Desa Kyauk Ni Maw Dibom Serangan Udara Militer Myanmar, 40 Orang Tewas dan 500 Rumah Hancur

Serangan udara di desa di Myanmar barat juga dilaporkan mengakibatkan ratusan rumah terbakar, dalam kebakaran yang dipicu oleh pengeboman yang diklaim dilakukan oleh militer Myanmar.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 10 Jan 2025, 17:07 WIB
Serangan udara oleh tentara Myanmar di Desa Kyauk Ni Maw, di Ramree township, Rakhine, Myanmar, pada 8 Januari 2025. (Arakan Army/AP)

Liputan6.com, Naypyidaw - Serangan udara oleh tentara Myanmar di sebuah desa yang dikuasai kelompok etnis minoritas bersenjata menewaskan sekitar 40 orang dan melukai sedikitnya 20 orang lainnya, kata pihak berwenang kelompok tersebut dan sebuah badan amal setempat pada hari Kamis (9/1/2025).

Mereka juga mengatakan ratusan rumah terbakar dalam kebakaran yang dipicu oleh pengeboman tersebut.

Menurut laporan Associated Press (AP) yang dikutip Jumat (10/1), pihak berwenang menyebut serangan itu terjadi pada hari Rabu (8/1) di Desa Kyauk Ni Maw di Pulau Ramree, sebuah wilayah yang dikuasai oleh Tentara Arakan di negara bagian Rakhine barat. Kendati demikian militer Myanmar belum mengumumkan adanya serangan di wilayah tersebut.

Adapun situasi di desa tersebut tidak dapat dikonfirmasi secara independen, karena akses ke internet dan layanan telepon seluler di wilayah tersebut sebagian besar terputus.

Khaing Thukha, juru bicara Tentara Arakan, mengatakan kepada Associated Press bahwa sebuah jet tempur mengebom desa tersebut pada Rabu (8/1) sore, menewaskan 40 warga sipil dan melukai lebih dari 20 lainnya.

"Semua yang tewas adalah warga sipil. Di antara yang tewas dan terluka adalah wanita dan anak-anak," kata Khaing Thukha.

"Kebakaran yang disebabkan oleh serangan udara tersebut menyebar ke seluruh desa, menghancurkan lebih dari 500 rumah," Khaing Thukha menambahkan.

Tidak jelas mengapa desa tersebut menjadi sasaran. 

Seorang pemimpin kelompok amal, yang telah membantu penduduk desa tersebut, mengatakan kepada AP pada hari Kamis (9/1) bahwa sedikitnya 41 orang tewas dan 50 lainnya terluka dalam serangan udara tersebut, yang menargetkan pasar desa tersebut.

Pemimpin tersebut, yang berada di luar kota pada saat serangan udara tersebut, berbicara dengan syarat anonim karena masalah keamanan. Ia mengatakan bahwa menerima informasi tersebut dari anggota kelompoknya yang berada di desa tersebut dan menghadapi kekurangan obat-obatan untuk merawat orang-orang yang terluka.

Media berita yang berbasis di Rakhine termasuk Arakan Princess Media juga melaporkan serangan tersebut dan mengunggah foto-foto daring, yang memperlihatkan orang-orang memadamkan api di rumah mereka.

Sebagai informasi, Myanmar dilanda kekerasan yang dimulai ketika tentara menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada bulan Februari 2021. Setelah tentara Myanmar menggunakan kekuatan mematikan untuk menekan demonstrasi damai, banyak penentang pemerintahan militer mengangkat senjata dan sebagian besar wilayah negara tersebut kini terlibat dalam konflik.

 

 


Miilter Myanmar Meningkatkan Serangan Udara Sejak Tiga Tahun Terakhir Terhadap Kelompok Pro-Demokrasi Bersenjata

Bendera Myanmar (unsplash)

Pemerintah militer telah meningkatkan serangan udara selama tiga tahun terakhir terhadap kelompok pro-demokrasi bersenjata yang secara kolektif dikenal sebagai People’s Defense Force (Pasukan Pertahanan Rakyat) dan kelompok etnis minoritas bersenjata yang telah berjuang selama beberapa dekade untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar. Kedua kelompok tersebut terkadang melakukan operasi gabungan melawan tentara.

Ramree yang jadi target serangan udara terbaru militer Myanmar – 340 kilometer (210 mil) di barat laut Yangon, kota terbesar di negara itu – direbut oleh Tentara Arakan pada Maret 2024 lalu.

Tentara Arakan adalah sayap militer yang terlatih dan bersenjata lengkap dari gerakan etnis minoritas Rakhine yang menginginkan otonomi dari pemerintah pusat Myanmar. Tentara Arakan juga merupakan anggota aliansi kelompok etnis bersenjata yang baru-baru ini memperoleh wilayah strategis di timur laut negara itu di perbatasan dengan China.

Tentara Arakan memulai serangannya di Rakhine pada November 2023 dan kini telah menguasai markas besar tentara regional yang penting secara strategis dan 14 dari 17 townships di Rakhine, sehingga hanya ibu kota negara bagian itu, Sittwe, dan dua townships penting di dekat Ramree yang masih berada di tangan pemerintah militer atau junta.

 

Rakhine, yang sebelumnya dikenal sebagai Arakan, merupakan lokasi operasi kontrapemberontakan brutal tentara pada tahun 2017 yang menyebabkan sekitar 740.000 Muslim minoritas Rohingya mencari perlindungan di seberang perbatasan di Bangladesh.

Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya