Harga Minyak Melambung 1 Persen Tersengat Cuaca Dingin di AS

Harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) kompak menguat pada perdagangan Kamis, 9 Januari 2025. Hal itu didorong cuaca dingin yang melanda AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Jan 2025, 08:00 WIB
Harga minyak menguat lebih dari 1 persen pada perdagangan Kamis, 9 Januari 2025. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak menguat lebih dari 1 persen pada perdagangan Kamis, 9 Januari 2025. Harga minyak melesat seiring cuaca dingin yang melanda sebagian wilayah Amerika Serikat (AS) dan Eropa meningkatkan permintaan bahan bakar saat musim dingin.

Mengutip Yahoo Finance, Jumat (10/1/2025), harga minyak Brent berjangka naik 98 sen atau 1,29 persen menjadi USD 77,14 per barel pada pukul 1:10 siang EST. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 84 sen atau 1,15 persen menjadi USD 74,16. Pada perdagangan Rabu pekan ini, harga minyak acuan itu telah turun lebih dari 1 persen.

"Kenaikan ini jelas merupakan permintaan bahan bakar musim dingin yang meningkat di Amerika Serikat,” ujar Partner Again Capital, John Kilduff.

Berdasarkan National Weather Service, sebagian wilayah Texas timur hingga utara Kentucky berada di bawah peningkatan badai musim dingin, yang sebagian besar wilayah di Arkansas dan Tennessee.

"Saat ini tampaknya es akan tetap berada di utara deretan kilang di sepanjang Pantai Teluk AS, tetapi pemadaman listrik akan menjadi perhatian karena hujan lebat dan angin akan datang,” ujar TACenergy trading.

Kilduff menuturkan, pihaknya melihat tingkat produksi kilang yang kuat dan kilang di Amerika Serikat memproduksi bahan bakar dari semua jenis dan itu juga menopang pasar minyak mentah.

Peningkatan produksi minyak mentah kilang naik sebesar 45.000 barel per hari (bph) dalam seminggu hanya 3 Januari, sementara tingkat pemanfaatan naik 0,6 persen menjadi 93,3 persen.

Penyulingan di sepanjang Pantai Teluk AS menaikkan input bersih minyak mentah mereka ke level tertinggi sejak Desember 2018, kata EIA.


Permintaan Minyak Diprediksi Naik

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Sementara itu, analis JPMorgan memperkirakan permintaan minyak untuk Januari akan meningkat sebesar 1,4 juta barel per hari (bph) tahun ke tahun menjadi 101,4 juta bph, terutama didorong oleh peningkatan penggunaan bahan bakar pemanas di belahan bumi utara.

"Permintaan minyak global diperkirakan akan tetap kuat sepanjang Januari, didorong oleh kondisi musim dingin yang lebih dingin dari biasanya yang meningkatkan konsumsi bahan bakar pemanas, serta dimulainya lebih awal aktivitas perjalanan di Tiongkok untuk liburan Tahun Baru Imlek," kata analis.

Struktur pasar dalam minyak berjangka Brent juga menunjukkan para pedagang menjadi lebih khawatir tentang pengetatan pasokan pada saat yang sama permintaan meningkat.

Premi kontrak Brent bulan depan atas kontrak enam bulan mencapai yang terluas sejak Agustus pada hari Rabu. Pelebaran backwardation ini, ketika futures untuk pengiriman cepat lebih tinggi daripada untuk pengiriman selanjutnya, biasanya menunjukkan bahwa pasokan menurun atau permintaan meningkat.

Presiden AS Joe Biden diperkirakan mengumumkan sanksi baru yang menargetkan ekonomi Rusia minggu ini, menurut seorang pejabat AS.

Pemerintah berusaha untuk mendukung upaya perang Ukraina melawan Rusia sebelum Presiden terpilih Donald Trump menjabat pada 20 Januari. Target utama sanksi sejauh ini adalah industri minyak Rusia. Dolar AS menguat lebih lanjut pada perdagangan Kamis pekan ini.

Analis OANDA, Kelvin Wong menuturkan, ke depan, minyak mentah WTI akan berfluktuasi dalam kisaran USD 67,55 hingga USD 77,95 hingga Februari karena pasar menunggu kejelasan lebih lanjut tentang kebijakan yang direncanakan Trump dan stimulus fiskal dari Tiongkok.

 


Harga Minyak Mentah Dunia Turun Lebih dari 1%, Ada Apa?

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Sebelumnya, harga minyak mentah dunia mengalami penurunan lebih dari 1% pada Rabu (8/1) akibat penguatan dolar AS dan lonjakan persediaan bahan bakar di Amerika Serikat minggu lalu. Kondisi ini membalikkan kenaikan harga minyak sebelumnya yang didorong oleh pengetatan pasokan dari Rusia dan negara anggota OPEC lainnya.

Dikutip dari CNBC, kamis (9/1/2024), harga minyak mentah Brent turun 78 sen atau 1,05%, menjadi USD 73,47 per barel pada pukul 14:25 waktu ET. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga melemah 78 sen atau 1,05%, ke level yang sama, USD 73,47 per barel.

Sebelumnya, kedua acuan harga tersebut sempat naik lebih dari 1% di awal sesi perdagangan.

Lonjakan Persediaan BBM AS

Data Administrasi Informasi Energi AS (EIA) yang dirilis pada Rabu menunjukkan lonjakan besar dalam persediaan bahan bakar AS minggu lalu, meskipun stok minyak mentah turun akibat aktivitas penyulingan yang lebih tinggi.

  • Stok bensin meningkat sebesar 6,3 juta barel menjadi 237,7 juta barel, jauh di atas ekspektasi analis dalam survei Reuters yang memperkirakan kenaikan hanya 1,5 juta barel.
  • Stok distilat, termasuk solar dan bahan bakar pemanas, naik 6,1 juta barel menjadi 128,9 juta barel, dibandingkan prediksi kenaikan 600.000 barel.
  • Stok minyak mentah justru turun 959.000 barel menjadi 414,6 juta barel, lebih besar dari perkiraan analis yang memproyeksikan penurunan 184.000 barel.

Menurut Josh Young, Chief Investment Officer di Bison Interests, jika dalam beberapa minggu ke depan terjadi peningkatan persediaan produk minyak secara substansial, hal ini dapat menjadi kekhawatiran.

"Namun, di sisi lain, cuaca dingin dapat membatasi pasokan minyak mentah dan meningkatkan permintaan untuk bahan bakar pemanas,” terangnya.


Imbas Penguatan Dolar AS

Ilustrasi harga minyak dunia (dok: Foto AI)

Penguatan dolar AS memberikan tekanan tambahan pada harga minyak dengan membuatnya lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

“Minyak mentah mengalami penurunan kecil setelah penguatan dolar yang dipicu laporan bahwa Trump sedang mempertimbangkan untuk menyatakan keadaan darurat ekonomi nasional guna mendukung tarif universal,” ujar Ole Hansen, analis dari Saxo Bank.

Penurunan Produksi OPEC Membatasi Penurunan HargaPenurunan produksi minyak dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Desember turut membatasi kerugian harga minyak.

Setelah dua bulan mengalami peningkatan, produksi OPEC turun akibat perawatan lapangan minyak di Uni Emirat Arab, yang mengimbangi kenaikan produksi di Nigeria dan beberapa negara anggota lainnya.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya