saham DSSA naik 51,49 persen dalam sepekan. Sejak awal tahun, saham DSSA naik 147,13 persen.

SAPX ditutup naik 9,42 persen ke posisi 1.220 pada Selasa. Dalam sepekan, SAPX telah naik 19,61 persen. Sejak awal tahun atau secara year to date (YTD), SAPX naik 2,52 persen.

Adapun saham HELI mengalami koreksi signifikan sejak Senin, 27 Mei 2024. Saat itu, HELI turun 24,95 persen ke posisi 394. Penurunan berlanjut pada Selasa, di mana saham HELI terkoreksi 24,87 persen ke posisi 296. Dalam sepekan, HELI turun 58,89 persen. Sedangkan sejak awal tahun, HELI turun 26,73 persen.

Lebih lanjut, Bursa mengimbau kepada para investor untuk memperhatikan jawaban perusahaan tercatat terkait atas permintaan konfirmasi bursa. Selain itu, juga mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya.

Investor juga diimbau untuk mengkaji kembali rencana corporate action perusahaan tercatat apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS. Serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya