Liputan6.com, Jakarta Sektor perbankan memainkan peran penting dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi, baik pada tingkat lokal maupun global.
Bagaimana tidak? Perbankan memiliki kapasitas untuk menyediakan serta menyalurkan berbagai produk dan layanan yang dapat mendukung berbagai sektor ekonomi, mulai dari individu hingga perusahaan besar.
Advertisement
Treasury and Capital Market Head Danamon, Herman Savio kepada Bisnis.com mengungkapkan, berbagai produk dan layanan dari perbankan itu pun tak lepas dari kredit yang disalurkan. Ia menilai, saat ini, ruang menggenjot kredit oleh bank pun cukup terbuka dengan adanya penyesuaian kebijakan dari pemerintah dan regulator.
Pasalnya, Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di level 6% dan memberi kelonggaran bagi sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan ekonomi hijau melalui pemberian insentif.
Lantas, insentif apa saja yang diberikan regulator untuk perbankan agar menggenjot pertumbuhan ekonomi?
Adanya Berbagai insentif
Herman menjelaskan, sejak 1 Juni 2024, Bank Indonesia (BI) memberikan insentif giro wajib minimum (GWM) kepada bank yang menyasar pembiayaan ke lapangan usaha otomotif, perdagangan, listrik, gas, utilitas air, dan memperpanjang kebijakan loan to value (LTV) hingga 31 Desember 2025.
Selain itu, pemerintah juga turut memberi insentif dalam bentuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) hingga akhir 2024.
“Semua insentif tersebut bertujuan meningkatkan konsumsi masyarakat dan dapat dimanfaatkan perbankan menggenjot pembiayaan konsumsi yang dalam kurun 5 tahun terakhir, rata-rata tumbuh 6%, jauh di bawah periode 2015-2019 yang rata-rata tumbuh 10,25%,” ujar Herman kepada Bisnis.com.
Ekonomi Tumbuh di 2025
Selain membeberkan berbagai insentif yang diberikan regulator atau pemerintah kepada perbankan, Herman pun membeberkan bagaimana proyeksi ekonomi di Indonesia di 2025. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi itu bertumpu pada dua faktor, yakni tingkat suku bunga dan inflasi.
Kepada Bisnis.com, Herman menyebut, di 2025, perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh sebesar 5,11% atau sedikit lebih tinggi dibandingkan proyeksi 2024 sebesar 5,05%.
“Penurunan suku bunga dan pemulihan ekonomi China akan berdampak positif dan mendukung pertumbuhan yang lebih solid,” sebutnya.
Di sisi lain, Herman menilai, pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh inflasi pada 2025 yang diperkirakan tetap terkendali di sekitar 2,51%.
“Inflasi yang stabil diharapkan mendorong kembali konsumsi rumah tangga, sasaran inflasi ini juga menjadi acuan bagi perbankan meningkatkan performa pembiayaan konsumsi,” ujarnya.
Advertisement
Manfaatkan Sektor Andalan Konsumsi
Untuk itu, Herman mengatakan, dalam rangka membuat peran perbankan semakin nyata, pelaku industri perbankan perlu memanfaatkan sektor-sektor andalan konsumsi seperti kredit rumah, kendaraan, dan barang-barang kebutuhan rumah tangga lain dengan mengoptimalkan kanal digital dan grup bisnis keuangan.
“Selain itu, otoritas moneter dapat memberikan stimulus tambahan, misalnya perluasan insentif GWM yang menyasar industri berorientasi ekspor, padat karya, dan industri pencipta lapangan kerja,” katanya kepada Bisnis.com.
Di sisi lain, Herman menilai bank dapat menyasar lapangan usaha yang secara profil risiko usaha cukup tinggi, tapi potensial untuk didanai seperti perkebunan, pertanian, dan perikanan serta kelautan.
“Sektor-sektor ini tengah disiapkan pemerintah sebagai program penghiliran investasi strategis dengan nilai diperkirakan mencapai US$51,4 miliar,” ucapnya.
Pantau Kebijakan Bank
Herman mengingatkan, pembiayaan ke sektor lapangan usaha yang secara profil risiko usaha cukup tinggi perlu memperhatikan kebijakan masing-masing bank dalam penyaluran kredit.
Selain itu, diperlukan pula memanfaatkan credit scoring serta keterlibatan pihak ketiga seperti credit agency atau lembaga penjaminan untuk mengurangi sebagian risiko kredit.
Herman pun berharap agar kebijakan bank sentral ke depan lebih akomodatif untuk mendukung sektor usaha maupun perbankan yang menyalurkan kredit kepada sektor-sektor potensial.
“Diprioritaskan untuk mengangkat konsumsi domestik dengan dukungan proyeksi penurunan suku bunga yang lebih rendah pada 2025,” ujarnya kepada Bisnis.com.
Herman menilai, dengan dukungan bank sentral serta kemudahan dari bank, diharapkan daya beli masyarakat meningkat dan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Peningkatan konsumsi domestik dapat memperkuat sektor-sektor terkait, mempercepat pemulihan, dan memperkokoh perekonomian Indonesia baik di tahun 2024 maupun 2025,” ucapnya.
(*)