Kisah Lelaki yang Sedekah Diam-Diam kepada Pencuri, Pezina dan Orang Kaya

Kisah ini menceritakan tentang seorang sholeh di masa lalu, yang gemar berbuat baik dengan bersedekah, serta mengandung hikmah tentang luasnya rahmat Allah dalam menerima sedekah.

oleh Putry Damayanty diperbarui 10 Jan 2025, 05:30 WIB
Ilustrasi sedekah. (Image by freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Di setiap masa dan generasi, selalu ada orang-orang terpilih yang rajin melakukan amal ketaatan. Mereka melaksanakannya dengan niat untuk meraih pahala dan ridho Allah, bukan untuk mencari penghargaan atau pujian dari manusia.

Sebagaimana Rasulullah SAW pernah menceritakan tentang seorang lelaki yang memiliki kebiasaan bersedekah secara diam-diam. Ia tidak menginginkan ada yang melihat selain Allah.

Mengapa ia melakukan seperti itu? Karena ia menyadari bahwa memberikan sedekah diam-diam, tanpa diketahui orang lain, memiliki keutamaan yang lebih besar.

Dengan cara itu, ia meyakini bahwa amal sedekah yang dilakukan dengan ikhlas dan tanpa pamrih akan lebih diterima oleh Allah, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

Ingin tahu bagaimana kisahnya? Berikut selengkapnya dikutip dari NU Online Banten.

 

Saksikan Video Pilihan ini:


Sedekah Salah Sasaran

caption sedekah ©Ilustrasi dibuat AI

Diceritakan dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah:

قَالَ رَجُلٌ: لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ، فَوَضَعَهَا فِي يَدِ سَارِقٍ، فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ عَلَى سَارِقٍ فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ، لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدَيْ زَانِيَةٍ، فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ اللَّيْلَةَ عَلَى زَانِيَةٍ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ، عَلَى زَانِيَةٍ؟ لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ، فَوَضَعَهَا فِي يَدَيْ غَنِيٍّ، فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ عَلَى غَنِيٍّ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ، عَلَى سَارِقٍ وَعَلَى زَانِيَةٍ وَعَلَى غَنِيٍّ، فَأُتِيَ فَقِيلَ لَهُ: أَمَّا صَدَقَتُكَ عَلَى سَارِقٍ فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعِفَّ عَنْ سَرِقَتِهِ، وَأَمَّا الزَّانِيَةُ فَلَعَلَّهَا أَنْ تَسْتَعِفَّ عَنْ زِنَاهَا، وَأَمَّا الغَنِيُّ فَلَعَلَّهُ يَعْتَبِرُ فَيُنْفِقُ مِمَّا أَعْطَاهُ اللهُ 

Hadis di atas mengisahkan kepada kita, bahwa dahulu ada seorang laki-laki yang hendak bersedekah secara sembunyi-sembunyi. Ia melakukannya selama tiga malam berturut-turut. Pada malam pertama, ternyata sedekahnya jatuh di tangan pencuri. Pada berikutnya, sedekahnya jatuh di tangan tangan pezina. Sedangkan pada malam ketiga, sedekahnya diterima oleh orang kaya. Hal itu telah membuatnya sedih dan prihatin. Namun, kemudian ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia diberitahu bahwa sedekahnya tetap diterima. Bahkan, dijelaskan kepadanya, sedekah yang diberikan kepada orang-orang yang tidak berhak menerimanya itu tetap memberikan pelajaran tersendiri. 

Singkat cerita, tengah malam, laki-laki itu menyelinap keluar rumah dan mencari orang yang akan menerima sedekahnya. Akhirnya ia menemukan seseorang yang menurutnya layak mendapatkannya. Dalam dugaannya, orang itu adalah miskin. 

Akhirnya, ia menyerahkan sedekahnya kepada pria miskin tersebut. Namun, dugaannya meleset. Sebab ternyata orang yang menerima sedekahnya adalah seorang pencuri. Buktinya, keesokan harinya, orang-orang di pasar dan tempat-tempat kerumunan ramai memperbincangkan bahwa ada orang yang memberikan sedekahnya kepada pencuri. 

Rupanya sang pencuri yang menerima sedekah menceritakan apa yang telah dialaminya. Sebab, tak berselang selang lama setelah itu, tersiarlah kabar di tengah masyarakat bahwa ada maling yang menerima sedekah. Belum diketahui siapa yang memberikan sedekah itu. Namun, berita itu cukup membuat hati sang pemberi sedekah merasa sedih dan terluka. Ia kemudian mengungkapkan kesedihannya, “Ya Allah, segala puji hanya milik-Mu. Sedekahku jatuh di tangan pencuri.”


Tak Ada Sedekah yang Sia-sia

quote sedekah ©Ilustrasi dibuat AI

Sang laki-laki bertekad untuk kembali bersedekah pada malam berikutnya. Sebab, dirinya mengira, sedekah sebelumnya hilang sia-sia dan tidak “sampai” di tangan Tuhannya. Malam kedua pun tiba. Ia kembali menyelinap keluar rumah setelah malam benar-benar menunjukkan gelapnya. Tujuannya agar ia bisa berlindung di balik kegelapannya. 

Ia lalu memberikan sedekahnya kepada seorang wanita yang disangkanya seorang wanita miskin. Namun, dugaannya kembali salah. Ternyata wanita itu seorang pezina. Wanita itu pun menceritakan apa yang dialaminya. Esoknya tersiarlah kabar seperti kabar seorang pencuri. Akhirnya kabar pun sampai di telinga orang yang memberikannya. Kembali ia menelan kesedihan dan penyesalan. Lagi-lagi ia mengungkapkan perasaannya, “Ya Allah, hanya milik Engkaulah segala kebaikan. Kali ini sedekahku jatuh di tangan pezina.”  

Untuk ketiga kalinya, ia kembali bertekad untuk bersedekah mengharap pahala dan balasan Allah. Namun, di malam yang ketiga sedekahnya jatuh justru di tangan orang kaya. Dapat dibayangkan betapa sedihnya perasaan laki-laki yang bersedekah itu. Sudah tiga kali, ia salah memberikan sedekah. Dapat dibayangkan bagaimana reaksinya saat mengadu kepada Tuhannya. Hatinya duka sekaligus heran yang tak ada habisnya, seraya berucap, “Ya Allah, hanya milik-Mu segala kebaikan. Sedekahku jatuh di tangan pencuri, di tangan pezina, dan terakhir di tangan orang kaya.” 

Sepertinya, laki-laki itu tidak mengetahui bahwa Allah telah mencatat balasan dan pahala untuknya. Padahal, siapa pun yang mengeluarkan hartanya karena mengharap balasan pahala dari Allah, maka Dia akan memberikan pahala itu untuknya. Meskipun ia memberikan sedekahnya kepada orang yang tidak berhak. 

Datanglah kabar gembira kepadanya melalui mimpi bahwa Allah telah menerima sedekahnya. Memberikan balasan pahala atasnya. Dan menginformasikan sebuah hikmah yang agung di balik kesalahan sedekah terhadap ketiga orang yang diberinya. Hikmahnya adalah harapan semoga sang pencuri berhenti dari mencurinya. Orang yang berzina mudah-mudahan berhenti dari zinanya. Dan orang kaya semoga mengambil pelajaran darinya sehingga tergerak untuk menginfakkan sebagian hartanya oleh laki-laki yang bersedekah malam hari dalam keadaan sembunyi-sembunyi agar tak terlihat oleh orang lain demi mencari pembalasan dari Dzat Rabbul‘ibad.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya