Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari lalu, seorang turis asal Korea Selatan ditemukan meninggal dunia saat mendaki Gunung Agung, Bali. Usai peristiwa tersebut, para pemangku adat setempat menggelar upacara Mecaru atau Pemarisudha (penyucian) Gunung Agung yang digelar Rabu, 8 Januari 2025.
Informasi itu diketahui diketahui dari sejumlah unggahan di media sosial, termasuk di akun Instagram @infodenpasarterkini.id dan @balipuspanews. Menurut Pengayah Pura Pasar Agung Seksi Publikasi dan informasi, I Wayan Suara Arsana pada tim @balipuspanews, Senin, 6 Januari 2025, kepastian upacara Mecaru Pemarisudha ini dilaksanakan setelah pihak keluarga pendaki asal Korsel bersedia untuk ikut bertanggung jawab atas musibah yang terjadi di Gunung Agung.
Advertisement
Mereka membantu pembiayaan upacara tersebut. Dalam unggahan terbaru di akun @infodenpasarterkini.id, Rabu, terlihat beberapa pemuka adat dan warga setempat membawa sejumlah canang atau sesajen di kawasan Gunung Agung untuk menyucikan kembali tempat tersebut.
Mecaru atau Pemarisudha sendiri berarti suatu upacara untuk menjaga mengharmoniskan hubungan antara manusia dengan alam lingkungan sekitarnya. Menurut laman resmi Kemendikbudristek, upacara ini juga merupakan penyucian dan segala kotoran yang ada dan berharap semoga sirna semuanya dan menjadi suci kembali.
Tak hanya dilakukan usai terjadinya sebuah bencana, upacara ini juga selalu dilakukan satu hari sebelum Hari Raya Nyepi, yang biasanya diadakan di perempatan jalan dan lingkungan rumah masing-masing. Sementara itu unggahan tentang upacara penyucian kembali Gunung Agung mendapat beragam respons dari warganet. Banyak yang menyarankan agar tak ada izin pendakian lagi di Gunung Agung maupun gunung lainnya di Bali.
Setop Izin Pendakian Gunung di Bali
"Semua Karena Pariwisata tidak bersinergi dengan adat dan budaya Bali," komentar seorang warganet.
"Seperti inilah repotnya kita menyucikan kembali... Jadi sebaiknya kita yg mencegah baik di gunung, di pura dsb, agar tidak leteh, karena untuk menyucikan kembali banyak pengorbanan nya, waktu, tenaga, biaya, belum resiko seperti di kawah gunung seperti ini...," tutur warganet lain.
"Hasil tak seberapa.ujungnya merepotkan.stop ijin pendakian gunung agung,” kritik yang lain.
"Ingih jgn sdh di kasih mendaki berapun dia byr tergiur dgn uang klu udah ktbn kita yg repot 🙏," kata yang lain.
"Amor ing acintya saudaraku ,slmt jalan smoga dpt tempat terindah di sana bersama Tuhanmu," ujar warganet yang lain.
Turis asal Korea Selatan (Korsel) bernama Kyung Dam Oh (31) ditemukan tak bernyawa oleh tim SAR Gabungan di ketinggian 2.200 mdpl pada Jumat, 3 Januari 2025, pukul 10.00 Wita.
"SRU 1 yang bergerak dari Pura Pasar Agung sekitar pukul 07.00 Wita melihat tubuh korban posisi tertelungkup saat penyisiran di jalur pendakian Pasar Agung. Posisi jenazahnya berada kurang lebih 100 meter di bawah," kata I Nyoman Sidakarya, Kepada Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar, dikutip dari keterangan dalam akun Instagram @basarnas_bali, Sabtu, 4 Januari 2025.
Advertisement
Gunung Tertinggi di Bali
Sidakarya melanjutkan bahwa sekitar 20 menit usai penemuan itu, dua tim lainnya datang ke lokasi untuk memastikan kondisi dan identitasnya. Berdasarkan pengamatan, ada luka terbuka di kepala korban. "Kemungkinan mengalami benturan keras pada batu-batu,"sebutnya.
Koordinator Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem, I Gusti Ngurah Eka Wiadnyana menambahkan bahwa posisi jenazah saat ditemukan adalah terbalik dengan kepala di bawah dan kaki di atas. "Tewas diperkirakan karena terjatuh," katanya.
Tim SAR gabungan kemudian mengevakuasi jenazahnya menuju Posko Pasar Agung. Pada pukul 12.40 Wita, jenazah turis Korea itu dibawa menuju RSUD Karangasem menggunakan ambulans. Proses pencarian korban dilakukan sejak Kamis, 2 Januari 2025, sejak mendapat informasi dari Konsulat Korea Selatan di Bali. Proses pencarian sempat dihentikan karena hujan deras dan kabut tebal di gunung tertinggi di Pulau Bali itu.
Dalam unggahan berbeda, Sidakarya mengatakan informasi hilangnya turis Korea Selatan itu diterima pada Kamis, 2 Januari 2025, sekitar pukul 11.45 Wita. Korban dilaporkan sempat mengubungi temannya yang berada di Korea Selatan pada pukul 09.00 Wita, pada Rabu, 1 Januari 2025.
Tim Pencari di Gunung Agung
"Bahwa ia berada pada ketinggian 2000 Mdpl pada Rabu, 1 Januari 2025," kata Sidakarya. Sejak itu, rekannya sudah tidak bisa lagi menghubunginya via telepon seluler.
Setelah dicek, petugas menemukan motor rentalnya terparkir di Pura Pasar Agung. Proses pencarian pun dimulai pada Kamis, 2 Januari 2024, sekitar pukul 13.20 Wita dengan mengerahkan 23 orang pemandu lokal yang bergerak dari jalur Pasar Agung Selat dan empat orang lainnya dari jalur Pasar Agung Bebandem.
"Tim pemandu ini kita bagi menjadi dua SRU mengingat memang tidak ada saksi mata yang melihat WNA ini saat akan mendaki," kata Sidakarya. Tim pencari bertambah delapan personel dari Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem di siang hari, disusul 10 orang Tim SAR Gabungan yang mendaki dari Pasar Agung Sebudi. Ada pula petugas dari Koramil Selat dan Polsek Selat yang membantu pencarian.
Insiden tersebut hanya berselang seminggu dari hilangnya dua pendaki lokal saat mendaki Gunung Agung Bali pada Rabu, 25 Desember 2024. Namun, nasib dua korban, yakni Putu Diki Adi Warta (27) dan Ridho Adi Yudistira (22), masih bisa diselamatkan pada Jumat, 27 Desember 2024.
Advertisement